49
tindakan sosial yakni ajang silaturahmi. Kerabat, saudara yang jarang berkumpul biasanya berkumpul pada saat rasulan.
4.2.4 Nilai Agama
Nilai agama begitu kental terasa saat ritual sesaji maupun kenduri dilakukan. Doa-doa Islam dilantunkan dalam proses persiapan sesaji.
Sebelum berbagai macam sesaji diletakkan pada tempat yang sudah ditentukan, kaum sebagai pemangku adat melafalkan doa terlebih dahulu di
depan berbagai macam sesaji yang akan disebar. Hal ini dilakukan agar Tuhan sebagai pemilik kehidupan merestui segala sesuatu yang dilakukan
oleh masyarakat. Selain dari pada tindakan yang terwujud dalam setiap prosesi adat,
hakikat dari tradisi rasulan juga merupakan nilai agama atau religi. Rasulan sebagai tindakan rasa syukur warga terhadap pemeliharaan Tuhan dalam hal
pertanian inilah yang sangat terasa nilai agamanya karena sebagai manusia beragama, pastilah diajarkan untuk senantiasa bersyukur dalam segala hal.
4.3 Fungsi
“Ritual adalah pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri mistis. Di pihak lain, upacara berarti setiap organisasi
kompleks dari kegiatan manusia yang tidak hanya sekadar bersifat teknis ataupun rekreasional melainkan juga berkaitan dengan penggunaan cara-cara
tindakan yang ekspresif dari hubungan sosial”, Dhavamony, 1995: 175.
50
Ritus dapat dibedakan atas empat macam Dhavamony, 1995: 175-176. 1 Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja karena daya-daya mistis; 2 Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara ini; 3 Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau
mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas; dan 4 Ritual faktitif,
yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu
kelompok. Ritual faktitif berbeda dari ritual konstitutif, karena tujuannya lebih dari sekadar pengungkapan atau perubahan hubungan sosial. Dia tidak saja
mewujudkan korban untuk para leluhur dan pelaksanaan magi, namun juga pelaksanaan tindakan yang diwajibkan oleh anggota kelompok dalam konteks
peranan sekular mereka. Chaple dan Coon mengusulkan perlunya ditambahkan satu jenis ritual lainnya, yakni 5 Ritual intensifikasi, ritus kelompok yang
mengarah kepada pembaharuan dan mengintensifkan kesuburan, ketersediaan buruan dan panenan. Orang yang menginginkan panenan berhasil akan
melaksanakan ritual intensifikasi. Upacara-upacara tersebut sesungguhnya memiliki penjelasan-penjelasan
yang tidak sekadar berciri mistis melainkan terutama berciri sosiologis. Dengan lain perkataan, ritual yang dilaksanakan memiliki fungsi-fungsi sosiologis
tertentu. Mengikuti pembagian Dhavamony 1995: 175-176 mengenai lima macam ritual seperti telah diungkapkan di atas, maka upacara dan tindakan-
51
tindakan ritual dalam tradisi Rasulan dapat dikategorikan ke dalam empat fungsi. Fungsi-fungsi ini berkaitan erat dengan alasan-alasan mistis yang
melatar-belakanginya. Penjelasan ini sekaligus mengungkapkan fungsi ritus bagi masyarakatnya. Berdasarkan fungsi-fungsi ritus tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa Tradisi Rasulan mempunyai fungsi antara lain, fungsi magis, fungsi religius, fungsi faktitif, dan fungsi intensifikasi.
4.3.1 Fungsi Magis
“Magi sihir adalah suatu fenomen yang sangat dikenal dan umumnya dipahami, namun tampaknya sangat sulit dirumuskan dengan tepat. Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa magi adalah kepercayaan dan praktik menurut mana manusia yakin bahwa secara langsung mereka dapat
mempengaruhi kekuatan alam dan antarmereka sendiri, entah untuk tujuan baik atau buruk, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi
daya-daya yang lebih tinggi”, Dhavamony:47. Fungsi magi dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja
karena daya-daya mistis pola-pola pikiran yang dihubungkan dengan gejala yang mempunyai ciri-ciri adi rasa. Bertolak dari pengertian tersebut maka
tradisi rasulan memiliki fungsi magi. Fungsi magi dalam tradisi rasulan terletak pada ritual sesaji kepada roh-roh yang dianggap mendiami tempat-
tempat tertentu di dusun setempat. Lebih jauh lagi bahwa masyarakat mempunyai keyakinan bahwa apabila roh-roh tersebut diperlakukan dengan
52
baik, minimal dihargai keberadaannya yaitu dengan cara diberi sesaji, maka roh-roh tersebut tidak akan megganggu aktivitas warga khususnya dalam
bidang pertanian.
4.3.2 Fungsi Religius
Menurut KBBI, kata religius memiliki arti bersifat religi, sementara religi adalah kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia.
Kultus leluhur, juga bekerja dengan cara ini. 1 penghormatan resmi dl agama; upacara keagamaan; ibadat; 2 sistem kepercayaan; 3 penghormatan
secara berlebih-lebihan kpd orang, paham, atau benda; Sejalan dengan pengertian tersebut maka rasulan juga memiliki fungsi
religius terhadap warga Dusun Trowono A. Fungsi religius terletak pada tindakan masyarakat dalam melakukan doa. Doa tidak hanya dilakukan pada
saat kenduri berlangsung tetapi juga saat menyiapkan sesaji. Hal ini tentu menunjukkan sisi religius masyarakat Trowono A.
4.3.3 Fungsi Faktitif
Fungsi faktitif berkaitan dengan meningkatkan produktifitas atau
kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok. Dia tidak saja mewujudkan korban
untuk para leluhur dan pelaksanaan magi, namun juga pelaksanaan tindakan yang diwajibkan oleh anggota kelompok dalam konteks peranan sekular
mereka.
53
Tradisi Rasulan juga berfungsi secara faktitif. Tindakan faktitif masyarakat dusun teletak pada penyusunan kekuatan dalam hal materi
sebagai sarana pelaksanaan rangkaian kegiatan rasulan. Sebelum
melaksanakan Tradisi Rasulan, masyarakat Trowono A terlebih dahulu melakukan musyawarah untuk membahas masalah pengumpuan dana yang
akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan rasulan. Biasanya dana Rasulan diperoleh dari iuran masing-masing warga.
4.3.4 Fungsi Intensifikasi