Menjadi Manusia yang Bermoral

14 Kelas XI SMASMK 4. Menunjukkan tiada pelanggaran peraturan yang telah ditetap- kan avitikkama, yaitu tidak melakukan pelanggaran melalui perbuatan ataupun ucapan terhadap peraturan yang sedang dijalani. Contohnya, seorang siswa yang taat terhadap tata ter- tib sekolah, seorang pejabat yang mematuhi kode etik dan ber- tindak etis sesuai sumpah jabatan yang pernah diucapkan.

D. Menjadi Manusia yang Bermoral

Gambar 1.4 Ilustrasi Menjadi Manusia Bermoral Sumber: wirajhana-eka.blogspot.co.id Sīla merupakan latihan atau praktik moral. Oleh karena itu, sīla seharusnya bukan hanya dipandang sebagai teori, tetapi merupakan latihan dan pembiasaan untuk berperilaku baik. Sīla tidak dapat 15 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti dipisahkan dengan aktivitas sehari-hari seseorang, mulai dari bangun tidur pada pagi hari, hingga beranjak tidur lagi pada malam harinya. Manusia bermoral berarti manusia yang mempraktikkan nilai-nilai moralitas, bukan sekadar manusia yang mengerti tentang nilai-nilai moralitas. Ucapan dan perbuatan apa pun yang dilakukan merupakan cerminan dari moralitasnya. Oleh karena itu, untuk menjadi manusia bermoral, orang setiap saat harus mengendalikan ucapan dan perbuatannya. Ada orang hanya bermoralitas semu. Ia hanya mengendalikan ucapan dan perbuatannya saat berhadapan dengan banyak orang atau berhadapan dengan orang yang disegani. Contohnya, seorang anak yang hanya bersikap sopan di hadapan para guru di sekolah, tetapi sikap itu jarang ia tunjukkan ketika berada di lingkungan keluarga atau pergaulannya di masyarakat. Ucapan dan tingkah laku seseorang pada umumnya meniru dari yang sering didengar, dilihat, oleh orang tersebut. Apa yang diucapkan dan dilakukan merupakan cerminan dari apa yang sering didengar dan dilihat. Apa yang diucapkan dan dilakukan juga akan tercermin pada ucapan dan perbuatan orang-orang di sekitarnya seperti adik, kakak, saudara, dan teman-teman yang sering berinteraksi dengannya. 16 Kelas XI SMASMK Prinsip berpikir atau merenung sebelum berucap atau berbuat harus diutamakan. Apa yang harus direnungkan? Merenungkan akibat yang dapat timbul dari ucapan dan perbuatan yang akan kita lakukan. Apakah ucapan atau perbuatan tersebut bermanfaat untuk diri dan orang lain, atau justru sebaliknya? Jika bermanfaat untuk diri dan orang lain, maka lakukanlah. Tetapi jika hanya memberikan manfaat sepihak atau tidak bermanfaat bagi kedua belah pihak, janganlah dilakukan. Buddha menyatakan bahwa rasa malu untuk berbuat jahat hiri dan rasa takut terhadap akibat perbuatan jahat otappa merupakan sebab terdekat praktik sīla. Hiri dan otappa dapat tumbuh dalam diri apabila dibudayakan merenung sebelum berucap dan berbuat. Berikut beberapa contoh perenungan yang dapat menumbuhkan hiri dan otappa. Gambar 1.5 Ilustrasi Buddha, Orang yang Bermoral Sempurna Sumber: facebook.com kesaksianbuddhis 17 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti • Teman-teman memandang saya sebagai orang yang bersih dan jujur. Apa jadinya jika mereka mengetahui bahwa saya menyontek? Mau ditaruh di mana muka saya ini? Menyontek adalah perbuatan yang memalukan. • Di kelas saya merupakan anak yang berprestasi. Rasanya malu kalau saya tidak mengerjakan pekerjaan rumah. • Jika saya berbohong, walaupun kebohongan saya tidak diketahui orang lain, itu akan membuat hidup tidak tenang. Apalagi kalau kebohongan saya diketahui orang lain, saya akan kehilangan kepercayaan dari mereka. • Saya merasa tidak nyaman saat orang lain menghina saya, orang lain pasti tidak nyaman juga saat saya menghinanya. Kalau begitu saya tidak mau lagi menghina orang lain.

E. Memperlakukan Orang Lain dengan Moralitas