53 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
perjuangan dan harus dilakukan dengan usaha benar. Mereka yang berpenghidupan benar akan mampu menghargai sekecil apa pun
hasil jerih payah diri sendiri dan orang lain. Hal ini yang membuat mereka tidak tertarik untuk melakukan pencurian, penipuan,
korupsi, dan usaha-usaha lain yang merampas hak milik orang lain.
c. Merasa Puas santutthi
Menerima keadaan dan situasi pada suatu saat tertentu dengan ikhlas termasuk dalam santutthi. Menerima dengan
keseimbangan batin upekkha dan tanpa menggerutu juga termasuk dalam santutthi.
Ketidakpuasan menimbulkan seseorang berusaha untuk terus mencari walaupun dengan menghalalkan segala cara.
Ketidakpuasan membuat seseorang tidak dapat mensyukuri sesuatu yang dimilikinya. Ketidakpuasan bahkan membuat seseorang tidak
dapat menikmati hasil kerja kerasnya. Seseorang juga hendaknya merasa puas dengan materi yang
dimilikinya, seperti rumah, kendaraan, pakaian, makanan, dan lain- lain yang diperoleh sesuai penghasilannya. Ketidakpuasan terhadap
rumah yang dimilikinya membuat seseorang tidak nyaman berada di rumah dan cenderung sering ke luar rumah tanpa tujuan dan
manfaat yang jelas. Begitu pula ketidakpuasan terhadap kendaraan, pakaian, makanan, dan lain-lain.
Untuk menghindari berbuat asusila, rasa puas yang harus dikembangkan adalah rasa puas terhadap hubungan personal.
Hubungan personal yang dimaksud dapat berupa hubungan pertemanan atau persahabatan hingga hubungan pernikahan.
54 Kelas XI SMASMK
Jika seseorang menjalin hubungan pertemananpersahabatan dengan orang lain, maka ia harus mampu mengembangkan rasa
puas dengan pertemananpersahabatan mereka dengan saling menghormati satu dengan lainnya. Jika seseorang sudah menjalin
hubungan pernikahan dengan seseorang, maka ia harus mampu mengembangkan rasa puas dengan pernikahan mereka dengan
saling menghormati, menghargai, dan menjaga satu dengan lainnya.
d. Kejujuran sacca
Kejujuran sangat penting dalam proses melatih diri menghindari ucapan tidak benar atau berbohong. Dikatakan bahwa
sebelum terlahir terakhir kalinya sebagai pangeran Sidhartha, Bodhisatta masih mungkin melanggar sila, kecuali ikrar untuk jujur
atau mengatakan kebenaran. Ada 4 hal yang harus diperhatikan untuk mempraktikkan
perkataan benar. 1. Tingkat kejujuran
Tingkat kejujuran adalah perkataan seseorang sesuai dengan kebenaran. Jangan pernah melebih-lebihkan atau mengurangi
kebenaran yang akan diucapkan. Jika tidak ada kejujuran, seseorang cenderung membengkokkan fakta ke arah yang
diinginkannya. 2. Tingkat penghargaan
Perkataan yang benar bukan hanya tulus namun juga harus menghargai dan mencintai. Dengan mengetahui kebenaran
fakta dan mengatakannya kepada orang lain, jangan didasari pikiran yang hanya menguntungkan diri sendiri.
55 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
3. Tingkat pertolongan Perkataan yang benar juga tidak melupakan aspek manfaat
terhadap orang lain. Dimulai dari berpikir positif terhadap diri sendiri kemudian terhadap orang lain, sehingga
perwujudannya dalam perkataan akan menjadi positif pula. 4. Tingkat harmoni dan kesatuan
Tingkatan yang paling tinggi ini akan membawa pada perkataan yang harmoni, seimbang, selaras, dan utuh. Komunikasi ini
lebih abstrak dan tidak hanya sekadar komunikasi verbal. Ketika memahami tingkatan ini ucapan langsung akan menjadi
kurang berarti karena keagungan bukan diwujudkan dengan ucapan.
Sang Buddha menyatakan tentang ucapan yang benar dalam Sutta Nipata sebagai berikut.
“Kata-kata yang mempunyai empat nilai adalah yang diucapkan baik, bukan pembicaraan jahat, tidak salah, dan
tidak dicela para bijaksana. Apakah empat itu? Mengenai ini, seseorang berbicara
dengan kata-kata yang indah, bukannya buruk; seseorang berbicara dengan kata-kata yang benar, bukannya salah;
seseorang berbicara dengan kata-kata yang halus, bukannya kasar; seseorang yang berbicara dengan kata-kata penuh
kebenaran, bukan kepalsuan.”
56 Kelas XI SMASMK
e. Perhatian dan Kewaspadaan Sati-sampajañña