semakin baik maka akan semakin tinggi semakin baik pretasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya apabila
kecerdasan emosional seorang mahasiswa sangat rendah kurang baik maka akan semakin rendah kurang baik prestasi
belajar yang diperolehnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa variabel lain sama dengan nol atau dalam keadaan konstan.
b Koefisien Regresi Variabel Perilaku Belajar
Variabel Perilaku belajar pada persamaan di atas diperoleh sebesar 0,008 yang berarti positif searah artinya jika perilaku
belajar seorang mahasiswa semakin tinggi semakin baik maka akan semakin tinggi semakin baik prestasi belajar yang
diperolehnya dan sebaliknya apabila perilaku belajar seorang mahasiswa semakin rendah kurang baik maka akan semakin
rendah kurang baik prestasi belajar yang diperolehnya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa variabel lain sama dengan nol
atau dalam keadaan konstan. c
Koefisien Regresi Prokrastinasi Akademik Variabel Prokrastinasi akademik pada persamaan di atas
diperoleh sebesar -0,004 yang berarti negatif berlawanan artinya jika semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi
akademik maka semakin rendah kurang baik prestasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya apabila prokrastinasi
akademik seorang mahasiswa semakin rendah maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
C. Pembahasan
Dari perhitungan statistik diperoleh nilai F
hitung
F
tabel
2,638 2,653 dan nilai sign. 0,05 0,051 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini dapat
diartikan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Secara teoritis, penolakan hipotesis
dimungkinkan karena: a
Kecerdasan emosional Hasil penelitian ini bertolak dari teori yang disampaikan oleh Goleman
1997: 44, bahwa kesuksesan hidup seseorang akan dipengaruhi oleh kecerdasaan intelegensi sebesar 20 sedangkan 80 merupakan berasal
dari faktor-faktor yang lain salah satunya adalah kecerdasan emosional. Penolakan hipotesis mungkin karena perbedaan maksud dari kata
kesuksesan. Teori yang disampaikan Goleman adalah teori yang lebih mengarah kepada kesuksesan dalam bekerja Goleman, 2009:46 bukan
kesuksesan saat ia sedang belajar. Menurut peneliti, kesuksesan hidup seseorang dalam bekerja berbeda
dengan kesuksesan saat ia sedang belajar. Kesuksesan bagi mahasiswa yang sedang belajar adalah dapat memperoleh prestasi belajar tinggi. Perbedaan
ini terletak pada kemampuan intelegensi. Bagi mahasiswa kemampuan intelegensi itu penting sebab jika ia mempunyai kecerdasan intelegensi yang
tinggi ia juga akan memperoleh prestasi belajarnya yang tinggi. Kecerdasan intelegensi yang tinggi akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari
dan memahami materi yang sedang ia pelajari. Sedangkan kecerdasan emosional bagi mahasiswa lebih mengarah
kepada kemampuan untuk mengelola dirinya supaya dapat mengendalikan emosinya. Hal ini dapat diartikan bahwa mahasiswa yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi tidak menjamin akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi tanpa ditunjang dengan kecerdasan intelegensi
yang dimilikinya. Hal ini yang menyebabkan kecerdasan emosional tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi belajar
mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi semakin baik kecerdasan emosional seorang mahasiswa akan semakin tinggi semakin
baik prestasi belajar yang akan diperolehnya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini merupakan hasil konfirmasi dari perbedaan hasil penelitian
terdahulu yang telah dilakukan oleh Gedeon 2012 dengan Prasetyo http:jimfeb.ub.ac.id index.php jimfebarticledownload978894.
b Perilaku belajar
Hasil penelitian ini berbeda dari teori yang disampaikan oleh Suwardjono 2009: 1- 17 yang menyatakan bahwa perilaku belajar dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Perilaku belajar yang baik terdiri dari: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan
ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Penolakan hipotesis mungkin dikarenakan oleh beberapa hal yaitu:
1 Gaya belajar.
Gaya belajar adalah suatu metode yang diterapkan oleh masing- masing individu yang sedang belajar secara efektif dan efisien dalam
memproses, menyimpan, dan mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari. Menurut DePorter dan Hernacki 2006: 109-124, gaya belajar
terbagi menjadi tiga yaitu a
gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang lebih berdominasi pada penglihatan seperti gambar-gambar, bahan bacaan yang dapat
dilihat dan sebagainya. b
gaya belajar auditorial merupakan gaya belajar yang lebih mendominasi pada pendengaran misalnya mendengarkan ceramah,
penjelasan guru, mendengarkan bahan audio seperti radio kaset dan sebagainya.
c gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar dengan cara
bergerak, menyentuh atau bekerja. Gaya belajar ini cenderung untuk menerapkan suatu pembelajaran yang telah diterima supaya ia benar-
benar memahami. Menurut peneliti pemilihan gaya belajar yang tepat akan dapat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Misalnya jika mahasiswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempunyai gaya belajar kinestetik maka mahasiswa tersebut lebih bisa menerima pembelajaran dengan langsung menerapkannya seperti
mempraktikkan secara langsung teori ekonomi dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini yang menyebabkan perilaku belajar tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2
Keseriusan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar Kegiatan pembelajaran di kelas biasanya menerapkan model
pembelajaran aktif. Model pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang menuntut si pembelajar siswa, mahasiswa, dsb untuk mencari
dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan didampingi oleh fasilitator guru, dosen, dsb. Pembelajaran aktif yang diterapkan di
kelas biasanya melalui kegiatan presentasi, diskusi, bertanya-jawab dan sebagainya.
Menurut peneliti, jika mahasiswa serius mengikuti proses belajar maka ia diharapkan harus terlibat aktif pada proses belajar. Peneliti
menduga bahwa mahasiswa yang aktif dalam proses belajar adalah mahasiswa yang juga aktif di proses belajar di luar kelas kepanitiaan,
organisasi dan UKM. Sebab mahasiswa yang aktif di kegiatan luar kelas akan dibentuk pola pikir, nalar dan kemampuan berbicara.
Pembentukan pola pikir, nalar dan kemampuan berbicara ini akan membentuk mahasiswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar di kelas. Hal ini yang akan menyebabkan perilaku belajar tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi dapat diketahui bahwa perilaku belajar dari empat aspek secara gabungan berhubungan
prositif dengan prestasi belajar mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi semakin baik perilaku belajar mahasiswa akan semakin
tinggi semakin baik prestasi belajar mahasiswa dan sebaliknya. Hasil ini merupakan hasil konfirmasi dari perbedaan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy 2001 dengan Francisca 2010. c
Prokrastinasi akademik Dari hasil penelitian, diketahui bahwa prokrastinasi akademik mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi sangat tinggi. Cerminan ini terletak pada tabel distribusi
frekuensi yang berada pada katagori sangat tinggi untuk melakukan prokrastinasi. Penolakan hipotesis mungkin dikarenakan oleh beberapa hal
yaitu: 1
Penundaan dilakukan untuk menyempurnakan tugas. Menurut Ferrari 1995: 132 prokrastinasi dibagi menjadi dua bentuk yaitu prokrastinasi
fungsional dan prokrastinasi disfungsional. Prokrastinasi fungsional adalah
kegiatan penundaan
yang dilakukan
untuk dapat
menyempurnakan suatu tugas agar hasilnya maksimal sedangkan prokrastinasi disfungsional adalah kegiatan penundaan dikarena hal-hal
yang tidak berfungsi seperti malas, takut salah dan sebagainnya. Peneliti menduga kegiatan penundaan prokrastinasi yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah untuk menyempurnakan tugas yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diberikan oleh dosen agar hasil yang dikerjakan maksimal prokrastinasi bentuk fungsional. Hal ini yang menyebabkan
prokrastinasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2
Prestasi belajar merupakan hasil kumulatif dari tugas, ujian kuis, ujian sisipan dan ujian akhir semester dan kegiatan keaktifan yang dilakukan
oleh si pembelajar saat kegiatan belajar berlangsung. Peneliti menduga walaupun si pembelajar melakukan prokrastinasi karena banyaknya
kegiatan luar kelas kepanitiaan, organisasi dan UKM akan tetapi ia tetap tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, bisa dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ujian. Hal ini dikarenakan kegiatan kepanitiaan, organisasi dan UKM membentuk pribadi si pembelajar untuk
bertanggung jawab dan mampu mengelola waktu dengan baik. Hal ini yang menyebabkan prokrastinasi tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar mahasiswa. Sedangkan jika dilihat dari hasil persamaan regresi di atas dapat
diketahui bahwa prokrastinasi berhubungan negatif dengan prestasi belajar mahasiswa maka dapat diartikan bahwa semakin tinggi mahasiswa
melakukan prokrastinasi akademik maka semakin rendah kurang baik prestasi belajar yang diperolehnya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga
didukung dari hasil penelitian Oematan 2013 yang menyatakan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi belajar
mahasiswa. Sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI