dapat  digunakan.  Hal  tersebut  akan  memberikan  kesalahan  peramalan  yang relatif  besar  bila  perubahan  pola  data  ataupun  bentuk  hubungan  fungsional
tersebut terjadi secara sistematis. Data  yang  digunakan  dalam  peramalan  kuantitatif  hendaknya  1
reliable  dan  akurat  berasal  dari  sumber  yang  andal  dengan memperhatikan  akurasinya,  2  relevan,  3  konsisten  jika  ada  perubahan
definisi  harus  ada  penyesuaian,  4  cukup  tidak  terlalu  sedikit  sebagai basis  data  atau  tidak  terlalu  banyak  sehingga  ada  bagian  yang  tidak
relevan.  Pada  data  kuantitatif  jika  terjadi  perubahan  pola,  maka  hasil ramalan  relatif  kurang  akurat.  Jika  pola  data  historis  terjadi  perubahan
struktural,  relatif  sulit  upaya  penyesuaiannya,  kecuali  telah  tersedia  data historis yang cukup untuk menentukan pola yang baru.
Metode  peramalan  kuantitatif  terbagi  menjadi  dua,  yaitu  metode time series dan metode kausal. Metode time series menggunakan data yang
memiliki  deret  waktu  yang  dikumpulkan,  dicatat,  atau  diamati  dari rangkaian waktu Hanke et al.,2003. Sedangkan metode kausal didasarkan
atas  penggunaan  analisa  pola  hubungan  antara  variabel  yang  akan diperkirakan  dengan  variabel  lain  yang  mempengaruhinya,  metode  ini
disebut juga dengan model regresi.
3.1.3 Konsep Metode Peramalan Model Time Series
Metode  peramalan  time  series  merupakan  bagian  dari  metode  peramalan dengan pendekatan kuantitatif. Metode peramalan  time series merupakan metode
yang  sering  digunakan  dalam  ekonomi  dan  bisnis,  dimana  sejumlah  observasi
diambil  selama  beberapa  periode  dan  digunakan  sebagai  dasar  dalam  menyusun suatu ramalan untuk beberapa metode dimasa depan Assauri, 1984.
Metode peramalan time series didasarkan pada analisis perilaku atau nilai masa lalu suatu variabel yang disusun menurut urutan waktu. Alasan penggunaan
model  ini  adalah  karena  sederhana,  cepat  dan  murah.  Model  ini  cocok  untuk meramalkan  variabel  dalam  tempo  singkat  dan  sumber  data  yang  terbatas
Mulyono,  2000.  Menurut  Makridakis  et,  al  1999  ada  tiga  alasan  kenapa menggunakan metode deret waktu, yaitu:
a. sistem  kemungkinan  tidak  dipahami,  dan  sekalipun  dipahami,  hubungan
– hubungan  yang  mengatur  perilaku  sistem  tersebut  kemungkinan  sulit
sekali diungkapkan. b.
perhatian  utama  hanyalah  memprediksi  apa  yang  akan,  bukan  bagaimana hal tersebut terjadi.
c. saat  mengetahui  sesuatu  terjadi  dan  memprediksi  apa  yang  akan  terjadi,
nilainya  tidak  terlalu  berarti,  padahal  biaya  untuk  mengetahui  tetang mengapa  terjadi  kemungkinan  sangat  tinggi,  sementara  biaya  untuk
memprediksi apa yang akan terjadi lebih rendah. Menurut  Hanke  et  al.,  2003,  persyaratan  esensial  dalam  memilih  suatu
teknik peramalan tidak terletak pada metode peramalan yang menggunakan proses matematika  yang  rumit  atau  menggunakan  metode  yang  canggih,  akan  tetapi
metode  terpilih  harus  menghasilkan  suatu  ramalan  yang  akurat,  tepat  waktu, maanfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya penggunaannya dan dipahami oleh
manajemen,  sehingga  ramalan  dapat  membantu  menghasilkan  keputusan  yang lebih baik.
Peramalan  harus  menyadari  bahwa  mereka  menghadapi  persoalan  dan keputusan  yang  berbeda-beda  dimana  tidak  setiap  metode  peramalan  dapat
dikembangkan.  Pertimbangan  yang  cermat  dalam  memilih  metode  peramalan diperlukan  agar  ramalan  dapat  digunakan  sesuai  dengan  tujuan  yang  telah
ditentukan.  Makridarkis  1999,  mengemukakan  enam  faktor  utama  yang menggambarkan  kemampuan  dan  kesesuaian  dalam  memilih  suatu  metode
peramalan.  Enam  faktor  tersebut  adalah  horizon  waktu,  pola  data,  daya  tarik metode itu sendiri, ketepatan, biaya dan waktu, serta ketersediaan perangkat lunak
komputer. 1.
Horizon waktu Metode  peramalan  berhubungan  dengan  dua  aspek  horizon  waktu,  yaitu:
cakupan  waktu  dimasa  yang  akan  datang  dan  jumlah  periode  ramalan  yang diinginkan.  Beberapa  teknik  metode  hanya  dapat  sesuai  untuk  peramalan  satu
periode  kedepan,  sedangkan  teknik  lainnya  dapat  dipergunakan  untuk meramalkan beberapa periode kedepan.
2. Pola data
Setiap  metode  peramalan  memiliki  perbedaan  kemampuan  dalam mengidentifikasi  pola  atau  karakteristik  data  secara  umum.  Serial  data  dapat
dikelompokkan dalam empat pola. Pola pertama adalah pola stasioner, yaitu jika pola  data  berfluktuasi  disekitar  nilai  rata-rata  yang  konstan.  Pola  yang  kedua
adalah  pola  musiman,  yaitu  jika  data  membentuk  fluktuasi  konstan  dan proporsional dalam jangka pendek kurang dari satu tahun yang disebabkan oleh
faktor  musiman.  Pola  data  ketiga  adalah  pola  siklis,  yaitu  jika  data  dipengaruhi oleh  fluktuasi  tersebut  disebabkan  oleh  pengaruh  ekonomi  jangka  panjang.  Pola
keempat  adalah pola tren,  yaitu jika data menunjukkan kenaikan atau penurunan secara sekuler dalam jangka panjang.
Perbedaan dari keempat pola data itu memerlukan penyesuaian antara pola data  dengan  metode  analisis  yang  akan  digunakan.  Usaha  penyesuaian  itu
biasanya dilakukan dengan membuat sebuah asumsi bahwa ada suatu bentuk pola data  dalam  serial  data  yang  harus  berkelanjutan,  kemudian  dipilih  metode  yang
sesuai dengan pola tersebut. Berdasarkan keempat tipe pola tersebut, menurut Hanke 1999 ada empat
teknik peramalan yang umum digunakan yaitu: a.
Teknik peramalan untuk data stasioner pola horisontal Pola  horisontal  terjadi  ketika  data  observasi  berfluktuasi  disekitar  nilai
rata-rata  yang  konstan  atau  dengan  kata  lain  nilai  meannya  tidak  berubah sepanjang waktu. Situasi seperti ini muncul ketika pola data yang mempengaruhi
deret relatif stabil. Teknik peramalan yang perlu dipertimbangkan pada peramalan deret  stasioner  adalah  metode  naive,  simple  average,  moving  average,  single
exponential smooting, dan auto regressive integrated moving average ARIMA b.
Teknik peramalan untuk data musiman seasonality Pola  musiman  terjadi  ketika  data-data  observasi  dipengaruhi  faktor
musiman.  Deret  bermusim  didefinisikan  sebagai  deret  waktu  dengan  pola perubahan  yang  berulang  dengan  sendirinya  dari  tahun  ke  tahun.  Komponen
musiman merupakan fluktuasi yang terjadi kurang dari setahun dan berulang pada tahun-tahun beriktnya. Komponen musiman relatif dominan pada peubah-peubah
yang  besarannya  tergantung  pada  musim  atau  cuaca,  seperti  produk  pertanaian. winter, regresi berganda, dan ARIMA.
c. Teknik peramalan untuk data siklus cyclus
Pola  siklus  terjadi  ketika  data  observasi  terlihat  naik  atau  turun  dalam periode  waktu  yang  tidak  tetap  setiap  dua  tahun,  tiga  tahun,  atau  lebih.  Siklik
didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang disekitar tren. Komponen siklus umumnya  ditemukan  pada  analisis  jangka  panjang  seperti  peramalan  yang
menyangkut  siklus  hidup  produk.  Teknik-teknik  yang  perlu  dipertimbangkan adalah dekomposisi indikator ekonomi, regresi berganda dan model ARIMA.
d. Teknik peramalan untuk data kecenderungan tren
Pola tren terbentuk ketika data observasi terlihat meningkat atau menurun dalam  periode  waktu  yang  lebih  panjang.  Tren  merupakan  komponen  jangka
panjang yang mendasari pertumbuhan dan penurunan data time series. Komponen tren  dapat  terjadi  akibat  adanya  pertumbuhan  penduduk,  perubahan  teknologi,
inflasi,  produktivitas  dan  sebagainya.  Teknik  peramalan  yang  perlu dipertimbangkan  pada  peramalan  deret  stasioner  adalah  metode  naive,  linier
regression,  growt  curve,  moving  average,  single  exponential  smoothing,  dan ARIMA.
Langkah  yang  harus  dilakukan  untuk  menganalisis  data  historis  adalah dengan memplotkan data tersebut secara grafis. Dari hasil plot data tersebut dapat
diketahui  apakah  pola  data  stasioner,  musiman,  siklik  atau  tren.  Dengan mengetahui  secara  jelas  pola  dari  suatu  data  historis  maka  dapat  dipilih  teknik-
teknik peramalan yang mampu secara efektif mengektrapolasi pola data. 3.
Daya tarik metode peramalan Daya  tarik  yang  dimiliki  oleh  sebuah  metode  peramalan  akan  menjadi
aspek penting yang perlu dipertimbangkan oleh peramal untuk memilihnya. Daya
tarik  mencakup kekuatan atau kelemahan dari metode peramalan, kesederhanaan dan  kemudahan  aplikasi.  Selain  itu  juga  daya  tarik  intuitif  yang  dirasakan  oleh
peramal. 4.
Ketepatan Ketepatan  menunjukkan  kemampuan  metode  untuk  meramalkan  suatu
variabel  yang  dilihat  dari  besarnya  selisih  antara  hasil  ramalan  dan  kenyataan. Setelah  dilakukan  analisis  residual,  akan  diperoleh  dua  atau  lebih  model  yang
cocok  dan  akan  dipakai  untuk  peramalan.  Untuk  memilih  model  yang  dipakai, maka  perlu  diukur  besarnya  kesalahan  residual.  Besaran  yang  umum  dipakai
untuk menentukan kesalahan peramalan adalah MAD Mean Absolute Deviation, MSE Mean Square Error dan MAP Mean Absolute Procentage.
MAPE  menunjukkan  persentase  tingkat  kesalahan  secara  absolut.  MSE menunjukkan  kuadrat  dari  kesalahan  peramalan,  kedua  cara  ini  memberikan
kesalahan  ekstrim  yang  berat  ketika  membandingkan  model-model  peramalan. Pada  saat  tak  ada  kecocokan,  maka  nilai  MSE  menjadi  sangat  besar,  sehingga
ukuran yang paling banyak dipilih adalah MAD. Jika model memiliki kecocokan yang sempurna, maka MAD = 0, sedangkan jika model tidak memiliki kecocokan,
maka MAD adalah besar. Dengan demikian pada saat  membandingkan beberapa model  peramalan,  yang  dipilih  adalah  model  dengan  MAD  minimum  Hanke  et
al,  2003.  Pengukuran  ketepatan  metode  peramalan  ini  pada  akhirnya  memang dipakai sebagai kriteria dalam memilih metode peramalan.
5. Biaya dan waktu
Pemilihan  metode  peramalan  juga  dipengaruhi  oleh  biaya  yang  harus dikeluarkan  berkaitan  dengan  metode  yang  dipilih.  Ada  empat  unsur  biaya  yang
tercakup  dalam  penggunaan  suatu  prosedur  ramalan,  yaitu  biaya  pengembangan, biaya  penyimpanan  data,  operasi  pelaksanaan  dan  kesempatan  untuk
menggunakan teknik-teknik lainnya. 6.
Ketersediaan perangkat lunak komputer Ketersediaan  perangkat  lunak  komputer  penting  untuk  membantu
menyusun  metode  peramalan  kuantitatif.  Penetapan  metode  peramalan menggunakan  program  komputer  yang  sesuai.  Program  tersebut  harus  mudah
digunakan,  bebas  dari  kesalahan-kesalahan  besar,  sehingga  dapat  dipahami  dan diinterpretasikan hasilnya.
Berdasarkan  dari  pola  data  yang  telah  diuraikan  di  atas  maka,  metode peramalan  model  time  series  terdiri  dari  beberapa  metode  peramalan.  Beberapa
metode peramalan tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Model Regresi Sederhana Trend Model  trend  menggambarkan  pergerakkan  jangka  panjang  didalam  deret
waktu  yang seringkali dijelaskan sebagai  garis lurus atau kurva halus.  Model  ini menunjukkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal. Pola data yang
mengandung unsur musiman dapat dimasukkan dalam teknik ini. 2.
Model Rata-rata Sederhana Moving Average Teknik  rata-rata  sederhana  menggunakan  rata-rata  semua  pengamatan
historis  yang  relevan  sebagai  ramalan  periode  mendatang.  Model  yang  tepat apabila gejolak yang membentuk deretan waktu telah distabilkan dan lingkungan
dimana  deret-deret  berada  secara  umum  tidak  berubah.  Model  ini  tidak  terlalu memperhatikan  fluktuasi  dari  deret  waktu,  cocok  untuk  data  stationer.
Kekurangan dari metode ini adalah hanya mampu meramal satu periode kedepan
serta  kurang  praktis  karena  peramal  harus  menyimpan  seluruh  data  historisnya. Setiap  penyusunan  ramalan  periode  yang  baru  akan  menggunakan  data  yang
semakin banyak Hanke et al,. 2003. 3.
Model Rata-rata Bergerak Sederhana Center Moving Average Model  rata-rata  bergerak  digunakan  untuk  menghilangkan  kekurangan
pada  teknik  rata-rata  sederhana.  Model  ini  meramal  metode  yang  akan  datang menggunakan  nilai  rataan,  mengeluarkan  nilai  dari  periode  yang  lama  dan
memasukkan  nilai  dari  periode  terbaru  dari  sekelompok  data  yang  jumlahnya konstan.  Kelebihan  teknik  ini  adalah  fleksibel  dengan  jumlah  data  yang
dimasukkan ke dalam nilai rataan sehingga dapat divariasikan sesuai dengan pola datanya.  Model  ini  sangat  cocok  untuk  data  stationer  yang  cenderung  bergerak
tidak menaik atau menurun Makridakis et al., 1999. 4.
Model Dekomposisi Dekomposisi
adalah salah
satu pendekatan
yang berupaya
mengidentifikasi  faktor  komponen  yang  mempengaruhi  setiap  nilai  pada  deret. Setiap  komponen  diidentifikasi  secara  terpisah.  Proyeksi  setiap  komponen
kemudian  dapat  dikombinasikan  yang  menghasilkan  nilai  ramalan  masa  depan deret waktu. Model ini digunakan hanya sekedar menampilkan pertumbuhan dan
penurunan  suatu  deret,  atau  untuk  menyesuaikan  deret  dengan  cara menghilangkan  satu  atau  beberapa  komponen.  Secara  umum  teknik  dekomposisi
dibagi atas dua macam yaitu dekomposisi aditif dan dekomposisi multiplikatif. 5.
Model Single Exponential Smoothing Model pemulusan eksponensial adalah prosedur yang dapat merevisi hasil
ramalan  secara  kontinyu  dengan  menggunakan  informasi  terbaru.  Model  ini
berdasarkan  pemulusan  yang  menurun  secara  eksponensial.  Prediksi  dilakukan dengan memberi bobot yang lebih tinggi untuk informasi yang lebih baru. Metode
pemulusan eksponensial tunggal sangat cocok untuk pola data stationer dan tidak efektif dalam menangani peramalan yang pola datanya memiliki komponen trend
dan  pola  musiman.  Model  ini  hanya  menyimpan  data  terakhir,  ramalan  terakhir dan konstanta pemulusan
α sehingga dapat mengurangi masalah penyimpangan data.
6. Model Double Exponential Smoothing Brown
Model  ini  menetapkan  bahwa  ramalan  merupakan  hasil  dari  perhitungan dua  kali  pemulusan  eksponensial  dengan  tujuan  mengatasi  masalah  data  yang
tidak  stationer  dengan  trend  linear.  Hasil  yang  diperoleh  dari  pemulusan eksponensial  tunggal  dilakukan pemulusan kembali dengan memberi  bobot  yang
menurun secara eksponensial. Kelemahan model ini tidak dapat meramalkan data yang memiliki data dengan pola musiman.
7. Model Winter
Metode ini akan menghasilkan ramalan yang lebih tepat pada data historis yang  memiliki  pola  tren  linear  dan  pola  musiman.  Metode  Winters  memberikan
cara  yang  mudah  untuk  menjelaskan  musiman  didalam  model  ketika  data memiliki  pola  musiman.  Metode  ini  menghapus  musiman  atau  penyesuaian
musiman  pada  data.  Metode  peramalan  diaplikasikan  untuk  data  musiman terhapus,  kemudian  musiman  dimasukkan  kembali  untuk  mendapatkan  ramalan
yang  akurat.  Hanke  et  al.,2003.  Metode  Winters  cocok  untuk  data  deret  waktu dengan pola stasioner, pola tren konsisten, dan pola musiman, yang didasari oleh
tiga  persamaan  yang  masing-masing  melicinkan  faktor-faktor  yang  berkaitan
dengan  pola  data,  yaitu  faktor  random  keacakan,  faktor  tren  kecenderungan dan faktor musiman Makridarkis et al,.1999.
Metode  ini  terdiri  dari  dua  yaitu  winter  aditif  dan  winter  multiplikatif. Metode  additif  untuk  meramalkan  data  time  series  dengan  trend  linear  dan
memiliki variasi musiman aditif. Perkiraan nilai awal parameter yang diperbaharui biasanya  diperoleh  dari  model  dekomposisi  aditif.  Sedangkan  model  winter
multiplikatif untuk meramalkan data time series dengan trend linear dan memiliki variasi musiman tidak konstan. Perkiraan nilai awal parameter yang diperbaharui
biasanya diperoleh dari model dekomposisi multiplikatif. 8.
Model Box Jenkins Metode  Box-Jenkins  merupakan  suatu  peramalan  yang  sangat  berbeda
dengan kebanyakan metode lainnya, karena metode ini tidak mengasumsikan pola tertentu  pada  data  historis  deret  yang  diramalkan  supaya  model  dapat  bekerja
dengan  baik.  Metode  ini  sangat  tepat  untuk  kondisi  dimana  tersedia  data  yang memiliki  jangka  waktu  pendek,  berdistribusi  normal,  dan  umumnya  tidak  berisi
informasi  berguna.  Teknik  Box-Jenkins  mengacu  pada  himpunan  prosedur  untuk mengidentifikasikan,
mencocokkan dan
memeriksa model
ARIMA autoregressive integrated moving average dengan data deret waktu Hanke et,al.
2003.  Peramalan  ARIMA  mengikuti  langsung  dari  bentuk  model  disesuaikan Makridakis, 1999.
Model SARIMA Seasonal ARIMA hampir sama dengan model ARIMA tidak  mensyaratkan  suatu  pola  data  tren  tertentu  supaya  model  dapat  bekerja
dengan  baik.  Sugiato  dan  Harjono  2000  menyebutkan  bahwa  metode  Bob Jenkins  menggunakan  pendekatan  iteratif  dalam  mengidentifikasi  suatu  model
yang  paling  tepat  dari  berbagai  alternatif  model  yang  ada.  Model  yang  terpilih dilakukan  pengujian  kembali.  Model  dianggap  sudah  memadai  apabila  residual
terdistribusi secara random, kecil dan independen satu sama lain.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional