Pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa (studi kasus pada: mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma) Maria Regina Ayu Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dan nilai signifikansi

( = 0,051).

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, Prokrastinasi Akademik, dan Prestasi Belajar


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO

STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University

Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University

2016

The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ rning achievement.

The type of this research is a case study. This research was conducted from February until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of 383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.

The result shows that emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ rning achievement (Fcalculate = 2,638 )and significant value = 0,051).

Keyword: emotional intelligence, learning behavior, academic procrastination and students’ learning achievement


(3)

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU

BELAJAR, PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

MARIA REGINA AYU WULANDARI NIM: 12 1334 031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS JURU SELAMATKU

BAPAK Y. SUYATNO, S.H. & IBU DRA. SM. DWI HARTANTI

KAKAKKU F.X CAHYA ADHY WICAKSONO, A. Md.

ADIK-ADIKKU AGUSTINUS ANANG TIMUR PRAKOSO

&MARSELIA YUNITA ARUM PRATIWI

INSPIRASIKU IBU CORNELIO PURWANTINI, S.Pd., M.SA.

SAHABAT-SAHABATKU YANG AKU SAYANGI

ALMAMATERKU UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(7)

v

MOTTO

“Marilah Kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberimu kelegaan

kepadamu”

~ Matius, 11: 28~

“Mintalah, maka akan diberikan kepadmu; carilah, maka kamu

akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang

yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,

baginya pintu dibukakan”

~ Matius, 7: 7-8~

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu,

karena ada upah bagi usahamu”


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU BELAJAR DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MAHASISWA

(Studi kasus pada: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma) Maria Regina Ayu Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang berjumlah 383 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 196 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Fhitung = 2,638) dannilai signifikansi

( v lu = 0,051).

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, Prokrastinasi Akademik, dan Prestasi Belajar


(11)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF EMOTIONAL INTELLIGENCE, LEARNING BEHAVIOR AND ACADEMIC PROCRASTINATION TO STUDENTS’

LEARNING ACHIEVEMENT

A Study Cace on Students of the Program of Economic Study Special Expertise in Accounting Education Sanata Dharma University

Maria Regina Ayu Wulandari Sanata Dharma University

2016

The aim of this study is to find out the effect of emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination to the students’ l rning achievement.

The type of this research is a case study. This research was conducted fromFebruary until March 2016. The population of the research were all students of the Economic Education Study Program of Expertise Specific Accounting Education which consisted of383 students. The samples were 196 students. The technique of taking samples was a proportional sample. The data were collected by the questionnaires and analysed by using the multiple regression test.

The result showsthat emotional intelligence, learning behavior, and academic procrastination do not have a significant effect on students’ l rning achievement (Fcalculate= 2,638 )and significant value v lu = 0,051).

Keyword: emotional intelligence, learning behavior, academic procrastination and students’ learning achievement


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini d ng n d ng n judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Belajar

M h sisw ” d ng n t p t p d w ktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;


(13)

xi

3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan. 5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata

Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan;

6. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;

7. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner peneliti;

8. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA yang telah memberikan inspirasi, dukungan, dorongan dan semangatnya bagi penulis;

9. Teman-teman PAK 2012 (Poppy, Maya, Vina, Lilis, Sella, Tio, Helen, Ella, Vena, Sari, Danapramitha, Tika, Vera, Dila, Natal, Tere, Mega, Siska, Marcel, Lun, Adyst, Agnes, Okti, Eny, Destri, Olive, Epi, Maria dan teman-teman lainnya) yang telah memberikan dukungan, perhatian dan doa bagi penulis;

10.Teman-teman kos Mrican Baru No.20 (Martha, Vina, Yohana, Claudia, Wike, Fay, Kak Susan) yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran, perhatian dan sebagai tempat curhat penulis;


(14)

penulis supaya penulis selalu semangat dan tidak putus asa;

12. Kedua orangtua penulis Y.Suyatno, S.H dan Dra. SM. Dwi Hartanti atas doa, dukungan, dorongan, cinta kasih, perhatian, semangat dan segala kerja keras untuk membiayai penulis hingga dapat memperoleh gelar sarJana;

13. Saudaraku, mas adhy, dek anang dan dek nita yang selalu memberi dukungan dan doa bagi penulis;

14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu hingga terwujudnya skripsi ini;

Penulis berharap skripsi ini dapat berrnanfaat bagi semua orang yang membutuhkan dan tid'!.~ }lma penulis juga menyadari bahwa skripsi ini rnasih jauh dari sempuma. Ketidaksempumaan 1m disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempumakan tulisan ini.

Yogyakarta, 27 Mei 2016

Maria Regina Ayu Wulandari NIM: 12 1334031


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar... 9

1. Definisi Belajar... 9

2. Prestasi Belajar... 11

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar... 12

B. Kecerdasan Emosional... 13

1. Definisi Emosi... 13

2. Kecerdasan Emosional... 15

3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional... 16

4. Dimensi Kecerdasan Emosional... 17

C. Perilaku Belajar... 21

D. Prokrastinasi Akademik... 25

1. Prokrastinasi Akademik... 25

2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi... 26

3. Jenis-Jenis Prokrastinasi... 27

4. Dimensi Prokrastinasi Akademik... 28

5. Indikator Prokrastinasi... 28

6. Dampak Prokrastinasi Akademik... 31


(16)

xiv

E. Hasil Penelitian yang Relevan... 32

F. Kerangka Berpikir... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 42

1. Tempat Penelitian... 42

2. Waktu Penelitian... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian... 43

1. Subjek penelitian... 43

2. Objek Penelitian... 43

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 43

1. Populasi... 43

2. Sampel... 44

3. Teknik Penarikan Sampel... 45

E. Operasionalisasi Variabel... 46

1. Variabel kecerdasan emosional... 46

2. Variabel Perilaku belajar... 47

3. Variabel Prokrastinasi Akademik... 48

4. Variabel Prestasi Belajar... 50

F. Teknik Pengumpulan Data... 50

1. Angket atau kuesioner... 50

2. Dokumentasi... 50

G. Teknik Pengujian Instrumen... 51

1. Uji Validitas... 51

2. Uji Reliabilitas... 56

H. Teknik Analisis Data... 58

1. Deskripsi Data... 58

2. Uji Prasyarat dan Hipotesis... 58

a. Uji Prasyarat... 58

1) Uji Normalitas... 58

2) Uji Linieritas... 59

3) Uji Multikolinearitas... 61

4) Uji Heteroskedastisitas... 62

b. Uji Hipotesis... 64

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma... 67

B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor ... 70

C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma... 70

1. Visi... 70

2. Misi... 70

3. Motto... 71


(17)

xv

D. Gambaran Umum Program Studi... 71

1. Sejarah Program Studi... 71

2. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Program Studi... 73

3. Struktur Organisasi Program Studi... 75

4. Kurikulum... 77

5. Proses Pembelajaran... 77

6. Sumber Daya Manusia... 78

7. Sarana dan Prasarana... 78

8. Beasiswa... 79

9. Kemahasiswaan... 79

10.Profil Lulusan... 80

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 81

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden... 81

2. Analisis Variabel Responden... 83

B. Hasil Uji... 88

1. Uji Prasyarat... 88

a. Uji Normalitas... 88

b. Uji Linieritas... 88

c. Uji Multikolinearitas... 90

d. Uji Heteroskedastisitas... 90

2. Uji Hipotesis... 91

C. Pembahasan... 96

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan... 103

B. Saran... 103

C. Keterbatasan... 105


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Populasi Penelitian... 44

Tabel 2 Proporsi Sampel Mahasiswa setiap Angkatan... 45

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 46

Tabel 3.2 Skala Likert Kecerdasan Emosional... 47

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Perilaku Belajar... 47

Tabel 3.4 Skala Likert Perilaku Belajar... 48

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Prokrastinasi Akademik... 49

Tabel 3.6 Skala Likert Prokrastinasi Akademik... 49

Tabel 3.7 Katagori Prestasi Belajar... 50

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional... 53

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Belajar... 54

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas Variabel Prokrastinasi Akademik... 55

Tabel 5 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen... 57

Tabel 6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 82

Tabel 6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah... 82

Tabel 6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Keikutsertan UKM... 83

Tabel 7.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional... 84

Tabel 7.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Belajar... 85

Tabel 7.3 Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Akademik... 86

Tabel 7.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar... 87

Tabel 8 Uji Normalitas... 88

Tabel 9.1 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89

Tabel 9.2 Pengujian Linieritas dengan Uji Ramsey Test... 89

Tabel 10 Pengujian Multikolinearitas... 90

Tabel 11 Pengujian Heteroskedastisitas... 90

Tabel 12 Uji Hipotesis... 93


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian... 40 Gambar 2 Struktur Organisasi Program Studi ... 75


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian... 110

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 112

Lampiran 3 Karakteristik Responden... 124

Lampiran 4 Data Induk Responden... 131

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas... 160

Lampiran 6 Pedoman Acuan Patokan II (PAP II)... 167


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Teknologi pada jaman ini semakin hari semakin berkembang, maju dan modern. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas diharapkan mampu berperan serta dalam pembangunan suatu negara. Kualitas manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk mengembangkan kualitas manusia dalam bersaing di era globalisasi.

Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga formal yang mempunyai sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui perguruan tinggi, mahasiswa mampu belajar berbagai macam hal seperti keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Akan tetapi, untuk meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar yang baik.

Selain proses belajar yang baik, prestasi belajar dapat tercapai jika mahasiswa mampu mengatasi faktor-faktor yang menghambat kegiatan belajar. Menurut Slameto (2010: 54- 57) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi faktor yang berasal dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal) individu. Faktor internal dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik atau jasmani meliputi kesehatan dan cacat tubuh, keadaan psikologis meliputi


(22)

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif dan keadaan kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi keluarga, kondisi tempat belajar, sarana belajar, pergaulan dengan teman sebaya, dukungan keluarga dan lingkungan kampus.

Faktor-faktor di atas hendaknya sudah diketahui oleh mahasiswa sejak awal perkuliahan. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa segera mengambil cara atau keputusan dalam mempertahankan prestasi belajarnya. Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor internal yang akan menjadi fokus pembahasan penelitian. Khususnya, mengenai kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik mahasiswa.

Manusia memiliki dua tipe kecerdasan yang harus selalu diasah. Kecerdasan itu meliputi kecerdasan intelegensi dan kecerdasan emosional. Prestasi belajar yang baik biasanya diperoleh dari kecerdasan intelegensi yang baik dalam diri si pembelajar. Namun pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum mampu meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya (Daud, 2010). Ada mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada juga mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang rendah tetapi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, kemampuan intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan akan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu kecerdasan emosional.


(23)

Dari pernyataan di atas, telah dibuktikan oleh Goleman (1997) bahwa kecerdasaan intelegensi hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan 80% merupakan sumbangan dari faktor-faktor yang lain, salah satunya adalah kecerdasan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi diri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerjasama dengan orang lain. Sependapat dengan penelitian di atas, menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/978/894) tentang pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa menghasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa.

Selain kecerdasan emosional, perilaku belajar juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Perilaku belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan untuk mencapai hasil yang baik dalam belajar. Menurut Suwardjono (2009: 1-17), kebiasaan belajar yang baik meliputi empat aspek yaitu: (1) Kebiasaan mengikuti pelajaran, (2) Kebiasaan membaca buku, (3) Kunjungan ke Perpustakaan dan (4) Kebiasaan menghadapi ujian.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001) menyatakan bahwa perilaku belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serentak empat


(24)

faktor tersebut mempengaruhi prestasi belajar. Namun, secara parsial hanya dua faktor yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian yang berpengaruh secara signifikan.

Dari hasil pengamatan oleh si peneliti, masih banyak mahasiswa yang menyepelekan mata kuliah yang diambil pada semester yang bersangkutan seperti tingkat kedisiplinan mahasiswa untuk mengikuti kuliah, kebiasaan malas membaca buku, jarang atau bahkan tidak pernah mengunjungi perpustakan serta kebiasaan menghadapi ujian yang cenderung menggunakan sistem kebut semalam (SKS). Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa lebih mengutamakan hal lain daripada belajar.

Selain kecerdasan emosional dan perilaku belajar, kebiasaan menunda mengerjakan tugas juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Kebiasaan menunda atau prokrastinasi merupakan suatu kegiatan menunda yang sering dilakukan oleh individu salah satunya dalam kegiatan akademik. Penundaan ini biasanya dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, tujuannya untuk menjauhkan diri dari kewajiban yang harus diselesaikannya. Pernyataan ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) yang menyatakan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa, semakin tinggi mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik maka prestasi belajar mahasiswa semakin menurun.

Ada banyak alasan dibalik terjadinya prokrastinasi, mulai dari pekerjaan yang kurang dipahami, sikap prefeksionis, kecemasan terhadap pandangan atau penilaian orang lain, hingga tidak memiliki kemampuan atau keterampilan


(25)

untuk menyelesaikan tugas. Alasan-alasan ini yang membuat seseorang cenderung menghindar, takut, bahkan tidak mau mengerjakan tugas sama sekali. Jika hal ini tidak segera diatasi maka bukan hanya persoalan tugas akademik saja yang terhambat namun juga menjalar di kehidupan sosial dan akan menyebabkan stres berkepanjangan dalam dirinya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian tentang Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar dan

Prokrastinasi Akademik Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa. Penelitian

ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B.Batasan Masalah

1. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

2. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini hanya fokus pada faktor internal, khususnya kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.


(26)

3. Kecerdasan emosional meliputi kemampuan seseorang dalam hal pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati serta keterampilan membina hubungan dengan orang lain.

4. Perilaku belajar adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membentuk kepribadiaan diri dalam memenuhi kegiatan belajar. Hal ini meliputi aspek kebiasaan mengikuti pembelajaran, kebiasaan membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.

5. Prokrastinasi merupakan suatu penundaan dalam melakukan atau mengerjakan tugas yang dilakukan secara sengaja yang akan berakibat terhambatnya bagi individu dalam menyelesaikan tugas. Hal ini meliputi penundaan tugas, kelambanaan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain dan munculnya kerisauan emosional.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar mahasiswa?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap


(27)

prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan dan pengajaran.

b. Sebagai landasan bagi penulis untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh kecerdasaan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi belajar siswa

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa untuk berhasil dalam memperoleh prestasi belajar yang baik diperlukan kecerdasan emosional yang baik, perilaku belajar yang baik dan dapat menimalkan kegiatan prokrastinasi dalam kegiatan belajarnya.

b. Bagi Program Studi

Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi program studi untuk mengetahui apakah mahasiswa mampu mengelola kecerdasan emosional dengan baik, menumbuhkan perilaku belajar yang baik serta


(28)

membimbing mahasiswa agar mampu meminimalkan kebiasaan prokrastinasi.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukan bahwa mahasiswa yang memperoleh prestasi belajar yang baik dibutuhkan kecerdasan emosional dan perilaku belajar yang baik serta mampu meminimalkan kegiatan prokrastinasi dalam belajar

d. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk memperoleh pengalaman nyata supaya dapat dipraktikkan.


(29)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas landasan teoritis tentang beberapa hal berikut: definisi belajar, prestasi belajar, definisi emosi, kecerdasan emosional, perilaku belajar, prokrastinasi akademik, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan perumusan hipotesis.

A.Prestasi Belajar

1. Definisi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan mengimplikasikan ke dalam kehidupan si pembelajar. Kegiatan belajar bukan hanya untuk individu yang sedang menempuh pendidikan namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Berhasil tidaknya seorang mahasiswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh mahasiswa tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) belajar adalah suatu kegiatan penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang dipelajari di sekolah yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes/nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku


(30)

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat yang sama juga dipaparkan oleh Syah (2012: 59), yang menyatakan bahwa belajar adalah key term,

„istilah kunci‟ yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga

tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

Menurut Winkel (2014: 59), belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap sebab perubahan dari belajar bersifat relatif konstan dan berbekas. Hal ini juga disampaikan oleh Hamalik (1994: 27-31) bahwa pengertian belajar dibagi menjadi dua pandangan yaitu belajar menurut pandangan tradisional dan belajar menurut pandangan modern. Belajar menurut pandangan tradisional adalah suatu kegiatan atau usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, pandangan ini lebih menekankan pada perkembangan otak/intelektual melalui buku bacaan yang dipelajarinya sedangkan belajar menurut pandangan modern merupakan suatu proses perubahan tingkah laku hasil interaksi dengan lingkungan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau mengerti. Sedangkan menurut Marimin dan Vemilia (2009: 270) mengungkapkan bahwa belajar merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Belajar juga


(31)

sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia dari lahir hingga akhir hayat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang berguna sebagai perubahan tingkah laku dan pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2. Prestasi Belajar

Hasil belajar yang memuaskan tidak mudah didapatkan seturut dengan apa yang dibayangkan, bukan berarti prestasi tidak bisa dicapai. Namun prestasi dapat diperoleh jika mahasiswa mau berjuang dan berkorban dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapinya. Prestasi mahasiswa dapat diperoleh dari mana saja baik dalam akademik maupun non akademik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1100-1101), prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari kegiatan belajar yang telah dilakukan atau dikerjakan yang sifatnya kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sedangkan arti gabungan antara prestasi dan belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1101) merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya diukur dalam nilai tes. Hal yang sama juga di sampaikan oleh Tego (2012: 84) bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang diberikan oleh dosen untuk


(32)

mengetahui kemampuan mahasiswa. Hasil belajar tersebut biasanya dinyatakan dalam simbol, angka, huruf, maupun kalimat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan pada diri pembelajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta sebagai bukti atas usaha dalam kegiatan belajar. Proses penilaian ini berasal dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang bertujuan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam menerima pembelajaran dari dosen. Penilaian ini biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Menurut Slameto (2010 : 54-72), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

a. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini terbagi menjadi 3 yakni :

1) faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh

2) faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

3) faktor kelelahan, terbagi menjadi 2 yakni :

a) Kelelahan jasmani, faktor ini dapat terlihat dari lemahnya kondisi tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.


(33)

b) Kelelahan rohani, hal ini dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan yang berakibat pada berkurangnya minat dan dorongan.

b. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ekstern ini terbagi menjadi 3 faktor yakni:

1) faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam bermasyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

B.Kecerdasan emosional

1. Definisi Emosi

Kata Emosi berasal dari Bahasa Latin, yaitu movere yang arti

“menggerakkan, bergerak”. Tambahan awalan “e” untuk memberikan arti “bergerak menjauh”. Makna yang tersirat dalam kata ini adalah emosi itu

cenderung bertindak secara mutlak. Menurut Goleman (1997: 411) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis yang cenderung untuk bertindak. Emosi pada dasarnya


(34)

merupakan dorongan untuk bertindak dari rangsangan yang berasal dari luar maupun dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira, emosi yang mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara fisiologis terlihat tertawa.

Menurut Goleman (1997 : 411) emosi mempunyai berbagai macam jenis, yaitu:

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, dan kesal hati.

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi diri, dan putus asa. c. Rasa Takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,

tidak tenang, dan ngeri.

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur dan bangga. e. Cinta : penerimaan, persahabatan,

kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan,

dan kasih.

f. Terkejut : terkesiap dan terkejut.

g. Jengkel : hina, jijik, mual, muak dan tidak

Suka.

h. Malu : malu hati dan kesal.

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan uuntuk memberikan respon dan bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong suatu individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun luar diri manusia.


(35)

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan suatu istilah yang dilontarkan pertama kali oleh psikolog Pater Salovey dan John Mayer (dalam Goleman, 1997: 20). Ia mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan yang bermanfaatkan untuk membantu pikiran, memahami perasaan serta mengendalikan perasaan secara mendalam. Hal ini dilakukan supaya individu dapat memahami perkembangan emosi dan intelektual yang dimilikinya.

Senada dengan pemikiran di atas Goleman (1997: 45) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali perasaan diri maupun perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dalam diri sendiri dan membina hubungan dengan orang lain meliputi kemampuan mengatasi frustasi, mengendalikan dorongan dalam hati dan menjaga beban stres supaya tidak melumpuhkan kemampuan berpikir serta bersimpati. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, bersifat tidak menetap dan berubah-ubah setiap saat. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan dalam pembentukan kecerdasan emosional individu terutama lingkungan keluarga.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan suatu tindakan yang menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain yang


(36)

dilakukan dengan cara menanggapi dengan tepat dan menerapkan dengan efektif di dalam kehidupan sehari-hari.

3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Hein (dalam Nurdin, 2009: 104-105) mengemukakan tentang ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik yaitu:

Kecerdasan Emosiona yang Tinggi Kecerdasan Emosional yang Rendah Dapat Mengekspresikan emosi dengan

jelas.

Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi menyalahkan orang lain.

Tidak merasa takut untuk mengekspresikan perasaannya.

Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain, suka memerintah, suka mengkritik. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaan

negatif

Suka mengalahkan orang lain. Dapat memahami (membaca) komunikasi

nonverbal.

Berbohong tentang apa yang ia rasakan. Membiarkan perasaan yang dirasakan

untuk membimbingnya.

Membiarkan segala hal terjadi atau bereaksi berlebihan terhadap kejadiaan yang sederhana (kecil) sekalipun. Berperilaku sesuai dengan keinginan

bukan karena keharusan, dorongan, dan tanggungjawab.

Tidak memiliki perasaan dan integritas.

Menyeimbangkan perasaan dengan rasional, logika dan kenyataan.

Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain.

Termotivasi secara intrinsik. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa kasihan.

Tidak termotivasi karena kekuasaan, kenyataan, status, kebaikan dan persetujuan.

Kaku, tidak flesibel, membutuhkan aturan-aturan dan struktural untuk merasa bersalah.

Memiliki emosi yang fleksibel. Merasa tidak aman, definisif, dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa bersalah.

Optimis, tidak menginternalisasikan kegagalan.

Tidak bertanggung jawab.

Peduli dengan perasaan orang lain. Pesimistik dan sering menganggap dunia tidak adil.

Seseorang untuk menyatakan perasaan Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah, sering menyalahkan menggunakan kepandaian yang dimilikinya untuk menilai dan mengkritik serta tanpa rasa hormat terhadap perasaan orang lain.

Tidak digerakkan oleh ketakutan dan kekhawatiran.

Dapat mengindentifikasikan berbagai perasaan secara bersamaan.


(37)

4. Dimensi Kecerdasan Emosi

Menurut Salovey (dalam Goleman, 1997: 58-59), kecerdasan emosional terbagi menjadi lima dimensi yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan mengenali diri sendiri merupakan kemampuan yang paling dasar dalam kehidupan seseorang. Mengenali berarti menyadari akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Menurut Goleman (2009: 63), kesadaran seseorang akan emosinya sendiri sering disebut metamood dan metakognisi artinya kesadaran tentang proses berpikir. Istilah-Istilah yang sedikit rumit ini sering digunakan oleh para ahli psikologi. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang, sebab jika seseorang telah sadar akan dirinya sendiri maka ia akan melakukan refleksi diri, mengamati serta menggali pengalaman termasuk emosi pada dirinya.

Menurut Goleman (1997: 403- 404), ciri-ciri individu yang mampu mengenali emosi diri adalah: 1) Perbaikan dalam mengenali dan merasakan emosinya sendiri, 2) Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul, 3) Mengenali perbedaan perasaan dengan tindakan.

b. Mengelola Emosi

Menurut Goleman (1997: 58), kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan individu dalam mengenal perasaan supaya dapat terungkap dengan tepat atau selaras untuk mencapai keseimbangan


(38)

dalam diri individu. Kemampuan ini dapat meningkatkan kesejahteraan emosi. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan/ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri orang yang kemampuan dalam mengelola emosi yaitu sebagai berikut:

1) Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah.

2) Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian dan gangguan di ruang kelas.

3) Lebih mampu mengungkapkan amarah yang tepat, tanpa berkelahi.

4) Berkurangnya larangan masuk sementara dan skorsing.

5) Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.

6) Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri, sekolah, dan keluarga.

7) Lebih baik dalam menengani ketegangan jiwa. 8) Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam

pergaulan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk menumbuhkan semangat dengan baik dalam menjalankan suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat guna mencapai tujuan dalam kehidupannya (Goleman, 1997: 110). Kepuasan, ketekunan, keuletan, menahan diri dari kepuasan, mengendalikan dorongan hati dan memiliki perasaan motivasi yang positif merupakan karakter individu yang mampu memotivasi diri dengan baik.


(39)

Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu yang dapat memotivasi dirinya sendiri adalah: 1) Mempunyai rasa bertanggung jawab, 2) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan menaruh perhatian, 3) Kurang impulsif dan lebih menguasai diri, 4) Meningkatnya nilai tes akademik.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan seorang individu dalam mengenali emosi orang lain disebut empati. Empati dibangun atas dasar kesadaran diri. Dengan kesadaran diri yang tinggi akan membuat seseorang mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal, mengakui emosinya sendiri dan mampu membaca perasaan orang lain.

Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi, yang bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang apa yang dibutuhkan orang lain. Hal ini dilakukan agar individu mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati bertujuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. Perasaan orang lain dapat diketahui dari nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah lewat pesan nonverbal si pembaca dari orang yang bersangkutan. Hal ini telah dibuktikan oleh Rosenthal (dalam Goleman, 1997: 136) dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kesimpulan bahwa individu yang mampu membaca


(40)

perasaan dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuaikan diri sendiri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih peka/lebih berempati. Menurut Goleman (1997: 404), ciri-ciri individu yang memiliki empati dengan orang lain meliputi: 1) Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, 2) Mampu memperbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain, 3) Lebih mampu mendengarkan orang lain.

e. Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antarpribadi (Goleman, 1997: 59). Kemampuan dasar dalam membina hubungan dengan orang lain adalah dengan komunikasi. Orang yang mampu berkomunikasi dengan baik maka ia juga berhasil dalam pergaulan.

Ramah, tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana seorang individu mampu membina hubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian ini juga dapat diketahui dari banyaknya individu mempunyai hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Menurut Goleman (1997: 404-405), ciri-ciri individu yang mampu membina hubungan dengan orang lain meliputi:

1) Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan.

2) Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan merundingkan persengketaan.


(41)

3) Lebih baik menyelesaikan persoalan yang timbul dalam hubungan.

4) Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi. 5) Lebih populer dan mudah bergaul.

6) Bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya. 7) Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya.

8) Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa. 9) Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras

dengan kelompok.

10)Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong.

11)Lebih demokratis delam bergaul dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil fakor-faktor utama serta prinsip dasar dari kecerdasan emosional sebagai komponen dalam mengembangkan instrumen penelitian pada variabel kecerdasan emosional.

C.Perilaku Belajar

Perilaku adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan yang akan membentuk kepribadian dalam dirinya. Menurut Gibson (1984: 53) dalam mengatakan bahwa perilaku dapat diartikan menjadi lima arti yakni: 1) Perilaku adalah suatu sebab, 2) Perilaku diarahkan oleh tujuan, 3) Perilaku yang bisa diamati dan diukur, 4) Perilaku yang tidak dapat secara langsung diamati dalam hal berfikir dan mengawasi, 5) Perilaku dimotivasi atau didorong.

Menurut Suwardjono (1992: 151), belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan strategik untuk mencapai tujuan individu. Pilihan strategik ini menuntut adanya kesadaran dalam menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi. Mereka yang belajar diperguruan tinggi dituntut tidak hanya


(42)

memiliki keterampilan teknis tetapi juga mempunyai daya dan kerangka berpikir, sikap mental, kepribadian dan kearifan tertentu yang mencerminkan kepribadiaan kesarjanaan. Oleh sebab itu, diperlukan perilaku belajar yang sesuai dalam kegiatan belajar di perguruan tinggi.

Menurut Gie (dalam Prasetyo, (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/ article/view/978/894), perilaku belajar adalah suatu perilaku secara keseluruhan yang ditunjukkan secara konsisten dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan belajar karena perilaku belajar tidak diperoleh secara alamiah namun peroleh secara sadar dan disengaja. Perilaku belajar sering juga disebut kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu secara berulang-ulang dan akan menjadi kebiasaan. Menurut Suwardjono (2009: 1- 17), perilaku belajar yang baik terdiri dari:

1. Kebiasaan mengikuti pelajaran

Kebiasaan mengikuti pelajaran adalah kebiasaan yang dilakukan mahasiswa pada saat pelajaran berlangsung seperti kebiasaan memperhatikan penjelasan dosen, membuat catatan dan keaktifan di kelas melalui diskusi. Kegiatan kuliah ini dilakukan sebagai forum untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dan pemahaman dosen terhadap pengetahuan yang menjadi topik perkuliahan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar mahasiswa hanya datang, duduk, mendengarkan, dan mencatat tetapi tidak terlibat aktif di kelas. Hal-hal tersebut sering disebut dengan istilah dengarkopi, yang artinya kegiatan


(43)

proses belajar merupakan hasil pengalihan catatan dosen ke catatan kuliah mahasiswa.

Hal ini sangat disayangkan, sebab kuliah adalah suatu kegiatan belajar yang bertujuan sebagai penguatan pemahaman mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebagai hasil dari kegiatan belajar mandiri. Sebab bila mahasiswa tidak menyiapkan diri dan masuk kelas dalam keadaan kosong pikirannya maka ia akan terhambat memahami pembelajaran bahkan hingga tidak ada proses pemahaman sama sekali.

2. Kebiasaan membaca buku

Buku adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan membaca merupakan sarana dalam pengembangan penalaran. Kemampuan penalaran seseorang akan sampai pada tingkat yang tinggi, jika si pembelajar mampu dan tahu sesuatu hal hanya dengan membaca. Namun, kebiasaan membaca buku saat ini sangat rendah dikalangan mahasiswa. Hal ini diakibatkan si pembelajar lebih cenderung menggantungkan penjelasan dosen. Banyak alasan yang sering dilontarkan mahasiswa, salah satunya adalah buku teks sulit dipahami atau bahasa yang terlalu rumit. Padahal keterampilan membaca merupakan keterampilan yang paling penting untuk dikuasai oleh kaum pelajar terutama mahasiswa.

3. Kunjungan ke Perpustakaan

Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh dosen tidak lepas dari proses belajar dan pergaulan yang biasanya dilakukan dari hasil penelitian


(44)

dengan para praktisi. Mahasiswa yang sudah terbiasa menyerap pengetahuan yang telah disampaikan dosen tanpa masalah dan kontroversi tetapi tiba-tiba mahasiswa harus mencari sendiri pengetahuan yang didapat dan harus menghadapi masalah, kontroversi serta harus menemukan satu gagasan dan masalah. Keterampilan ini membentuk mahasiswa utuk mau mengunjungi perpustakaan. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa untuk membuka cakrawala tentang bahan-bahan kuliah bahkan ilmu pengetahuan lain.

4. Kebiasaan menghadapi ujian

Ujian adalah bentuk akhir dari kegiatan belajar. Setelah seseorang melakukan proses belajar maka orang tersebut akan melihat kemampuannya atas kegiatan belajar yang dilakukannya melalui kegiatan ujian. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa paham pembelajaran yang telah diterimanya selama perkuliahan.

Namun kebanyakan mahasiswa hanya mementingkan nilai semata, tanpa dilakukannya proses belajar yang sesungguhnya. Sebab menurut mereka cerminan dari nilai adalah cerminan kehidupan mereka kelak. Akan tetapi bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individu yang jelas tentu bukan nilai yang menjadi tujuan tetapi nilai merupakan konsekuensi dari proses belajar yang telah dilakukannya.


(45)

D.Prokrastinasi Akademik

1. Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan suatu fenomena yang dapat terjadi di setiap bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang akademik. Menurut DeSimone (dalam Ferarri, 1995: 4), istilah Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare yang berarti harfiah, untuk menunda atau

menunda sampai hari lain. Prokrastinasi mempunyai awalan “pro” yang berarti “gerak maju” dan akhiran “crastinus” berarti “ hingga hari esok”

maka dapat diartikan bahwa prokrastinasi adalah suatu sikap untuk menangguhkan atau menunda pekerjaan yang hendaknya segera diselesaikan hingga sampai pada hari berikutnya.

Menunda pekerjaan merupakan “penyakit” yang secara sengaja

maupun tidak sengaja pernah dilakukan oleh prokrastinator. Banyak alasan seseorang menunda pekerjaannya mulai dari kesibukan, tidak mood sekedar malas bahkan manajemen waktu yang tidak efektif. Hal ini terjadi karena prokrastinator memiliki pandangan bahwa mengerjakan sesuatu dalam waktu yang terbatas rasanya justru akan lebih bersemangat, lebih banyak ide yang keluar dan lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas dengan cepat. Padahal sesungguhnya prokrastinator sedang dihadapkan pada keadaan tertekan, keadaan ini akan memaksakan dirinya untuk mengeluarkan seluruh kemampuan dan pengetahuan yang telah dimilikinya serta pengambilan keputusan yang cepat.


(46)

Menurut Putri (2014: 16), prokrastinasi akademik adalah suatu kecenderungan untuk menunda maupun menyelesaikan tugas pada enam area akademik yang meliputi tugas mengarang, belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara umum, yang dilakukan secara terus menerus baik penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline, ataupun penundaan jangka panjang melebihi deadline yang dapat mengganggu kinerja dalam waktu yang terbatas dengan mengganti aktivitas yang sudah tidak penting. Hal ini sama dengan pendapat Handaru, A.W., Lase, Evi dan Parimita W., (2014) bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu kecenderungan menunda mengerjakan tugas secara sengaja akibat adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas sehingga muncul perasaan tertekan, tidak nyaman, dan gelisah pada diri sendiri.

Dari beberapa penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa, prokrastinasi akademik adalah suatu penundaan yang sering dilakukan oleh seorang individu dalam kegiatan akademik secara sengaja maupun tidak sengaja dan berulang-ulang yang dilakukan untuk menjauhkan dirinya dari kewajibannya.

2. Alasan Melakukan Tindakan Prokrastinasi.

Prokrastinasi terjadi bukan semata-mata terjadi begitu saja namun terdapat alasan-alasan dibalik terjadinya prokrastinasi. Menurut Melani dalam (http://lptui.com/artikel/personal-empowerment/janganmenunda#


(47)

sthash.fpcDEA0j.dpuf: 19 Oktober 2015), terdapat beberapa alasan tindakan prokrastinasi dapat terjadi:

a. Pekerjaan yang dilakukan tidak dimengerti, membingungkan atau tidak sesuai dengan minat kita sehingga sulit termotivasi untuk memulai pekerjaan tersebut.

b. Perfeksionis. Bagi orang yang perfeksionis, ada suatu standar yang terkadang sulit sekali untuk dicapai sehingga menurunkan semangat untuk mengejar standar tersebut.

c. Kecemasan terhadap pandangan atau penilaian orang lain terhadap pekerjaan kita. Hal ini membuat kita takut untuk menyelesaikan tugas.

d. Kecemasan terhadap hal-hal yang belum diketahui. Jika kita mencoba suatu tugas baru, kita cenderung takut membuat kesalahan sehingga kita menghindar dari tugas tersebut.

e. Tidak memiliki kemampuan atau keterampilan untuk menyelesaikan tugas sehingga rasanya lebih mudah untuk menghindar atau tidak mengerjakan sama sekali.

3. Jenis-Jenis Prokrastinasi

Menurut Ferarri, dkk (1995: 130-132) kegiatan prokrastinasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Prokrastinasi Fungsional (Functional Procrastination), yaitu jenis penundaan mengerjakan tugas yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat. Individu yang termasuk dalam jenis prokrastinasi ini adalah individu yang mempunyai pandangan bahwa pekerjaan hendaknya diselesaikan dengan sempurna walaupun dalam mengerjakan mereka melewati waktu yang optimal yang seharusnya dilakukan hingga mendapatkan penyelesaikan yang baik.


(48)

b. Prokrastinasi Disfungsional (Disfunctional Procrastination), yaitu jenis penundaan yang tidak bertujuan, berakibat tidak baik dan dapat menimbulkan masalah. Jenis penundaan ini tidak disertai dengan sebuah alasan yang berguna bagi prokrastinator ataupun orang lain, hal demikian yang berakibat pada kebiasan yang sulit untuk dilepaskan.

4. Dimensi Prokrastinasi Akademik

Menurut Milgram (dalam Rumiani, 2006: 38- 39), prokrastinasi dilakukan hanya semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal akan tetapi penundaan juga dilakukan untuk tidak membuat tugas secara optimal, ini merupakan penundaan yang tidak berguna. Oleh sebab itu Milgram, membagi prokrastinasi menjadi 4 dimensi yaitu:

a. Serangkaian perilaku penundaan

b. Menghasilkan perilaku di bawah standar

c. Melibatkan sejumlah tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan oleh prokrastinator

d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan 5. Indikator Prokrastinasi Akdemik

Schouwenburg (dalam Ferrari dkk, 1995: 76-84) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku penundaan yang dapat termanifestasi dalam aspek-aspek yang dapat diukur dan diamati ciri-cirinya. Ada empat indikator keprilakuan dalam prokrastinasi akademik, yaitu:


(49)

a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi.

Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya merupakan tugas yang harus diselesaikan sebab tugas tersebut berguna bagi dirinya, akan tetapi prokrastinator tersebut menunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas tersebut sampai tuntas.

b. Kelambanan dalam mengerjakan tugas.

Individu yang melakukan prokrastinasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempersiapkan tugasnya daripada waktu untuk mengerjakan tugas. Prokrastinator ini membuang waktu yang harusnya untuk menyelesaikan tugasnya dengan hanya untuk mempersiapkan secara berlebihan tanpa memperhitungkan batasan waktu yang dimiliki untuk menyelesaikannya.

Tindakan ini terkadang mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya secara memadai. Lambannya kerja seseorang dalam menyelesaikan kewajiban menjadi ciri utama dalam prokrastinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Prokrastinator memiliki kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang mungkin telah merencanakan untuk mulai mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan sendiri tetapi ketika saatnya tiba untuk mengerjakan prokrastinator tidak kunjung


(50)

melakukannya dan memilih untuk menunda. Hal ini dapat menyebabkan kelambanan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Individu yang dengan sengaja tidak segera melakukan tugas dan lebih memilih waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan maupun menyalurkan hobinya seperti membaca (koran, majalah, novel dan lainnya), menonton, mengobrol, jalan-jalan , mendengarkan musik dan sebagainya sehingga akan menyita waktu yang dimiliki yang sebenarnya dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas.

e. Munculnya Kerisauan Emosional

Perasaan yang muncul ketika seseorang mengalami kerisauan emosional adalah adanya perasaan cemas, perasaan bersalah, takut, panik, kecewa dan benci terhadap tugasnya dan sebagainya. Perasaan risau ini akan terjadi cenderung muncul ketika seorang individu takut untuk melakukan kesalahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain yang lebih


(51)

menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan dan kerisauan emosional.

6. Dampak Prokrastinasi Akademik

Perilaku prokrastinasi akan membawa dampak internal maupun ekternal bagi prokrastinator dan lingkungannya. Menurut Chufron dan Rianawati (dalam Putri, 2014: 24-25), dampak prokrastinasi dibagi menjadi dua yaitu dampak internal maupun dampak eksternal yaitu:

a. Dampak internal

Penyebab proktastinasi biasanya muncul dalam diri prokratinator. Contohnya: saat prokrastinator mempunyai rasa takut gagal maka saat itu prokrastinasi akan melakukan penundaan besar-besaran untuk mengerjakan tugas. Seperti seorang siswa yang mempunyai pemikiran bahwa semua mata pelajaran sulit, maka secara langsung ia akan berfikir bahwa ia akan gagal dan berbuat kesalahan sehingga ia cenderung menunda belajar maupun mengerjakan tugas-tugasnya. b. Dampak eksternal

Prokrastinasi akan terjadi pada seseorang yang mengalami fatigue (kepenatan, kelelahan dan keletihan) serta kepada seseorang yang memiliki karakter sosial yang tercermin dalam berhubungan sosial. Contohnya: seorang mahasiswa menunda mengerjakan tugas karena tugas itu sangat susah maka ia akan mendapatkan peringatan dari dosen yang bersangkutan.


(52)

7. Cara Mengatasi Tindakan Prokrastinasi

Menurut Melani ((http://lptui.com/artikel/personal-empowerment/ janganmenunda#sthash.fpcDEA0j.dpuf), Cara mengatasi perilaku prokrastinasi yaitu sebagai berikut:

a. Pastikan katagori perilaku prokrastinasi apa yang paling sering muncul dari diri anda.

b. Jujurlah ketika membuat keputusan dalam menyelesaikan tugas

c. Lihat konsekuensi dari penyelesaian tugas, jika tugas berhasil diselesaikan maka seolah-olah kita telah membuat investasi yang akan individu rasakan hasilnya kemudian.

d. Pahami mengapa tugas tersebut harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

e. Pecah tugas dalam beberapa bagian beserta waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. f. Buatlah daftar tugas yang bisa dilihat setiap saat. g. Ajak orang lain untuk membantu mengugatkan anda h. Jika mudah terpengaruh oleh lingkungan, maka cari

atau buatlah lingkungan yang mendukung konsentrasi anda.

i. Buatlah cacatan mengenai keberhasilan mengerjakan tugas sesuai target waktu

E.Hasil Penelitian Yang Relevan

Seperti yang dikemukan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga pokok permasalahan yakni kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik.

1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gedeon (2012) tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan prestasi belajar, penelitian ini berdasarkan pada fenomena rendahnya tingkat kecerdasan emosional mahasiswa dilihat dari cara bergaul, cara


(53)

beradaptasi, kurangnya rasa percaya diri dan pada aspek perilaku belajar mahasiswa meliputi kurangnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan kuliah serta kebiasaan menyalin/mencotek pekerjaan teman. Kebiasaan-kebiasaan ini akan mengakibatkan pemahaman yang dangkal oleh mahasiswa dalam kegiatan belajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Gedeon menggunakan teknik korelasi

spearman rank. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa 1) tidak

ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar (rhitung =0,074< rtabel=0,195 dengan ), 2) tidak ada hubungan positif dan signifikan antara perilaku belajar dan prestasi belajar (rhitung =0,040< rtabel=0,195 dengan ).

Hasil penelitian Gedeon berbeda dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/ download/978/894) tentang pengaruh kecerdasan emosional dan perilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Brawijaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Gedeon menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional tidak mempunyai hubungan positif dengan prestasi belajar sedangkan menurut hasil penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi belajar.


(54)

Pada penelitian Prasetyo dilakukan atas dasar fenomena mahasiswa yang jarang meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik regresi berganda. Hasil penelitian Prasetyo menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar secara stimulan berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi (fhitung =7,256 <

ftabel=3,028).

2. Pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001) tentang pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa akuntansi, penelitian ini berdasarkan pada fenomena perilaku belajar yang bagaimana yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dalam penelitian ini, perilaku belajar ditinjau dari empat aspek yang meliputi kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian.

Keempat aspek tersebut diteliti oleh Hanifah dan Syukriy dan dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan membaca buku, kebiasaan berkunjung ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa, akan tetapi hanya dua aspek yaitu aspek kunjungan ke perpustakaan dan kebiasan menghadapi ujian saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa.


(55)

Hasil penelitian yang dilakukan Hanifah dan Syukriy berbeda dengan hasil penelitian oleh Francisca (2010) tentang pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiwa akuntansi. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian Hanifah dan Syukriy menunjukkan bahwa empat aspek dalam perilaku belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa akan tetapi hanya dua aspek yaitu kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan mengikuti ujian yang berpengaruh secara signifikan. Di sisi lain, hasil penelitian Francisca menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh kebiasaan mengikuti kuliah sedangkan kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan mengikuti ujian tidak mempengaruhi prestasi belajar.

Penelitian Francisca dilakukan berdasarkan fenomena perilaku belajar yang harus dibangun oleh mahasiswa dan pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa di perguruan tinggi. Penelitian ini ada empat aspek perilaku belajar yang akan diteliti yaitu kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian. Penelitian tersebut diteliti dan dianalisis menggunakan teknik regresi berganda dan uji beda. Hasil penelitian Francisca menunjukkan bahwa hanya kebiasaan mengikuti kuliah berpengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa sedangkan tiga aspek yang lain tidak mempunyai pengaruh.


(56)

3. Pengaruh Prokrastinasi Akademik terhadap prestasi belajar

Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sari (2009) yang tentang hubungan antara prokratinasi akademik dan kecemasan terhadap matametika dengan prestasi belajar siswa SMA Pius Tegal kelas XI Ilmu Sosial, penelitian ini berdasarkan fenomena tentang banyaknya siswa yang mengalami kecemasan, ketakutan, gundah dan kacau apabila menghadapi pelajaran matematika. Hal ini yang akan mempengaruhi siswa di dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan akan mengarah pada terjadinya prokrastinasi. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil penelitian Sari menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan positif yang lemah dengan prestasi belajar dengan korelasi sebesar 0,354.

Hasil penelitian Sari berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oematan (2013) yang berjudul hubungan antara prokrastinasi akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Surabaya. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian Sari menunjukkan bahwa prokrastinasi berhubungan prositif yang lemah dengan prestasi belajar mahasiswa. Di sisi lain, penelitian Oematan menyimpulkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik mahasiswa, yang tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah.

Penelitian Oematan dilakukan berdasarkan fenomena tentang perbedaan hasil penelitian terdahulu serta hasil survei yang dilakukan oleh


(57)

Budianto pada tahun 2008 menunjukkan bahwa rendahnya prestasi akademik mahasiswa pada kelulusan 2006/2007 Universitas Surabaya yang diduga karena faktor prokrastinasi akademik. Penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian Oematan menunjukkan bahwa Prokrastinasi Akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik mahasiswa, tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah.

F. Kerangka Berfikir

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan lebih yang dimiliki oleh seseorang untuk mengenal dirinya sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi dengan tepat (Goleman, 1997). Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan seseorang dalam menjalankan kegiatan khususnya di bidang pendidikan. Goleman (1997: 44) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam kehidupan, sedangkan 80% ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lain, salah satunya adalah kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan untuk dirinya sendiri maupun orang lain seperti memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood) maupun berempati dan bekerja sama dengan orang lain.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gedeon (2012), dan Prasetyo (http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/978/894)


(58)

ditemukan perbedaan hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut saling bertolak belakang, penelitian Gedeon menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar akan tetapi disisi lain hasil penelitian Prasetyo menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian kembali yang bertujuan untuk mengkonfirmasi perbedaan hasil pada kedua penelitian sebelumnya.

Kecerdasaan Emosional yang baik akan juga membentuk perilaku belajar yang baik. Perilaku belajar sering disebut kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan untuk mencapai kegiatan belajar yang maksimal . Menurut Suwardjono (2009) perilaku belajar yang baik terdiri dari: 1) kebiasaan mengikuti pembelajaran, 2) kebiasaan membaca buku, 3) kebiasaan berkunjung ke perpustakaan, dan 4) kebiasaan menghadapi ujian. Kebiasaan belajar (perilaku belajar) yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik dan sebaliknya kebiasaan belajar yang buruk akan berdampak pada prestasi belajar yang kurang maksimal.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hanifah dan Syukriy (2001), dan Francisca (2010) ditemukan perbedaan hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut saling bertolak belakang, penelitian Hanifah dan Syukriy menyatakan bahwa empat aspek dalam perilaku belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar mahasiswa, akan tetapi hanya kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian yang berpengaruh secara


(59)

signifikan terhadap prestasi belajar. Di sisi lain hasil penelitian Francisca menyatakan bahwa hanya satu aspek dalam perilaku belajar yaitu kebiasaan mengikuti kuliah yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa sedangkan ketiga aspek yang lain tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Dari perbedaan inilah, peneliti akan melakukan penelitian kembali yang bertujuan untuk mengkonfirmasi perbedaan hasil pada kedua penelitian sebelumnya. Penelitian ini empat aspek pada perilaku belajar akan digabung menjadi satu karena 1) menurut Suwardjono perilaku belajar di perguruan tinggi pada empat aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan 2) peneliti ingin mencoba melihat secara gabungan pengaruh empat aspek dalam perilaku belajar terhadap prestasi belajar.

Seorang individu yang telah memiliki kecerdasan emosional dan perilaku belajar yang baik, tidak menutup kemungkinan akan terbebas dari prokrastinasi. Prokrastinasi adalah suatu kegiatan penundaan yang sering dilakukan oleh seorang individu salah satunya dalam kegiatan akademik secara sengaja maupun tidak sengaja serta berulang-ulang untuk menjauhkan dirinya dari tugas/kewajiban. Setiap orang pasti pernah melakukan penundaan terhadap tugas/kewajiban secara sengaja maupun tidak sengaja karena alasan tertentu. Terlebih bagi mahasiswa, ia akan merasa dirugikan jika mengalami suatu dampak negatif misalnya tidak mendapat nilai jika mengumpulkan tugas terlambat. Dampak tersebut yang akan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Sebab hasil belajar mahasiswa bukan hanya diukur dari nilai Ujian Sisipan, Ujian Tengah Semester maupun Nilai Ujian Akhir Semester tetapi


(60)

juga diukur dari nilai-nilai tugas mahasiswa seperti tugas membuat makalah, jurnal, maupun tugas perkuliahan lainnya.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2009) dan Oematan (2013) ditemukan perbedaan hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut saling bertolak belakang, hasil penelitian pertama oleh Sari menyatakan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan positif yang lemah terhadap prestasi belajar mahasiswa akan tetapi disisi lain hasil penelitian Oematan menyatakan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi belajar mahasiswa, tergantung alat ukur dan angkatan kuliah. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian kembali yang bertujuan untuk mengkonfirmasi perbedaan hasil pada kedua penelitian sebelumnya. Dari kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar I

Kerangka Konseptual Penelitian

(Ha)

Kecerdasan Emosional ( X1)

Perilaku Belajar (X2)

Prokrastinasi Akademik (X3)

Prestasi Belajar Mahasiswa


(61)

Maka dari konsep pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, FKIP, Universitas Sanata Dharma.


(62)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, tempat penelitian dan waktu, populasi, sampel dan teknik penarikan sampel, operasionalisasi variabel, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen dan teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini tidak bisa direalisasikan di tempat lain. Sebab, penelitian studi kasus merupakan penelitian dengan karakteristik dan masalah yang mempunyai kaitan antara latar belakang dan kondisi nyata saat ini dari subyek yang diteliti.

B.Tempat / Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma Jalan Affandi (Gejayan) Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022.

2. Waktu Penelitian


(63)

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa-Mahasiswi Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari 3 faktor yakni kecerdasan emosional, perilaku belajar dan prokrastinasi akademik. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

D.Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian si peneliti yang sesuai dengan karakterakter yang telah ditetapkan dalam suatu ruang lingkup tertentu. Maka, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah Populasi mahasiswa sebanyak 383 mahasiswa.


(64)

Tabel 1 Populasi Penelitian

Tahun Angkatan Jumlah

2009 1 mahasiswa

2010 14 mahasiswa

2011 23 mahasiswa

2012 69 mahasiswa

2013 103 mahasiswa

2014 86 mahasiswa

2015 87 mahasiswa

Total 383 mahasiswa

Sumber: Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2015/2016 Semester Genap

2. Sampel

Menurut Siregar (2014: 30) sampel adalah suatu prosedur pengambilan sebagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat serta ciri-ciri yang sesuai dengan kriteria dari suatu populasi. Sedangkan menurut Yusuf (2014: 150) sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili suatu populasi yang merujuk kepada ciri-ciri populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya. Jadi sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk mewakili suatu populasi yang sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristiknya.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran sampel adalah teknik Slovin (Siregar, 2014: 34) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi


(65)

Maka, dalam penelitian ini jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 196 mahasiswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel adalah strata sampel. Strata sampel adalah suatu teknik pengambilan sampel dari populasi yang memiliki tingkatan atau kriteria yang sama. Strata sampel yang digunakan yaitu jenis proporsional sampel yang memiliki mengambil sampel sesuai proporsional atau sebanding. Maka, proporsi sampel yang digunakan di setiap angkatan akan dihitung sebagai berikut:

Tabel 2

Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Angkatan

Tahun Angkatan Perhitungan banyaknya

sampel Jumlah Sampel

2010 14/383 x 196 7 mahasiswa

2011 23/383 x 196 12 mahasiswa

2012 69/383 x 196 35 mahasiswa

2013 103/383 x 196 53 mahasiswa

2014 86/383 x 196 44 mahasiswa

2015 87/383 x 196 45 mahasiswa

Total 196 mahasiswa


(1)

Perhitungan Skor:

20 + 81% (100

20) = 84,8 dibulatkan menjadi 85

20 + 66% (100

20) = 72,8 dibulatkan menjadi 73

20 + 56% (100

20) = 64,8 dibulatkan menjadi 65

20 + 46% (100

20) = 56,8 dibulatkan menjadi 57

Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan katagori kecenderungan

variabel adalah sebagai berikut:

No.

Interval

Kategori

1

86-100

Sangat Baik

2

74-85

Baik

3

66-73

Cukup

4

58-65

Kurang baik

5

20-57

Sangat Kurang Baik

C.

Variabel Prokrastinasi Akademik

Skor tertinggi yang mungkin dicapai

: 4 x 52 pernyataan = 208

Skor terendah yang mungkin dicapai

: 1 x 52 pernyataan = 52

Perhitungan Skor:

52 + 81% (208

52) = 178,36 dibulatkan menjadi 178

52 + 66% (208

52) = 154,96 dibulatkan menjadi 155

52 + 56% (208

52) = 139,36 dibulatkan menjadi 139

52 + 46% (208

52) = 123,76 dibulatkan menjadi 124


(2)

Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan katagori kecenderungan

variabel adalah sebagai berikut:

No.

Interval

Kategori

1

179-208

Sangat Rendah

2

156-178

Rendah

3

140-155

Cukup

4

125-139

Tinggi

5

52-124

Sangat Tinggi

D.

Variabel Prestasi Belajar

Nilai IPK

Kategori

3,51

4,00

Amat Baik

2,76

3,50

Baik

2,00

2,75

Cukum

1,00

1,99

Kurang


(3)

171

LAMPIRAN 7


(4)

Hasil Uji Regresi Ganda

Descriptive Statistics

Mean Std.

Deviation N

Prestasi_Bljr 2.8173 .56127 196

Kec_Emosi 141.29 14.955 196

Perilaku_Bljr 67.30 7.556 196

Prokrastinasi_Admk 118.82 15.819 196

Correlations Prestasi_ Bljr Kec_ Emosi Perilaku_ Bljr Prokrastinasi_ Admk

Pearson Correlation Prestasi_Bljr 1.000 .111 .177 -.178

Kec_Emosi .111 1.000 .451 -.401

Perilaku_Bljr .177 .451 1.000 -.605

Prokrastinasi_Admk -.178 -.401 -.605 1.000

Sig. (1-tailed) Prestasi_Bljr . .061 .006 .006

Kec_Emosi .061 . .000 .000

Perilaku_Bljr .006 .000 . .000

Prokrastinasi_Admk .006 .000 .000 .

N Prestasi_Bljr 196 196 196 196

Kec_Emosi 196 196 196 196

Perilaku_Bljr 196 196 196 196

Prokrastinasi_Admk 196 196 196 196

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .199a .040 .025 .55433

a. Predictors: (Constant), Prokrastinasi_Admk, Kec_Emosi, Perilaku_Bljr b. Dependent Variable: Prestasi_Bljr

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Prokrastinasi_Ad

mk, Kec_Emosi, Perilaku_Bljra

. Enter


(5)

ANOVAb

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.432 3 .811 2.638 .051a

Residual 58.998 192 .307

Total 61.430 195

a. Predictors: (Constant), Prokrastinasi_Admk, Kec_Emosi, Perilaku_Bljr b. Dependent Variable: Prestasi_Bljr

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.635 .820 3.214 .002

Kec_Emosi .001 .003 .022 .272 .786 .771 1.298

Perilaku_Bljr .008 .007 .103 1.112 .268 .582 1.718

Prokrastinasi_Admk -.004 .003 -.106 -1.179 .240 .614 1.630

a. Dependent Variable: Prestasi_Bljr

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimensi

on Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions (Constant) Kec_Emosi Perilaku_ Bljr

Prokrastinasi_ Admk

1 1 3.965 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .027 12.082 .00 .04 .07 .25

3 .006 25.192 .00 .82 .44 .00

4 .002 48.032 .99 .14 .49 .75

a. Dependent Variable: Prestasi_Bljr

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.4858 3.3210 2.8173 .11167 196

Residual -1.95855 1.14643 .00000 .55005 196

Std. Predicted Value -2.969 4.510 .000 1.000 196

Std. Residual -3.533 2.068 .000 .992 196


(6)