Rumusan Masalah Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem, Paliyan, Gunungkidul : sebuah kajian folklor.
7
Menurut Brunvand via Danandjaja 2002: 21-22 folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: 1 folklor lisan verbal folklore, 2 folklor sebagian lisan partly verbal folklore, 3
folklor bukan lisan non verbal folklore. Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk genre folklor yang termasuk
ke dalam kelompok besar ini antara lain a bahasa rakyat folk speech seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; b ungkapan
tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; c pertanyaan tradisional, seperti tekateki; d puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; e cerita
prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; f nyanyian rakyat. Folklor lisan juga mempunyai fungsi sebagai penghibur atau sebagai penyalur perasaan
yang terpendam. Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun
cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yakni yang material dan yang bukan material. Yang
tergolong material antara lain: arsitektur rakyat bentuk asli rumah daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya, kerajinan tangan rakyat; pakaian dan
perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk yang bukan material antara lain: gerak
isyarat tradisional gesture, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat kentongan, dan musik rakyat.
8
Folk belief atau Kepercayaan Rakyat merupakan bagian dari folklor sebagian lisan, selain permainan rakyat. Kepercayaan rakyat atau sering kali
juga disebut “takhyul”, adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana bahkan pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berhubung kata “takhyul” mengandung arti merendahkan atau menghina, maka ahli folklor modern lebih
senang menggunakan istilah kepercayaan rakyat folk belief atau keyakinan rakyat daripada “takhyul” supersititious, karena takhyul berarti “hanya
khayalan belaka”, sesuatu yang hanya di angan-angan saja sebenarnya tidak ada Poerwadarminto dalam Danandjaja, 1984:153.
Berdasarkan teori folklor dan folkbelief, Tradisi Rasulan merupakan bagian dari folklor sebagian lisan. Tradisi Rasulan dapat dikategorikan sebagai folklor
sebagian lisan karena di dalam Tradisi Rasulan terdapat benda-benda atau artefak yang dibuat oleh masyarakat sebagai wujud keyakinan atau kepercayaan
mereka terhadap sesuatu atau kehidupan di luar manusia. Benda-benda atau artefak tersebut antara lain sesaji, sarangan wadah makanan yang terbuat dari
daun kelapa yang dianyam, panjang ilang wadah sesaji yang terbuat dari janur atau daun kelapa yang masih berwarna kuning, dan patung-patung tiruan
sebagai perwujudan atau simbol makhluk-makhluk jahat yang diarak saat kirab budaya sebagai puncak kegiatan Rasulan.