5.3 Efek yang Dirasakan Oleh Informan Baik Perokok Aktif Maupun Perokok Pasif
Rokok tidak hanya memberikan efek pada perokok nya saja, melainkan juga dirasakan oleh yang bukan perokok yang berada didekat perokok perokok pasif.
Dari beberapa pernyataan informan, terlihat bahwa rokok sangat memiliki efek negatif terhadap informan. Para informan adalah bukan perokok. Paparan AROL
meningkatkan resiko penyakit paru obstruksi kronik dan penurunan fungsi pernapasan serta menyebabkan dan memperburuk asma pada orang dewasa TSCS-
IAKMI, 2008. Tidak hanya itu AROL juga menyebabkan bau yang tidak enak serta perasaan kurang nyaman pada perokok pasif.
Selain itu terdapat keluhan mata perih, hidung tersumbat dan berair serta tenggorokan gatal apabila berada di ruangan terttutup bersama orang yang merokok,
dan juga asma menjadi kambuh sesaknya karena duduk di sebelah orang yang merokok Aditama, 2011. Pada informan yang lain yang merupakan perokok,
mengatakan belum merasakan efek dari kebiasaan merokoknya, namun hanya merasakan gigi hitam. Pada gigi yang berwarna hitam kecoklatan disebabkan oleh
getah pada tembakau yang terjadi akibat dari hasil pembakaran tembakau tersebut.
5.4 Persepsi Informan terhadap Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan tanpa rokok merupakan kegiatan dalam hal produksi, penjualan, iklan, promosi danatau penggunaan rokok yang dinyatakan dilarang untuk dilakukan
dalam area atau ruangan. Tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah untuk melindungi
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
masyarakat dari paparan asap rokok dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum
bebas asap rokok.
Kawasan tanpa rokok dilaksanakan ditempat-tempat umum. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, tempat-tempat umum yang menjadi kawasan tanpa rokok adalah
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan, seperti yang dikatakan informan bahwa kawasan tanpa rokok dilaksanakan di tempat-tempat umum yang menjadi ketetapan dalam undang-undang.
5.5 Persepsi Informan terhadap Kawasan Tanpa Rokok yang Menjadi
Sebuah Ketetapan di Daerah-Daerah di Indonesia serta Kontroversi yang Menyangkut Kawasan Tanpa Rokok
Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok diwilayahnya, ini jelas tertera dalam UU No. 36 Tahun 2009 pasal 115 ayat 2. Dalam sebuah Policy
Paper, mengatakan
saat ini kebijakan larangan merokok di tempat umum di Indonesia menjadi kebijakan daerah, meskipun belum semua daerah sudah membuat kebijakan ini.
Hanya ada 23 wilayah yang sudah membuat peraturan tentang KTR. Ada pula beberapa kabupaten kota yang membuat semacam peraturan dari walikota atau bupati, namun hal ini
belum terlalu kuat dalam penerapan sanksi dan juga implementasinya.
Selain belum terlalu kuat dalam penerapan sanksi dan juga implementasinya, banyaknya mitos dan fakta yang dilansir oleh SEATCA Southeast
Asia Tobacco Control Alliance bahwa industri rokok memberikan kontribusi
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
pemasukan devisa negara dengan jumlah besar, hal tersebut merupakan mitos. Faktanya, penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok memberikan
kerugian yang berarti bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok pajak dan sebagainya mungkin saja berjumlah besar, tapi
kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya yang tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan
penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama
karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup para
perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif Susanti, 2011.
5.6 Persepsi Informan terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota