Rangkuman Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem, Paliyan, Gunungkidul : sebuah kajian folklor.

47 Saat mempersiapkan sesaji, nilai estetika tergambar dari berbagai macam sesaji yang ditampilkan dengan rapi dan menarik. Wadah dari beberapa sesaji tidak dibuat dengan sembarangan misalnya panjang ilang sebagai wadah sesaji dalang hasil tani. Wadah tersebut selain dibuat untuk memperoleh fungsinya, juga tidak mengesampingkan nilai keindahan. Selain wadah sesaji juga wadah makanan untuk dibawa pulang oleh tamu undangan yakni sarangan.

4.2.3 Nilai Sosial

Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi kemanusiaan yang luhur. Rasulan jelas memiliki nilai sosial mulai dari persiapan sampai akhir rangkaian acara. Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam rasulan antaralain gotong royong, toleransi, kebersamaan, musyawarah, silaturahim dsb. Gotong royong dilakukan saat warga menyiapkan berbagai kebutuhan rasulan. Para ibu bergotong royong menyiapkan atau memasak makanan untuk kenduri, sesaji, pertandingan olahraga, pentas seni, kirab dan seluruh rangkaian acara rasulan. Para bapak menyiapkan tempat untuk kenduri, pentas seni wayangan, kirab, pembagian makanan, wadah makanan saat kenduri sarangan, wadah sesaji dll. Menurut KBBI, toleransi merupakan sikap atau sifat toleran. Sementara toleran merupakan bersifat atau bersikap menenggang menghargai, 48 membiarkan, membolehkan pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sikap toleran dapat terlihat ketika prosesi rasulan berlangsung. Masyarakat Trowono A mayoritas beragama Islam. Saat pelaksanaan rasulan terutama saat kenduri dilakukan, masyarakat minoritas tidak beragama islam ikut melaksanakan kenduri dengan doa secara Islam. Musyawarah juga menjadi kebiasaan masyarakat Trowono A saat akan melaksanakan berbagai acara yang sifatnya kolektif begitu juga saat akan melaksanakan rasulan. Beberapa hari bahkan beberapa minggu sebelumnya, warga dusun sudah terlebih dahulu ngrembug bermusyawarah mengenai hajat warga dusun yang dilakukan dua kali dalam setahun ini. Di dalam bermusyawarah, warga mengedepankan asas kebersamaan yang dalam peribahasa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Peribahasa tersebut diaplikasikan oleh warga, salah satunya dalam menanggung biaya rasulan atau iuran. Iuran tidak hanya dalam bentuk uang tetapi dapat berbentuk barang. Besarnya iuran juga tidak selalu sama tetapi disesuaikan dengan kemampuan setiap warga. Hal inilah yang menunjukkan kebersamaan warga. Silaturahim atau silaturahmi juga mengandung nilai sosial untuk masyarakatnya. Jamuan makan pada setiap rumah terasa jelas sebagai