Prestasi Belajar LANDASAN TEORI
merupakan dorongan untuk bertindak dari rangsangan yang berasal dari luar maupun dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira, emosi
yang mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara fisiologis terlihat tertawa.
Menurut Goleman 1997 : 411 emosi mempunyai berbagai macam jenis, yaitu:
a. Amarah
: beringas, mengamuk, benci, jengkel, dan kesal hati.
b. Kesedihan
: pedih, sedih, muram, melankolis, mengasihi diri, dan putus asa.
c. Rasa Takut
: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, dan ngeri. d.
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas,
senang, terhibur dan bangga. e.
Cinta : penerimaan, persahabatan,
kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan,
dan kasih. f.
Terkejut : terkesiap dan terkejut.
g. Jengkel
: hina, jijik, mual, muak dan tidak Suka.
h. Malu
: malu hati dan kesal. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut
Goleman pada dasarnya adalah dorongan uuntuk memberikan respon dan bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong suatu individu untuk merespon atau
bertingkah laku terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun luar diri manusia.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan suatu istilah yang dilontarkan pertama kali oleh psikolog Pater Salovey dan John Mayer dalam
Goleman, 1997: 20. Ia mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan yang bermanfaatkan untuk membantu pikiran, memahami perasaan serta mengendalikan perasaan secara mendalam. Hal
ini dilakukan supaya individu dapat memahami perkembangan emosi dan intelektual yang dimilikinya.
Senada dengan pemikiran di atas Goleman 1997: 45 mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
diri maupun perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dalam diri sendiri dan membina hubungan
dengan orang lain meliputi kemampuan mengatasi frustasi, mengendalikan dorongan dalam hati dan menjaga beban stres supaya tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir serta bersimpati. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, bersifat tidak menetap dan berubah-ubah
setiap saat. Oleh karena itu, lingkungan sangat berperan dalam pembentukan kecerdasan emosional individu terutama lingkungan
keluarga. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan suatu tindakan yang menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain yang
dilakukan dengan cara menanggapi dengan tepat dan menerapkan dengan efektif di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Hein dalam Nurdin, 2009: 104-105 mengemukakan tentang ciri-ciri kecerdasan emosional secara spesifik yaitu:
Kecerdasan Emosiona yang Tinggi Kecerdasan Emosional yang Rendah
Dapat Mengekspresikan emosi dengan jelas.
Tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri, tetapi
menyalahkan orang lain. Tidak
merasa takut
untuk mengekspresikan perasaannya.
Tidak mengetahui perasaannya sendiri sehingga sering menyalahkan orang lain,
suka memerintah, suka mengkritik. Tidak didominasi oleh perasaan-perasaan
negatif Suka mengalahkan orang lain.
Dapat memahami membaca komunikasi nonverbal.
Berbohong tentang apa yang ia rasakan. Membiarkan perasaan yang dirasakan
untuk membimbingnya. Membiarkan segala hal terjadi atau
bereaksi berlebihan terhadap kejadiaan yang sederhana kecil sekalipun.
Berperilaku sesuai dengan keinginan bukan karena keharusan, dorongan, dan
tanggungjawab. Tidak memiliki perasaan dan integritas.
Menyeimbangkan perasaan
dengan rasional, logika dan kenyataan.
Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain.
Termotivasi secara intrinsik. Tidak mempunyai rasa empati dan rasa
kasihan. Tidak termotivasi karena kekuasaan,
kenyataan, status,
kebaikan dan
persetujuan. Kaku, tidak flesibel, membutuhkan
aturan-aturan dan
struktural untuk
merasa bersalah. Memiliki emosi yang fleksibel.
Merasa tidak aman, definisif, dan sulit menerima kesalahan dan sering merasa
bersalah. Optimis,
tidak menginternalisasikan
kegagalan. Tidak bertanggung jawab.
Peduli dengan perasaan orang lain. Pesimistik dan sering menganggap
dunia tidak adil. Seseorang untuk menyatakan perasaan
Sering merasa tidak adequate, kecewa, pemarah,
sering menyalahkan
menggunakan kepandaian
yang dimilikinya
untuk menilai
dan mengkritik serta tanpa rasa hormat
terhadap perasaan orang lain. Tidak digerakkan oleh ketakutan dan
kekhawatiran. Dapat
mengindentifikasikan berbagai
perasaan secara bersamaan.
4. Dimensi Kecerdasan Emosi
Menurut Salovey dalam Goleman, 1997: 58-59, kecerdasan emosional terbagi menjadi lima dimensi yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Kemampuan mengenali diri sendiri merupakan kemampuan yang paling dasar dalam kehidupan seseorang. Mengenali berarti menyadari
akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Menurut Goleman 2009: 63, kesadaran seseorang akan emosinya sendiri
sering disebut metamood dan metakognisi artinya kesadaran tentang proses berpikir. Istilah-Istilah yang sedikit rumit ini sering digunakan
oleh para ahli psikologi. Kesadaran diri adalah perhatian terus-menerus terhadap keadaan batin seseorang, sebab jika seseorang telah sadar
akan dirinya sendiri maka ia akan melakukan refleksi diri, mengamati serta menggali pengalaman termasuk emosi pada dirinya.
Menurut Goleman 1997: 403- 404, ciri-ciri individu yang mampu mengenali emosi diri adalah: 1 Perbaikan dalam mengenali dan
merasakan emosinya sendiri, 2 Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang timbul, 3 Mengenali perbedaan perasaan dengan
tindakan. b.
Mengelola Emosi Menurut Goleman 1997: 58, kemampuan mengelola emosi adalah
kemampuan individu dalam mengenal perasaan supaya dapat terungkap dengan tepat atau selaras untuk mencapai keseimbangan
dalam diri
individu. Kemampuan
ini dapat
meningkatkan kesejahteraan emosi. Kemampuan mengelola emosi meliputi
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurunganketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. Menurut Goleman 1997: 404, ciri-ciri orang yang kemampuan
dalam mengelola emosi yaitu sebagai berikut: 1
Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah.
2 Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian dan
gangguan di ruang kelas. 3
Lebih mampu mengungkapkan amarah yang tepat, tanpa berkelahi.
4 Berkurangnya larangan masuk sementara dan
skorsing. 5
Berkurangnya perilaku agresif atau merusak diri sendiri.
6 Perasaan yang lebih positif tentang diri sendiri,
sekolah, dan keluarga. 7
Lebih baik dalam menengani ketegangan jiwa. 8
Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan untuk menumbuhkan semangat dengan baik dalam menjalankan suatu
aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat guna mencapai tujuan dalam kehidupannya Goleman, 1997: 110. Kepuasan, ketekunan,
keuletan, menahan diri dari kepuasan, mengendalikan dorongan hati dan memiliki perasaan motivasi yang positif merupakan karakter
individu yang mampu memotivasi diri dengan baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI