Rasul Gede Tradisi Rasulan di Dusun Trowono A, Karangasem, Paliyan, Gunungkidul : sebuah kajian folklor.

29 kepada Sang Pencipta alam semesta demikian halnya dengan Rasulan. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan lepas dari doa terlebih lagi dalam ritual kenduri. Berbagai makanan yang telah dikumpulkan termasuk bahan untuk mong atau bancakan dan juga sesaji didoakan oleh pemimpin adat atau lebih dikenal sebagai kaum oleh masyarakat. Doa dilaksanakan secara Islam karena sebagian besar masyarakat Trowono A beragama Islam. Inti dari doa kenduri Rasul Gede ini adalah mengucap syukur atas berkah yang telah dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa hasil pertanian yang telah dipanen oleh masyarakat dusun Trowono A. 2.3.1.3 Membagi-bagikan Makanan Setelah berbagai makanan didoakan, makanan tersebut kecuali nasi tumpeng, sega liwet, jenang-jenangan, dan sega golong, dibagi-bagikan kepada seluruh warga masyarakat yang mengikuti kenduri, termasuk tamu undangan secara merata. Hanya saja jika masyrakat Trowono A mendapat makanan dengan wadah berupa tenggok atau wadah lain sesuai yang dibawa dari rumah, tamu undangan mendapat makanan dengan wadah berupa sarangan. Sarangan merupakan sebuah wadah yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam sehingga dapat menampung makanan yang hendak dibagikan kepada tamu undangan. Perbedaan wadah berkat antara warga setempat dengan tamu undangan tidak berarti membeda-bedakan. Hal tersebut hanyalah masalah teknis karena jika warga setempat datang ke 30 balai dusun dengan membawa nasi dan lauk pauk menggunakan tenggok, tamu undangan datang ke balai dusun tanpa membawa nasi dan lauk pauk. Oleh sebab itu sarangan menjadi alternatif, selain bahan pembuat sarangan yang mudah diperoleh, juga hemat biaya karena dapat dibuat sendiri oleh warga dusun. 2.3.1.4 Menyiapkan Sesaji Masyarakat Dusun Trowono A mengenal dua macam sesaji dalam pelaksanaan kenduri. Sesaji tersebut adalah sesaji guangan dan sesaji bale. Sesaji guangan dan sesaji bale terdiri dari makanan yang sama dengan makanan yang dibagikan kepada warga tetapi dalam porsi yang lebih kecil dan ditambah dengan gantal kembang bunga kanthil beserta tembakau, dan gambir yang digulung menggunakan daun sirih. Wadah atau tempat sesaji terbuat dari bambu yang disebut ancak. Sesaji guangan yaitu sesaji yang akan diletakkan di pohon-pohon besar, telaga, dan tempat-tempat yang dianggap keramat dengan tujuan agar tercipta hubungan yang harmonis antara warga dengan makhluk halus penghuni tempat-tempat yang dikeramatkan tanpa bermaksud meduakan Tuhan. Tempat keramat yang diberi sesaji oleh warga antara lain pohon Epek yang terletak di Pasar Trowono, Pace, Bulu, Ngunut, Telaga, Jambe anom. Seperti sesaji guangan, sesaji bale terdiri dari berbagai makanan yang dibagikan kepada warga yang mengikuti kenduri ditambah dengan gantal 31 kembang. Namun sesaji bale hanya diletakkan di balai dusun. Sesaji ini ditujukan kepada makhluk halus penunggu Balai Dusun Trowono A. Selain untuk makhluk halus, sesaji tersebut juga ditujukan untuk ngemong-mongi seluruh warga masyarakat agar terhindar dari segala peristiwa buruk dan tidak mengganggu jalannya acara.

2.3.2 Jamuan Makan

Rasulan tidak hanya budaya bersih desa pada umumnya. Yang menarik dari tradisi ini salah satunya adalah jamuan makan di setiap rumah sebagai sarana silaturahim atau bertemunya sanak saudara, kerabat, bahkan orang asing pun akan diterima atau disambut dengan baik apabila bersedia berkunjung. Setiap warga dusun membuat hidangan untuk dihidangkan kepada para tamu yang berkunjung ketika Rasulan. Hidangan tidak harus mewah tetapi disesuaikan dengan kemampuan masing-masing warga sebagai tuan rumah. Hidangan yang dipersiapkan merupakan simbol dari rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh para petani. Meskipun demikian, warga yang tidak berprofesi sebagai petani juga melakukan hal yang sama sebagai wujud kebersamaan dan solidaritas, juga upaya melestarikan tradisi dan memperluas pemaknaan. Jamuan makan sebagai sarana silaturahim ini juga merupakan rangkaian acara Rasulan, hanya saja sifatnya lebih tidak terikat dalam rangkaian upacara formal seperti kenduri. Tamu yang akan berkunjung boleh datang setiap saat 32 begitu juga sebaliknya, tuan rumah boleh menjamu tamu setiap saat. Meskipun demikian, para tamu biasanya berkunjung setelah acara kenduri selesai dilaksanakan.

2.3.3 Olahraga

Menurut KBBI, olah·ra·ga n gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Kegiatan olahraga sering kali dilakukan sebagai salah satu penyemarak Rasulan, terutama Rasul Gede. Berbagai pertandingan olahraga antar RT Rukun Tetangga diadakan, seperti pertandingan bola voli, sepakbola, bola kasti dan lain-lain. Kegiatan olahraga ini biasanya dilakukan pada sore hari bisa setelah kenduri atau sebelum dan sesudah hari Jumat Legi, tergantung kesepakatan warga. Selain sebagai penyemarak, diadakannya kegiatan olahraga juga bertujuan untuk lebih mengakrabkan antar anggota masyarakat Dusun Trowono A. Meskipun bersifat pertandingan, tetapi warga masyarakat tidak menganggap hal tersebut sebagai persaingan. Filosofi yang dapat dipetik dari kegiatan olahraga ini adalah melatih sportifitas, berusaha tanpa kenal lelah, melatih bekerjasama.

2.3.4 Pentas Seni

Gelar seni budaya biasanya dilaksanakan pada tahap akhir pelaksanaan Rasul Gede. Kesenian yang biasa digelar antara lain jathilan, wayang kulit, campur sari, gejog lesung, dan lain-lain disesuaikan dengan ketersediaan dana. 33 Dari berbagai jenis kesenian tersebut yang paling sering digelar adalah wayang kulit. Wayang kulit merupakan sebuah kesenian yang sudah mendarah daging dalam masyarakat khususnya masyarakat Jawa. Pada acara Rasulan, pagelaran wayang kulit sudah biasa diadakan sejak jaman leluhur. Alur ceritanya yang luwes menjadi salah satu alasan pagelaran wayang tetap diadakan, selain sebagai upaya masyarakat Trowono A untuk melestarikan kesenian wayang. melalui wayang, masyarakat dapat mengetahui dan memaknai cerita yang dimainkan oleh dalang sebagai tuntunan hidup. Lakon yang dimainkan oleh dalang dalam acara Rasulan pakemnya antara lain, Prabu Watu Gunung, Mikukuhan, dan Sri Mulih. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan dipentaskan lakon yang lain jika masyarakat menginginkan lakon yang lain. Sesaji Raja Soya merupakan salah satu lakon yang pernah dipentaskan di Trowono A saat Rasulan. Ketiga lakon tersebut pada intinya adalah mengisahkan tentang tradisi pertanian. Wayang kulit dipentaskan pada malam hari. Sebelum dalang naik pentas, pemangku adat biasanya meletakkan sesaji di sebelah kanan dan kiri atas geber. Peletakan sesaji tersebut bertujuan agar tidak terjadi peristiwa buruk selama pertunjukan wayang berlangsung. Sesaji tersebut berupa gula jawa setangkep, pisang raja satu lirang, kelapa satu buah, dan gantal kembang. Sesaji tersebut dikemas dalam wadah yang terbuat dari janur kuning bernama panjang ilang. Di sebelah panjang ilang diletakkan satu ikat padi. 34 Tujuan dilaksanakannya gelar seni budaya ini selain untuk melestarikan budaya yang perlahan mulai asing di telinga masyarakat terutama anak muda, juga untuk menarik wisatawan.

2.3.5 Kirab Budaya

Menurut KBBI, kirab merupakan perjalanan bersama-sama atau beriring- iring secara teratur dan berurutan dari muka ke belakang dulu suatu rangkaian upacara adat, keagamaan, dsb; pawai. Kirab di Dusun Trowono A termasuk dalam rangkaian kegiatan Rasulan. Kirab budaya dilakukan sebagai penutup rangkaian kegiatan Rasulan atau dapat disebut sebagai puncak acara. Selayaknya puncak acara, kirab menjadi kegiatan yang paling meriah diantara kegiatan rasulan yang lain. Oleh sebab itu, kirab budaya menjadi pusat perhatian masyarakat, tidak hanya masyarakat Trowono tetapi juga masyarakat dari luar Trowono. Berbagai macam simbol atau lambang yang mewakili tradisi, kebiasaan, dan adat dihadirkan dalam kirab budaya. Ada kelompok masyarakat yang menampilkan jathilan, gunungan, tarian, gejog lesung, pakaian adat, kereta tradisional, patung yang terbuat dari kertas yang melambangkan yang baik dan yang jahat dan lain-lain. Seluruh masyarakat antusias dalam mengikuti kirab. Hal ini terlihat dari banyaknya warga yang mengikuti bahkan bersedia menampilkan berbagai macam kesenian. Mulai dari persiapan sampai berakhirnya acara, masyarakat 35 tetap terlihat kompak. Kirab dilaksanakan oleh hampir seluruh masyarakat Trowono A mulai dari RT 1 sampai RT 6.

2.4 Rangkuman

Seperti yang telah terpapar, bab ini menjelaskan tentang proses pelaksanaan Tradisi Rasulan. Tradisi Rasulan memilik rangkaian acara. Rangkaian acara Rasulan tidak sama antara Rasul Labuh dan Rasul Gede. Rasul Labuh dilakukan secara sederhana karena masyarakat sedang memulai menanam sehingga tidak memungkinkan jika masyarakat melakukan ritual secara besar-besaran. Sedangkan Rasul Gede dilaksanakan secara meriah atau besar-besaran ditandai dengan banyaknya rangkaian acara karena masyarakat sudah mempunyai hasil panen sehingga dari segi ketersediaan dana, masyarakat mampu mencukupi kebutuhan Rasulan. 36 BAB III SESAJI YANG TERDAPAT DALAM TRADISI RASULAN

3.1 Pengantar

Sesaji ‘sajen’ yaitu sajian yang berupa makanan, bunga dan sebagainya yang disajikan untuk mahkluk halus Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 929; Poerwadarminto, 1939: 537. Dalam masyarakat tradisional, praktik-praktik ritual atau kultis dilaksanakan dengan pemberian persembahan atau sesajian, mulai dari bentuk-bentuk sederhana seperti persembahan buah-buahan pertama yang diletakkan di hutan atau di ladang, sampai kepada bentuk persembahan yang lebih kompleks di tempat-tempat suci atau umum Dhavamony, 1995: 168. Sesaji memegang peranan penting dalam setiap upacara maupun ritual adat yang ada di Gunungkidul, begitu juga dengan Tradisi Rasulan. Sesaji dianggap penting karena masyarakat meyakini adanya kehidupan lain selain kehidupan makhluk kasat mata yang dianggap berjasa dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang pertanian. “Menurut kepercayaan rakyat Gunungkidul, perayaan Rasulan juga dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan agar mereka selalu memperoleh perlindunganNya dan dihindarkan dari bencana. Dan sejalan dengan ini, agar keamanan tidak terganggu. Mereka menyebut-nyebut tentang 37 yang mbaureksa desa yang menurut kepercayaan mereka adalah makhluk tertentu yang dianggap sebuah roh pelindung desa,” Pemberton,2003:329. Sesaji merupakan bagian penting dalam setiap upacara adat pada masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Trowono A. Dalam setiap upacara atau ritual adat, keberadaan sesaji tidak boleh luput dari perhatian penyelenggara atau pemangku adat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kepercayaan masyarakat terhadap roh- roh yang berada di sekitar manusia yang konon dapat mengganggu berjalannya suatu ritual atau upacara, bahkan dipercaya dapat mengganggu kesuburan ikut terlibat dalam kehidupan manusia jika keberadaannya diabaikan. Sesaji yang terdapat dalam rangkaian acara pada saat Rasulan antara lain sesaji bale, sesaji guangan, dan sesaji dalang. Bab ini akan menguraikan tentang berbagai macam sesaji dan unsure-unsur sesaji yang terdapat saat Tradisi Rasulan dilaksanakan. Sesaji-sesaji tersebut antara lain, sesaji bale, sesaji guangan, dan sesaji dalang. Setelah berbagai macam sesaji dan unsur-unsurnya diuraikan, bab ini akan diakhiri dengan rangkuman.

3.2 Sesaji Guangan

Sesaji guangan merupakan sesaji yang berupa nasi uduk, nasi putih, sega golong, dan lauk pauk. Sesaji tersebut diberi nama Sesaji Guangan karena sesaji tersebut peletakkannya disebar di beberapa tempat. Sesaji tersebut sama persis dengan makanan yang dibagi-bagikan kembali kepada masyarakat dusun tetapi dalam porsi yang lebih kecil. Sesaji guangan disajikan kepada makhluk halus 38 yang dipercaya mendiami tempat-tempat tertentu yang dianggap penting atau keramat. Tempat keramat yang selalu diberi sesaji oleh warga antara lain pohon epek yang berada di Pasar Trowono, pace, bulu, ngunut, Telaga Jambe Anom. Dengan demikian, masyarakat berharap makhluk penghuni dusun tidak mengganggu jalannya rangkaian acara Rasulan juga kehidupan masyarakat. Sesaji Guangan

3.3 Sesaji Bale

Sesaji bale merupakan sesaji Rasulan yang diletakkan di balai dusun. Serupa dengan sesaji guangan, sesaji bale juga berupa nasi uduk, nasi putih, sego golong, dan lauk pauk ditambah dengan gantal kembang. Tujuan diadakannya sesaji bale ini sama dengan sesaji guangan hanya saja sesaji bale khusus diletakkan di balai, tepatnya di pojok sebuah ruangan. Sesaji diletakkan di pojok ruangan karena masyarakat menganggap bahwa makhluk halus biasanya tinggal di pojok ruangan. 39 Sesaji Bale

3.4 Sesaji Dalang

Sesaji atau sajen dalang merupakan sesaji yang dibuat atau dipersiapkan untuk pagelaran wayang. Sajen dalang terdiri dari dua sesaji. Sesaji yang pertama yaitu sesaji yang diletakkan dibawah geber yang disebut dengan gantal komplit sedangkan sesaji yang kedua adalah sesaji yang diletakkan di pojok atas kanan dan kiri geber yang disebut sajen hasil tani. Sesaji yang pertama atau gantal komplit terdiri dari kemenyan, enjet, gambir, tembakau, beras, telur, daun sirih, kembang kanthil, melati, dan menur. Benda-benda tersebut diwadahkan dalam satu piring dan diletakkan dibawah geber, dekat dengan dalang saat memainkan wayang. Sementara sajen hasil tani berupa padi dan degan atau kelapa muda yang diletakkan pada wadah yang terbuat dari janur yaitu daun kelapa yang masih muda yang disebut panjang ilang.