24
makanan dengan wadah berupa tenggok atau wadah lain sesuai yang dibawa dari  rumah,    tamu  undangan  mendapat  makanan  dengan  wadah  berupa
sarangan. Sarangan merupakan sebuah wadah yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam sehingga dapat menampung makanan yang hendak dibagikan
kepada  tamu  undangan.  Perbedaan  wadah  berkat  antara  warga  setempat dengan  tamu  undangan  tidak  berarti  membeda-bedakan.  Hal  tersebut
hanyalah  masalah  teknis  karena  jika  warga  setempat  datang  ke  balai  dusun dengan  membawa  nasi  dan  lauk  pauk  menggunakan  tenggok,  tamu
undangan  datang  ke  balai  dusun  tanpa  membawa  nasi  dan  lauk  pauk.  Oleh sebab  itu  sarangan  menjadi  alternatif,  selain  bahan pembuat  sarangan  yang
mudah  diperoleh,  juga  hemat  biaya  karena  dapat  dibuat  sendiri  oleh warga dusun.
2.2.1.4 Menyiapkan Sesaji Masyarakat  Dusun  Trowono  A  mengenal  dua  macam  sesaji  dalam
pelaksanaan  kenduri.  Sesaji tersebut  adalah  sesaji  guangan  dan  sesaji  bale. Sesaji  guangan  dan  sesaji  bale  terdiri  dari  makanan  yang  sama  dengan
makanan  yang  dibagikan  kepada  warga  tetapi  dalam  porsi  yang  lebih  kecil dan ditambah dengan gantal kembang bunga kanthil beserta tembakau, dan
gambir  yang  digulung  menggunakan  daun  sirih. Wadah  atau  tempat  sesaji terbuat dari bambu yang disebut ancak.
25
Sesaji  guangan yaitu  sesaji  yang  akan  diletakkan  di  pohon-pohon
besar, telaga, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dengan tujuan agar tercipta  hubungan  yang  harmonis  antara  warga  dengan  makhluk  halus
penghuni  tempat-tempat  yang  dikeramatkan  tanpa  bermaksud  meduakan Tuhan.  Tempat  keramat  yang  diberi  sesaji  oleh  warga  antara  lain pohon
Epek yang  terletak  di Pasar Trowono,  Pace,  Bulu,  Ngunut, Telaga,  Jambe anom.
Seperti sesaji guangan, sesaji bale terdiri dari berbagai makanan  yang dibagikan  kepada  warga  yang  mengikuti  kenduri  ditambah  dengan  gantal
kembang.  Namun  sesaji  bale hanya  diletakkan  di  balai  dusun.  Sesaji  ini ditujukan kepada makhluk halus penunggu Balai Dusun Trowono A. Selain
untuk  makhluk  halus,  sesaji  tersebut  juga  ditujukan  untuk ngemong-mongi seluruh  warga  masyarakat  agar  terhindar  dari  segala  peristiwa  buruk  dan
tidak mengganggu jalannya acara.
2.3 Rasul Gede
Rasul Gede merupakan tradisi pertanian yang dilakukan setelah para petani memanen  hasil  tanamannya.  Masyarakat  Trowono  A  khususnya  para  petani
mengucap atau  mengungkapkan  rasa syukur  kepada  Tuhan  untuk  hasil  panen yang  diperoleh melalui  tradisi  Rasul  Gede  ini.  Rasul  Gede  biasanya  dilakukan
antara bulan September-Oktober pada Jumat Legi.
26
Rasul  labuh dan Rasul  Gede  merupakan  tradisi  pertanian  yang  dilakukan sekali  dalam  setahun.  Kedua  tradisi  tersebut sama-sama  tradisi  bersih  desa  atau
dusun  tetapi  keduanya  berbeda  dalam  hal  tujuan dan  rangkaian  acara  atau kegiatan. Jika rasul labuh merupakan ritual meminta, rasul gede merupakan ritual
mengucap syukur. Dalam pelaksanaan tradisi ini, ada beberapa hal atau tahapan yang  dilakukan  oleh  masyarakat  Gunungkidul,  khususnya  dusun  Trowono  A.
Beberapa hal tersebut antara lain:
2.3.1 Kenduri
Tahap  pertama  yang  dilakukan  dalam  acara  Rasulan  adalah  kenduri  atau selamatan.  Kenduri  merupakan  wujud kebersamaan  masyarakat dalam
menghadapi  segala  peristiwa  yang  terjadi  baik  itu  berupa  peristiwa  bahagia ataupun  duka  cita. Sedangkan  menurut  KBBI,  kenduri  merupakan  perjamuan
makan  untuk  memperingati  peristiwa,  minta  berkat.
2
Kenduri  dilaksanakan  di balai dusun. Kenduri atau yang biasa disebut kenduren merupakan sebuah ritual
yang  biasanya  dilakukan  dalam  setiap  upacara  pada  masyarakat  suku  Jawa, khususnya  masyarakat Gunungkidul.
Kenduri selalu dilaksanakan pada Jumat Legi oleh masyarakat Trowono A. Jumat Legi  dianggap  sebagai hari  besar  atau  hari  baik  bagi  masyarakat  Jawa
begitupun oleh masyarakat Trowono A. Jumat sebagai hari besar umat muslim sedangkan legi atau manis berkaitan dengan segala sesuatu yang baik.
2
kbbi
27
Saat  kenduri  dilaksanakan,  masyarakat  Dusun  Trowono  A  berkumpul  di balai  dusun  dengan  membawa  nasi  beserta  lauk  pauk.  Biasanya  warga  dusun
datang  ke  balai  dusun  dengan  membawa tenggok atau  bakul  yang  berisi  nasi putih beserta lauk pauk seperti tahu, tempe, telur, sambal goreng, bakmi goreng
dan  sebagainya.  Nasi  dan  lauk  pauk  tersebut  merupakan  simbol  dari keberhasilan  panen.  Meskipun  demikian,  banyak  sedikitnya  makanan  yang
dikumpulkan  tidak  berbanding  lurus juga  tidak  berbanding  terbalik dengan banyak sedikitnya panen yang dihasilkan oleh warga.
Adapun dalam hal ini prosesi kenduri terbagi menjadi empat bagian pokok antara lain  pengumpulan makanan berdasarkan  jenisnya, penyiapan  sesaji,
pembacaan doa, dan pembagian makanan. 2.3.1.1 Pengumpulan Makanan Berdasarkan Jenisnya
Pengumpulan makanan
dilakukan sebagai
wujud ungkapan
kebersamaan  warga  dusun.  Dari  yang  awalnya  terpisah,  setelah dikumpulkan  akan  berubah  menjadi  satu. “Ini  hajatnya  orang  banyak
sehingga  maknanya  itu  dari  berbagai  unsur, baik  itu  dari  segi  ucapan syukur dan jadi alat pemersatu. Jadi, dari orang kaya, orang miskin, semua
menyatu”, kata Widodo50. Tenggok  beserta  makanan  yang  dibawa  masing-masing  kepala
keluarga  dikumpulkan  menjadi  satu.  Setelah  makanan  tersebut dikumpulkan,  kemudian  dipisah-pisahkan  sesuai  jenisnya.  Seluruh  nasi
ditempatkan  di  meja  besar  di  balai,  lauk  pauk  ditempatkan  menjadi  satu
28
sesuai  jenisnya  di  tempat  yang  telah  disediakan  warga. Setelah  semua makanan  dikumpulkan  dan  dipisahkan  sesuai  jenisnya,  makanan  tersebut
kemudian  dibagi-bagikan kembali secara  merata  dengan  sarangan  sebagai tempatnya.
Pembagian  makanan  dilakukan  oleh  bapak-bapak  yang  mengikuti kenduri kecuali tamu undangan. Pembagian makanan hanya dilakukan oleh
bapak-bapak.  Hal  tersebut bukan  berarti  membeda-bedakan  antara  bpak- bapak dan ibu-ibu tetapi hanya merupakan pembagian tugas. Bapak-bapak
mengumpulkan  dan membagi-bagikan  makanan  sementara  ibu-ibu  warga dusun menyiapkan makanan ringan atau pacitan untuk kenduren dan sajen.
Selain  makanan  yang  dibawa  oleh  setiap  keluarga,  adapula  berbagai makanan  berupa  nasi  uduk,  ingkung,  tumpeng, sega liwet, jenang  abang,
jenang  putih,  jenang  baro-baro,  dan sega golong  yang  telah  dipersiapkan oleh ibu-ibu warga masyarakat Trowono  A. Makanan tersebut dimasak di
balai dusun  atau di rumah salah satu warga, sesuai kesepakatan. Berbagai makanan tersebut dibuat untuk bahan sesaji dan mong.
2.3.1.2 Mendoakan Makanan Menurut KBBI doa adalah permohonan harapan, permintaan, pujian
kepada Tuhan. Doa merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kenduri. Sebagai  masyarakat  beragama,  doa  tidak  pernah  ditinggalkan  oleh  warga
dusun pada setiap rangkaian acara. Masyarakat meyakini dan mempercayai kekuatan  ilahi  sehingga semua  aktifitas  di  dalam  kehidupan  dipusatkan
29
kepada Sang  Pencipta  alam  semesta  demikian  halnya  dengan  Rasulan. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan lepas dari doa terlebih lagi dalam
ritual kenduri. Berbagai  makanan  yang  telah  dikumpulkan  termasuk  bahan  untuk
mong atau  bancakan dan  juga  sesaji didoakan  oleh  pemimpin  adat atau lebih  dikenal  sebagai  kaum  oleh  masyarakat.  Doa  dilaksanakan  secara
Islam  karena  sebagian  besar  masyarakat  Trowono  A  beragama  Islam.  Inti dari doa kenduri Rasul Gede ini adalah mengucap syukur atas berkah yang