43
Semua sesaji yang terdapat dalam Tradisi Rasulan ini bertujuan agar masyarakat dapat hidup berdampingan dengan makhluk ciptaan Tuhan
yang lain secara harmonis.
3.5 Rangkuman
Sesaji memegang peranan penting bagi masyarakat Towono A khususnya saat pelaksanaan Rasulan. Sesaji bale, sesaji guangan, dan sesaji dalang tidak
pernah sekalipun ditiadakan oleh masyarakat. Hal tersebut didasari oleh adanya keyakinan bahwa ada makhluk halus yang hidup berdampingan dengan manusia
sehingga tidak baik jika tidak ada harmonisasi di antara keduanya. Selain itu, sesaji juga merupakan bentuk rasa syukur masyarakat terhadap Sang Pemberi
Kehidupan dan terhadap bumi yang telah memberikan kesuburannya sehingga masyarakat dapat memetik hasil bumi melalui panen. Oleh sebab itulah
masyarakat melakukan sesaji yang berupa macam-macam hasil bumi sebagai bentuk sedekah bumi atau ucapan syukur kepada alam.
44
BAB IV
NILAI DAN FUNGSI TRADISI RASULAN BAGI MASYARAKAT TROWONO A
4.1 Pengantar
Bab ini akan menyajikan analisis nilai dan fungsi Tradisi Rasulan yang dilaksanakan oleh masyarakat Trowono A.
Rasulan sebagai suatu tradisi turun-temurun mempunyai berbagai nilai bagi masyarakatnya. Nilai yang dapat diambil dari Tradisi Rasulan meliputi nilai yang
terdapat saat proses persiapan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan atau evaluasi.
Allport, Vernom
dan Lindzey
via Suriasumantri
1995, 263
mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik dan agama. Nilai teori adalah hakikat penemuan
kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi
kebutuhan manusia. Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk, harmoni dan wujud kesenian
lainnya yang memberikan kenikmatan manusia. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi kemanusiaan yang luhur. Nilai
politik berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan
45
bermasyarakat maupun dunia politik. Sedangkan nilai agama atau religi merengkuh penghayatan yang bersifat mistik dan transcendental dalam usaha
manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi karena anugerah Tuhan yang harus disyukuri.
Berdasarkan klasifikasi mengenai nilai-nilai tersebut, maka Tradisi Rasulan mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat. Nilai-nilai tersebut
antara lain nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, dan nilai agama.
4.2 Nilai 4.2.1 Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia. Sesuai dengan pengertian tersebut maka
Tradisi Rasulan secara keseluruhan tidak dapat dilepaskan dari nilai ekonomi. Tradisi Rasulan mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat
Trowono A, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai ekonomi terlihat jelas saat Tradisi Rasulan dilaksanakan, mulai dari proses kenduri
sampai puncak kegiatan yakni kirab budaya. Pelaksanaan Rasulan dalam hal ini Rasul Gede, dapat berlangsung beberapa hari. Mulai hari pertama
Rasulan, biasanya masyarakat, baik masyarakat Trowono A maupun masyarakat dari luar Trowono A, menjajakan dagangan atau berjualan di
sekitar tempat pelaksanaan Rasulan. Hal tersebut, tentu mendatangkan
46
pemasukan bagi masyarakat Trowono A, maupun masyarakat Gunungkidul secara umum.
Selain berdampak langsung bagi masyarakat, Rasulan juga dapat mendatangkan pemasukan bagi daerah Gunungkidul. Pemasukan tersebut
berasal dari wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung untuk melihat pelaksanaan Rasulan.
Melihat letak Trowono A yang berjarak tidak jauh dari pantai selatan, maka dimungkinkan para wisatawan yang datang melihat Rasulan, dapat
juga mengunjungi pantai. Pantai terdekat dengan Trowono A yaitu Pantai Ngobaran, Pantai Nguyahan, dan Pantai Ngrenehan. Ketiga pantai tersebut
belum begitu terkenal seperti pantai-pantai selatan yang lain. Oleh sebab itu, keberadaan Rasulan di Trowono A dapat sekaligus mempromosikan ketiga
pantai trsebut.
4.2.2 Nilai Estetika
Nilai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang menyangkut antara lain bentuk, harmoni, dan wujud kesenian lainnya
yang memberikan kenikmatan manusia. Berdasarkan pengertian tersebut maka rasulan termasuk di dalamnya. Secara nyata, nilai estetika terwujud
dalam setiap rangkaian acara rasulan. Mulai dari persiapan sesaji sampai kirab.
47
Saat mempersiapkan sesaji, nilai estetika tergambar dari berbagai macam sesaji yang ditampilkan dengan rapi dan menarik. Wadah dari
beberapa sesaji tidak dibuat dengan sembarangan misalnya panjang ilang sebagai wadah sesaji dalang hasil tani. Wadah tersebut selain dibuat untuk
memperoleh fungsinya, juga tidak mengesampingkan nilai keindahan. Selain wadah sesaji juga wadah makanan untuk dibawa pulang oleh tamu
undangan yakni sarangan.
4.2.3 Nilai Sosial
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan penekanan segi kemanusiaan yang luhur. Rasulan jelas memiliki nilai sosial mulai dari
persiapan sampai akhir rangkaian acara. Nilai-nilai sosial yang terdapat dalam rasulan antaralain gotong royong, toleransi, kebersamaan,
musyawarah, silaturahim dsb. Gotong royong dilakukan saat warga menyiapkan berbagai kebutuhan
rasulan. Para ibu bergotong royong menyiapkan atau memasak makanan untuk kenduri, sesaji, pertandingan olahraga, pentas seni, kirab dan seluruh
rangkaian acara rasulan. Para bapak menyiapkan tempat untuk kenduri, pentas seni wayangan, kirab, pembagian makanan, wadah makanan saat
kenduri sarangan, wadah sesaji dll. Menurut KBBI, toleransi merupakan sikap atau sifat toleran. Sementara
toleran merupakan bersifat atau bersikap menenggang menghargai,