93 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Ayo Mengamati Teks
A. Pūjā Sebelum, Saat, dan Setelah Zaman Buddha
Pūjā pada zaman sebelum Buddha lebih bermakna sebagai persembahan kepada para dewa. Hal ini dilakukan dengan cara
mengorbankan hewan, bahkan mengorbankan manusia kepada para dewa. Sejarah
pūjā kepada para dewa diawali dengan munculnya ajaran brahmanisme. Ajaran ini menunjukkan bahwa ada makhluk
dewa yang berkuasa atau mengatur segala sesuatu yang akan diterima oleh manusia. Dengan alasan itu, para brahmin menciptakan sarana
pūjā kepada dewa-dewa dengan jalan melakukan beberapa upacara- upacara korban. Tujuannya, dengan korban tersebut diharapkan
para dewa akan menjadi senang dan tidak menjatuhkan malapetaka bagi manusia.
Gambar 4.1
Ilustrasi Pūjā Saat Zaman Buddha Sumber: lh3.googleusercontent.com
94 Kelas XI SMASMK
Pūjā pada zaman Buddha memiliki arti berbeda, yaitu menghormat. Pada masa Buddha terdapat suatu kebiasaan yang
dilakukan oleh para bhikkhu yang disebut vattha. Vattha artinya merawat guru Buddha dengan membersihkan ruangan, mengisi
air dan lain-lain. Setelah selesai melaksanakan kewajiban itu, para bhikkhu dan umat duduk untuk mendengarkan khotbah dari
Buddha. Setelah selesai mendengarkan khotbah, para bhikkhu mengingat atau menghafal agar kemanapun mereka pergi ajaran
Buddha dapat diingat dan dilaksanakannya. Pada hari bulan gelap dan terang purnama para bhikkhu
berkumpul untuk mendengarkan peraturan-peraturan atau patimokkha yang harus dilatih. Sebelum atau sesudah pengucapan
patimokkha bagi para bhikkhu, umat juga berkumpul untuk mendengarkan khotbah. Umat tidak hanya berkumpul dua kali, tetapi
pada pertengahan antara bulan gelap dan bulan terang, mereka juga berkumpul di vihara untuk mendengarkan khotbah. Namun, bila
Buddha ada di vihara, umat datang untuk mendengarkan khotbah setiap hari.
Umat Buddha melakukan pūjā penghormatan kepada
Buddha dengan mempersembahkan bunga, lilin, dupa, dan lain-lain. Namun, Buddha sendiri berkata bahwa melaksanakan Dhamma yang
telah Beliau ajarkan merupakan bentuk penghormatan yang paling tinggi. Oleh karena itu, Buddha mencegah bentuk penghormatan
yang berlebihan terhadap diri pribadi Beliau.
95 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Gambar 4.2
Ilustrasi Pūjā Setelah Zaman Buddha Sumber: www.samaggi-phala.or.id
Setelah Buddha parinibanna, umat tetap berkumpul untuk mengenang jasa-jasa dan teladan Buddha atau merenungkan
kebajikan-kebajikan Tiratana. Para bhikkhu dan umat berkumpul di vihara untuk menggantikan kebiasaan vattha. Sebagai pengganti
khotbah Buddha, para bhikkhu mengulang kotbah-kotbah atau sutta. Selain itu, kebiasaan baik lain yang dilakukan oleh para
bhikkhu dan samanera yaitu setiap pagi dan sore atau malam mereka mengucapkan paritta. Kebiasaan para bhikkhu tersebut pada saat
ini dikenal dengan sebutan kebaktian atau puja bhakti. Kebaktian merupakan perbuatan baik yang patut dilestarikan sebagai salah
satu cara melaksanakan pūjā. Selain itu, sama dengan zaman Buddha, para bhikkhu ataupun umat juga melaksanakan Dhamma
ajaran Buddha sebagai penghormatan tertinggi.
96 Kelas XI SMASMK
B. Pūjā sebagai Penghormatan