Pengambilan Keputusan Landasan Teori

29 f. Kepraktisan Dalam pengambilan keputusan diperlukan pengambil keputusan yang praktis untuk memperoleh hasil yang optimal g. Kegiatan berikutnya Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian mata rantai kegiatan berikutnya. Proses dasar dalam pembuatan keputusan secara rasional hampir sama dengan proses perencanaan startegis formal 25 , yakni sebagai berikut : 1 Pemahaman dan perumusah masalah melalui identifikasi dan diagnosis masalah 2 Pengumpulan dan analisis data yang relevan 3 Pengembangan alternatif-alternatif. Hebert Simon mengemukakan konsep pemuasan satisfying, yang berarti bahwa pembuat keputusan memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan yang ideal 4 Evaluasi alternatif-alternatif melalui penilaian berbagai alternatif penyelesaian 5 Pemilihan alternatif terbaik 6 Implementasi keputusan. Setelah alternatif terbaik terpilih maka harus segera membuat rencana-rencana tindakan untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan 7 Evaluasi hasil-hasil keputusan 25 Nugroho J. Setiadi, Business Economic And Managerial Decision Making, h. 28. 30 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini : Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Sumber : Nugroho 2008 Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa dalam pengambilan keputusan diperlukan sebuah pertimbangan yang matang dan tahapan-tahapan yang harus dipenuhi sebelum menghasilkan sebuah keputusan.

4. Go Public

Seperti yang telah diketahui bahwa setiap perusahaan pasti memiliki berbagai alternatif dalam sumber pendanaan, baik dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya adalah dengan melakukan penawaran umum saham go public. Penawaran umum saham go public ini lebih sering dikenal dengan istilah IPO Initial Tahap 1 •Pemahaman dan perumusan masalah Tahap 2 •Pengumpulan dan analisis data yang relevan Tahap 3 •Pengembangan alternatif- alternatif Tahap 4 •Evaluasi alternatif- alternatif Tahap 5 •Pemilihan alternatif terbaik Tahap 6 •Implementasi keputusan Tahap 7 •Evaluasi hasil-hasil keputusan 31 Public Offering. IPO adalah sebuah proses yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari publik dimana dana dapat digunakan untuk mendanai ekspansi perusahaan dan biasanya harus memenuhi undang- undang tentang penawaran saham ke publik dimana di Indonesia yaitu UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal 26 . IPO atau penawaran umum merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang di lakukan oleh Emiten perusahaan yang akan go public untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya 27 . Selain itu, menurut Gunawan penawaran umum tidak lain adalah istilah hukum yang ditujukan bagi kegiatan suatu emiten untuk memasarkan dan menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek yang diterbitkannya, baik dalam bentuk saham, obligasi, atau efek lainnya kepada masyarakat secara luas. Sehinggga dapat dikatakan bahwa dengan melakukan penawaran umum, perusahaan dapat mengubah status perusahaan yang awalnya merupakan perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keputusan go public adalah sebuah keputusan untuk melakukan penawaran umum saham guna mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk ekspansi perusahaan. Berikut hal-hal yang membedakan perusahaan go public dan tidak go public. 26 Manurung, Adler Haymans, Initial Public Offering IPO : Konsep, Teori, dan Proses, Jakarta : PT Adler Manurung Press, 2013, h. 1. 27 Tjiptono D. Dan Hendy M.F, Pasar Modal Di Indoesia : Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta : Salemba Empat, 2006, h.73. 32 Tabel 2.2 Perbedaan Perusahaan Go Public dan Perusahaan Tidak Go Public No. Aspek Perusahaan Tidak Go Public Perusahaan Go Public 1. Persyaratan pengungkapan minimum minimum disclosure requirement Tidak mutlak Mutlak ditaati 2. Jumlah pemegang saham Biasanya terbatas Lebih dari 300 pemegang saham 3. Kewajiban menyampaikan laporan reguler maupun insidetif Tidak mutlak Mutlak 4. Pemisahan antara pemilik dan manajemen Bukan merupakan kebutuhan mendesak Merupakan kebutuhan 5. Pergantian kepemilikan saham Rendah Tinggi 6. Tindakan manajemen Tidak selalu menarik perhatian masyarakat Menjadi perhatian masyarakat Sumber : Gunawan dan Wulandari 2009 Manfaat-manfaat yang akan diterima perusahaan go public 28 , adalah : 1 Emiten yang melakukan penawaran umum saham go public akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar. 2 Meningkatkan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas. 28 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Seri Pengetahuan Pasar Modal : Go Public Dan Go Private Di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 9. 33 3 Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena pada umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat dibandingkan dengan perusahaan yang masih tertutup. 4 Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan. Hal ini sangat jelas menguntungkan emiten karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk jasa advertising yang cukup mahal. 5 Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang cepat. Selain manfaat-manfaat yang akan diterima perusahaan go public, tetap ada konsekuensi atau risiko yang harus ditanggung oleh perusaahaan 29 , diantaranya : 1 Perusahaan atau calon emiten dituntut untuk lebih terbuka dan harus mengikuti peraturan-peraturan pasar modal mengenai kewajiban pelaporan. 2 Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran harus tercatat secara terperinci dan dapat di pertanggung jawabkan. 3 Perusahaan atau calon emiten harus selalu membuat pelaporan yang diwajibkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Laporan keuangan juga harus terus dipantau baik oleh pemilik modal maupun oleh masyarakat umum, sehingga apabila terjadi penyimpangan dapat segera diketahui. 29 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Seri Pengetahuan Pasar Modal : Go Public Dan Go Private Di Indonesia, h. 11.