Kajian Teori TINJAUAN PUSTAKA

d Menyimak eksploratif Menyimak eksploratif explorative listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit Tarigan, 2008:51. e Menyimak interogatif Menyimak interogatif interrogative learning adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan Tarigan, 2008:52. f Menyimak selektif. Menyimak selektif merupakan kegiatan menyimak untuk melengkapi menyimak pasif. Menyimak selektif biasanya digunakan untuk mempelajari unsur ketatabahasaan Tarigan,2008. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti menggunakan menyimak intensif yang mengarah pada menyimak konsentratif dan menyimak secara aktif.Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa menyimak konsentratif adalah menyimak yang membutuhkan konsentrasi penuh untuk memahami bahan simakan, sedangkan menyimak secara aktif merupakan kegiatan menyimak yang dilakukan secara sadar untuk mrndapatkan informasi terterntu.dengan teliti dan tidak tergesa-gesa. Penelitian ini menggunakan menyimak intensif yang mengarah pada menyimak konsentratif dan aktif, dengan alasan karena kegiatan menyimak ini mengarah pada kegiatan yang diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu untuk mendapatkan informasi atau butir-butir penting tertentu yang terdapat dalam rekaman berita. Kegiatan ini termasuk menyimak aktif karena dalam menyimak aktif, penyimak harus memahami dan mengingat apa yang didengar untuk dapat memberikan kesan positif terhadap hal apa yang telah didengar.

2.2.2 Berita

Suatu wacana dapat dikatakan sebagai berita apabila terdapat unsur 5W+1H, yaitu: What apa, Who siapa, Where di mana, When kapan, Why mengapa, dan How bagaimana. Unsur 5W+1H harus melekat dalam setiap penulisan berita, tujuannya agar penyajian suatu informasi menjadi lengkap dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pembaca atau pendengar atau pemirsa televisi Iskandar, 2003:56. Berita ada beragam jenismacamnya. Adapun pengertian, jenismacam berita, dan unsur berita akan dibahas sebagai berikut.

2.2.2.1 Pengertian Berita

Pengertian berita dari segi etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, ya itu “vrit” atau “vritta”yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi.Persamaan dalam bahasa Inggris dapat dimaknakan dengan “write”. Istilah berita dalam bahasa Indonesia disadur dari kata “vritta“ dalam bahasa Sansekerta, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi Yunus, 2010:46. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:178 berita merupakan cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui surat kabar, radio, televisi, atau media online internet Sumadiria, 2008. “Berita adalah laporan peristiwa yang di dalamnya terkandung empat hal cepat atau aktual, nyata atau faktual, penting dan menarik, karena tidak semua berita layak untuk dilaporkan ” M. Romli, 2006:6. “Berita adalah suatu laporan yang hangat, padat, akurat, mengenai suatu kejadian atau peristiwa, bukan peristiwa atau kejadiannya itu sendiri ” Wiharyanto, 2005:3. “Berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak ” Suhandang, 2004:103. “Berita adalah laporan informasi penting yang barutelah terjadi dan menarik perhatian publik yang mencerminkan hasil kerja wartawan dan tugas jurnalistik ” Yunus, 2010:47. Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian berita, peneliti menyimpulkan bahwa berita adalah laporan peristiwa yang hangat, aktual, faktual, menarik, dan penting bagi orang lain baik melalui media cetak maupun melalui media online.

2.2.2.2 Macam-Macam Berita

Berita ada beraneka ragam jenisnya. Macam-macam berita antara lain dibedakan berdasarkan sifat kejadian dan berdasarkan soal atau masalah yang dicakupinya Wiharyanto, 2005 . a. Macam berita berdasarkan sifat kejadian Berdasarkan sifat kejadian berita, atau sifat terjadinya berita, macam berita dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut. 1 Berita yang diduga, yakni berita-berita yang sudah diduga akan terjadi. Misalnya: berita mengenai perayaan hari nasional atau hari internasional HUT Kemerdekaan, hari PBB, dan lain-lain. 2 Berita yang tidak diduga, yakni berita yang kejadiannya tidak terduga sama sekali, yang terjadi secara sekonyong-konyong. Misalnya: kebakaran, kecelakaan, gempa bumi, gelombang tsunami, pembunuhan misterius, atau pembunuhan terhadap orang terkenal. b. Macam berita berdasarkan soal atau masalah yang dicakupnya Berdasarkan soal atau masalah yang dicakupnya, macam berita dibedakan menjadi tujuh, yaitu sebagai berikut. 1 Berita politik, yakni berita yang mengulas masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum, dan krisis-krisis kabinet, serta masalah-masalah politik yang timbul di daerah, seperti: masalah pilkadal pemilihan kepala daerah secara langsung. 2 Berita ekonomi, yakni berita yang mengulas masalah perdagangan, perindustrian, perbankan, perburuhan, catatan harga pasar, bursa, dll. 3 Berita kejahatan, yakni berita yang mengulas segala kejadian yang melanggar peraturan dan undang-undang negara. Misalnya: pembunuhan, penodongan, pencopetan, pencurian, perampokan, perkosaan, dll. 4 Berita-berita kecelakaankebakaran, yakni berita yang mengulas kejadian yang tak terduga seperti kecelakaan, kebakaran, bencana alam, bunuh diri, dll. 5 Berita olahraga, yakni berita yang mengulas seluruh kejadian olah raga, misalnya: berita sepak bola, atletik, renang, senam, polo air, dll. 6 Berita militer, yakni berita yang mengulas peristiwa perang atau pemberontakan atau kegawatan yang dialami suatu negara. 7 Berita ilmiah, yakni berita yang mengulas segala kemajuan ilmu pengetahuan, baik berupa penemuan-penemuan baru, teori-teori baru, perbaikan cara kerja baru, hasil riset, hasil survei, pertemuan-pertemuan ahli-ahli ilmu pengetahuan, simposium, dan lain sebagainya. Berita yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita kebakaran, berita kejahatan, berita yang tidak di duga, berita yang diduga.Jumlah berita yang digunakan untuk kegiatan menyimak dalam penelitian ini ada tujuh.

2.2.2.3 Unsur-Unsur Berita

Suatu wacana dapat dikatakan sebagai berita apabila terdapat unsur 5W+1H, yaitu: What apa, Who siapa, Where dimana, When kapan, Why mengapa dan How bagaimana. Unsur 5W+1H harus melekat dalam setiap penulisan berita, tujuannya agar penyajian suatu informasi menjadi lengkap dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembaca atau pendengar atau pemirsa televisi Iskandar, 2003:56. Unsur berita ada lima, biasa disebut 5W+1H yaitu: What apa, Who siapa, Where dimana, When kapan, Why mengapa dan How bagaimana, Barus, 2011. a. Who siapa: berita harus mengandung unsur “siapa”. Berita harus mengandung sumber yang jelas. “Siapa” bisa mengacu pada individu, kelompok, atau lembaga. b. What apa: berita harus mengandung hal yang menjadi topik berita tersebut. Jika menyangkut suatu peristiwa atau kejadian, yang menjadi “apa” adalah kejadian atau peristiwa itu. c. Where di mana: berita harus menunjuk tempat kejadian; “di mana” terjadinya kejadian atau fakta itu. d. When kapan: “kapan” terjadinya peristiwa tersebut. e. Why mengapa: kelengkapan unsur berita harus dapat menjelaskan “mengapa” peristiwa itu sampai terjadi. Hal ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca. f. How bagaimana: “bagaimana” terjadinya suatu peristiwa.

2.2.3 Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII Sekolah

Menengah Pertama SMP 2.2.3.1 Pengertian Kurikulum Pengertian kurikulum yang terdapat dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19, bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Muslich, 2007:1. Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran menyimak BSI kelas VIII SMP adalah KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 KBK adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah Muslich, 2010:10. Dalam Standar Nasional Pendidikan SNP Pasal 1, ayat 15 “KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan ” Sanjaya, 2009:128. KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Muslich, 2010: 1. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 20062007 dengan mengacu pada Standar Isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL untuk pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, BSNP, 2006. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.

2.2.3.2 Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP memiliki karakteristik. Karakteristik KTSP ada empat, yaitu sebagai berikut. a. Dilihat dari desainnya, KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari dua segi, pertama struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil Ujian Nasional. b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan, misalnya melalui CTL, inquiri, pembelajaran portofolio, dan lain sebagainya. c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar kompetensi, kompetensi dasar, kemudian dijabarkan menjadi indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian Sanjaya, 2009.

2.2.3.3 Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP

Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dapat dibedakan secara umum dan khusus. “Tujuan umum ditetapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan otonomi kepada lembaga pendidikan “Sanjaya, 2009:132. Adapun tujuan khusus ditetapkan KTSP menurut adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai Sanjaya, 2009:132.

2.2.3.4 Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Dalam

Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP “KTSP memiliki komponen, yaitu: tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP ” Muslich, 2010:12. “Pelaksanaan KTSP mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL ” Muslich, 2010:9. Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan menetapkan Standar Nasional Pendidikan SNP sebagai acuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia. SNP yang telah ditetapkan pemerintah mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiyayaan, dan standar penilaian pendidikan. Namun, hanya dua dari delapan standar yang telah disahkan oleh Mendiknas, yaitu standar isi dan standar kompetensi lulusan Mulyasa, 2007. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu Mulyasa, 2007:45. “Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan kalender pendidikan atau akademik ” Mulyasa, 2007:45. Standar Kompetensi Lulusan SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan Mulyasa, 2007: 91. Untuk mencapai SKL suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui sebaran materi pelajaran yang dijabarkan berdasarkan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP maupun di SMA diarahkan agar siswa menguasai dengan baik aspek keterampilan berbahasa yang diintegrasikan dengan kemampuan kebahasaan dan bersastra Nurbaya, Siti dan Nurhadi, 2011. Terdapat dua belas SK keterampilan menyimak yang telah ditetapkan Standar Isi KTSP, 2006. Siswa harus menguasai ke-12 standar kompetensi tersebut dalam kemampuan berbahasa dan bersastra. Ke-12 standar kompetensi keterampilan menyimak terbagi dalam 6 standar kompetensi kemampuan menyimak aspek kemampuan berbahasa dan 6 standar kompetensi kemampuan menyimak aspek kemampuan bersastra. Kemudian dari 12 standar kompetensi tersebut, dijabarkan ke dalam 24 kompetensi dasar aspek kemampuan berbahasa dan 24 kompetensi dasar aspek kemampuan bersastra. Pada penelitian ini peneliti akan mengembangkan aspek menyimak dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas VIII SMP. Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar aspek menyimak kelas VIII semester 2 jenjang pendidikan SMPMTs yang digunakan peneliti dalam penelitian. Tabel 2.1 Kriteria Standar Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia Kelas VIII Kelas VIII, Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 9. Memahami isi berita dari radio televisi. 9.1 Menemukan pokok-pokok berita apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana yang didengar dan atau ditonton melalui radiotelevisi. Kurikulum 2006

2.2.4 Metode KooperatifTipe Student Teams Achievement DivisionsSTAD

2.2.4.1 Pengertian Metode Kooperatif

Menurut pendapatRusman, 2011, metode kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang dilakukan secara kolaboratif beranggotakan 4 —6 orang yang heterogen. Dalam kelompok-kelompok kecil yang dibuat itu, diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami suatu pelajaran, berkaitan dengan penelitian ini adalah kesulitan siswa dalam memahami unsur 5W+1H khususnya aspek “bagaimana”. Pembuatan kelompok-kelompok kecil dalam belajar juga merupakan suatu cara untuk membuat siswa lebih komunikatif dengan siswa lain di dalam kelompok.Siswa dapat saling membantu antar anggota kelompoknya.

2.2.4.2 Karakteristik Metode Kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif ada empat menurut yaitu: a pembelajaran secara tim, b didasarkan pada manajemen kooperatif, c kemauan untuk bekerja sama, dan d keterampilan bekerja sama Rusman, 2011. Penjelasan mengenai karakteristik metode kooperatif adalah sebagai berikut. a Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b Didasarkan pada manajemen kooperatif Manajemen dalam pembelajaran kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai berikut. Pertama, fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.Kedua, fungsi manajemen sebagai organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Ketiga, fungsi manajemen sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes. c Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal. d Keterampilan bekerja sama Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Pembelajaran menggunakan metode kooperatif memiliki ciri, yaitu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasi usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

2.2.4.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif adalah sebagai berikut. a. Penjelasan materi Pada tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. b. Belajar kelompok Tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi.Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. c. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu maupun kelompok. d. Pengakuan tim Pengakuan timadalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim yang paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi menjadi lebih baik lagi Rusman, 2011. Menurut Suyatno 2009:51 —52, langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif adalah sebagai berikut. a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b. Menyajikan informasi. c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja. e. Evaluasi. f. Memberikan penghargaan. Dari kedua pendapat itu, penulis menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode kooperatif sebenarnya ada empat, yaitu sebagai berikut. 1 Penjelasan materi berupa penyampaian informasi mengenai tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa. 2 Mengorganisasi siswa membentuk kelompok. 3 Penilaian. 4 Pemberian penghargaan.

2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan metode kooperatif. Penjelasan kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. Ada delapan kelebihan pembelajaran menggunakan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut. 1. Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, melainkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain. 2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide orang lain. 3. Metode ini dapat membantu anak untuk peduli terhadap orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4. Metode ini dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5. Metode ini merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6. Melalui metode ini, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata riil. 8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. Selain metode kooperatif ini memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan. Ada lima kelemahan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut. 1. Memerlukan waktu untuk memahami metode kooperatif ini. 2. Terdapat kemungkinan apa yang seharusnya dicapai dan dipahami oleh siswa tetapi tidak dapat terwujud karena ciri pembelajaran kooperatif adalah saling membelajarkan antarsiswa dalam kelompok. 3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. 4. Keberhasilan penggunaan metode kooperatif ini memerlukan waktu yang cukup panjang. 5. Sulitnya membangun rasa percaya diri dan bekerja sama dalam pembelajaran menggunakan metode kooperatif masih susah Sanjaya, 2008.

2.2.4.5 Jenis Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif ada beberapa jenis model.Menurut Rusman, 2011 ada enam model pembelajaran kooperatif, yaitu 1 model STAD, 2 jigsaw, 3 Investigasi Kelompok GI, 4 model Make a Match Membuat Pasangan, 5 TGT Teams Games Turnaments, 6 model struktural.Adapun penjelasan dari masing-masing model kooperatif tersebut adalah sebagai berikut. 1 Model STAD “STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota ” Suyatno, 2009.Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin. STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam pembelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik, dan lain-lain pada tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. 2 Jigsaw Pembelajaran kooperatif model jigsaw, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponensubtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.Masing-masing dalam kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Dalam model kooperatif jigsaw ini, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompokknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. 3 Investigasi KelompokGroup Investigation Strategi pembelajaran GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum, perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2 —6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi pokok bahasan yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah sebagai berikut. a. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 5 siswa. b. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis. c. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. 4 Model Make a Match Membuat Pasangan Model Make a Match membuat pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model ini adalah sebagai berikut. a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konseptopik yang cocok untuk sesi review satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban. b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya kartu soalkartu jawaban. d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. f. Kesimpulan. 5 Model TGT Teams Games Tournaments Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima tahap, yaitu: a tahap penyajian kelas class presentation, b belajar dalam kelompok teams, c permainan games, d pertandingan tournament, dan e penghargaan kelompok team recognition. Adapun ciri-ciri model kooperatif tipe TGT adalah siswa bekerja dalam kelompok kecil, games tournament, dan penghargaan kelompok. 6 Model Struktural Ada beberapa pendapat yang mengemukakan komponen dalam pembelajaran kooperatif model structural. Spencer dan Miguel Kagan 2009 dalam Rusman, mengemukakan bahwa ada enam komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural, yaitu: a struktur dan konstruk yang berkaitan, b prinsip-prinsip dasar, c pembentukan kelompok dan pembentukan kelas, d kelompok, e tata kelola, dan f keterampilan sosial.

2.2.4.6 Student Teams Achievement Divisions STAD

Pengertian STAD seperti yang telah dipaparkan di atas, STAD merupakan salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti.STAD juga merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling banyak diaplikasikan dalam beberapa mata pelajaran dan tingkatan atau jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif Slavin, 2009. Strategi atau siklus pelaksanaan STAD ada beberapa tahap. Menurut Suyatno 2009:52, strategi atau siklus pelaksanaan STAD yaitu sebagai berikut. 1 Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok. 2 Membuat kelompok heterogen 4—5 orang. 3 Mendiskusikan bahan belajarLKSmodul secara kolaboratif. 4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. 5 Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok. 6 Mengumumkan rekor tim dan individual. 7 Memberikan penghargaan. Menurut Slavin 2005:143 —146, STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. 1 Presentasi kelas Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas. Presentasi kelas sebenarnya sama seperti pembelajaran biasanya yang dipimpin oleh guru secara langsung, hanya perbedaannya yaitu presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2 Tim Tim terdiri atas empat atau lima siswa yang heterogen. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya. 3 Kuis Siswa mengerjakan kuis individual sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Oleh karena itu, setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya 4 Skor kemajuan individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan “skor awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. 5 Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Adapun langkah membuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok adalah dengan cara menghitung skor individu dan skor kelompok. Skor individu diperoleh bagi siswa berdasarkan hasil kuis mereka presentase yang benar melampaui skor awal mereka Slavin, 2008. Tabel 2.2 Kriteria Skor Kuis dan Poin Kemajuan No. Skor kuis Poin Kemajuan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 2. 10 —1 poin di bawah skor awal 10 3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal 30 Adapun tujuan dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimum bagi kelompok mereka, berapapun tingkat kinerja mereka sebelumnya Slavin, 2008.Langkah untuk menghitung skor tim adalah sebagai berikut. 1 Catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir. 2 Bulatkan semua pecahan. Tabel 2.3 Skor tim atau kelompok No. Kriteria rata-rata tim Penghargaan 1. 15 Tim Baik 2. 16 Tim Sangat Baik 3. 17 Tim Super

2.3 Kerangka Berpikir

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa dengan mendengarkan lambang-lambang bunyi agar diperoleh informasi serta dapat menangkap maksud serta makna dari sebuah komunikasi atau ujaran. Kegiatan menyimak terkadang dianggap hal yang biasa oleh siswa karena keterampilan menyimak sudah ada dalam diri setiap siswa sejak kecil. Oleh karena itu, pembelajaan menyimak di sekolah banyak mengalami kendala dan keprihatinan karena hasil belajar siswa yang rendah. Pembelajaran menyimak berita dilakukan berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. KTSP dalam Standar Nasional Pendidikan SNP Pasal 1, ayat 15 merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia baik di SMP maupun di SMA diarahkan agar siswa menguasai dengan baik aspek keterampilan berbahasa yang diintegrasikan dengan kemampuan kebahasaan dan bersastra. Ada 12 standar kompetensi keterampilan menyimak yang ditetapkan Standar Isi KTSP, 2006. Ke-12 standar kompetensi itu harus dikuasai siswa dalam kemampuan berbahasa dan bersastra. Subaspek kemampuan menyimak terbagi dalam 6 standar kompetensi aspek kemampuan berbahasa dan 6 standar kompetensi aspek kemampuan bersastra. Dari 12 standar kompetensi dijabarkan ke dalam 24 kompetensi dasar kemampuan menyimak aspek kemampuan berbahasa dikembangkan demikian halnya ada 24 kompetensi dasar aspek kemampuan bersastra. Pembelajaran yang inovatif kiranya dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menyimak adalah metode kooperatif. Metode kooperatif dimaknai sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran yangdiorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antarpembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggung jawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani Kagan dalam Widharyanto, dkk. 2003:20. Penggunaan metode kooperatif diharapkan mampu membuat siswa lebih komunikatif dalam kelompok, sehingga kesulitan yang ditemui dalam pembelajaran dapat teratasi. Salah satu tipe dari metode kooperatif yaitu tipe STAD. Penelitian ini menggunakan metode kooperatif tipe STAD dikarenakan tipe ini sangat cocok untuk semua mata pelajaran dari jenjang SD sampai perguruan tinggi. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimak

2.4 Hipotesis Tindakan

“Hipotesis tindakan merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk ditelit i melalui PTK” Mulyasa, 2009:63. m Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan menyimak berita pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011 2012”. Jenis Model Metode Kooperatif Jenis-Jenis Menyimak Tipe STSD. Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Kurikulum Pembelajaran Menyimak BSI Kelas VIII SMP Keterampilan Menyimak Metode Kooperatif Pengertian Berita, Macam, dan Unsurnya Kelebihan dan Kelemahan Metode Kooperatif 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

“Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas PTK, yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas” Kusnandar, 2008:45. PTK termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. “Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan”Rochiati dalam Kusnandar, 2008:46.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Jl. Timoho II29 Yogyakarta. Waktu pelaksanaannya, yaitu tanggal 4 Mei 2012, 11 Mei 2012, 18 Mei 2012, dan 21 Mei 2012. Adapun penulisan hasil laporan penelitian dilakukan selama semester genap tahun ajaran 20112012.

3.3 SubyekPenelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berjumlah 44 orang. Kelas terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menerapkan model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini, setiap siklus terdiri atas empat komponen atau tahap. “Keempat komponen itu, yaitu: 1 perencanaan, 2 aksitindakan, 3 observasi, dan 4 refleksi. Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian dilakukan perbaikan perencanaan pada siklus berikutnya, demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus ” Taniredja, 2011:23. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart siklus 1 siklus 2 Refleksi P ere nc an aa n Observasi P erba ikanPer enc an a an Tindakan Refleksi Observasi Tindakan

3.5 Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan dua siklus. Namun, jika tujuan penelitian masih belum bisa tercapai, tentu saja perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Tiap siklus terdiri atas empat komponen atau empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Perencanaan Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan koordinasi dengan guru bahasa Indonesia kelas VIII C mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan disajikan, dan bagaimana rencana pelaksanaan penelitiannya. Permasalahan yang muncul berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas VIII C, guru memberikan keterangan bahwa hasil tes menyimak berita siswa rendah. Siswa masih kesulitan untuk memahami dan menemukan pokok informasi khususnya aspek “bagaimana” yang terdapat dalam berita. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti dapat mencari penyelesaian dengan baik untuk meningkatkan kemampuan menyimak, khususnya menyimak berita. Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah a menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran RPP sesuai dengan tindakan yang dilakukan; b menyusun pedoman observasi dan jurnal; c mempersiapkan video rekaman berita yang akan digunakan untuk kegiatan menyimak pada siklus I dan II; d menyususn pedoman evaluasi; e mempersiapkan alat dokumentasi.

Dokumen yang terkait

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Pengembangan instrumen penilaian sikap ilmiah siswa berbasis kurikulum 2013

1 31 0

Sistem informasi pembelajaran siswa kelas 1 pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Bandung

0 4 107

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

Penjaskes kelas X semester 1

0 5 15