Metode Clarke Yoshimoto Pooley 1992

53 Berikut adalah gambar perbandingan antara hasil tangkapan aktual dan lestari model Schnute perikanan rajungan di Teluk Banten. Gambar 22 menunjukkan perbandingan tangkapan antara data hasil tangkapan aktual dengan hasil tangkapan menggunakan model Schnute dari tahun 2006 sampai 2010. Terlihat secara visual dari grafik bahwa peningkatan tangkapan terjadi di tahun awal dan kemudian menurun pada tahun berikutnya. Secara keseluruhan terlihat pula bahwa tangkapan aktual dengan tangkapan menurut model Schnute hampir identik. Gambar 22 Perbandingan jumlah tangkapan aktual dengan jumlah tangkapan lestari model Schnute perikanan rajungan di Teluk Banten

G. Metode Clarke Yoshimoto Pooley 1992

Metode Clarke Yoshimoto Pooley atau disingkat CYP menggunakan persamaan regresi linear berganda dengan konsep least square. Perhitungan model CYP menggunakan data yang disajikan pada tabel 9. Persamaan regresi model ini diperoleh dengan cara meregresikan lnCPUE t+1 kolom 5 sebagai variabel bebas dan lnCPUE t kolom 6 sebagai variabel tidak bebas X 1 , serta F t +F t+1 kolom 7 sebagai variabel tidak bebes X 2 . Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: 54 keterangan: Persamaan tersebut menghasilkan koefisien regresi a, b dan c yang masing-masing bernilai , dan Adapun nilai parameter-parameter pertumbuhan r, koefisien penangkapan q dan daya dukung lingkungan K dapat diduga dengan menggunakan nilai koefisien regresi yang diperoleh sebagai berikut: tingkat pertumbuhan alami koefisien kemampuan penangkapan daya dukung lingkungan ton Tabel 9 merupakan tabel yang berisikan nilai-nilai yang digunakan dalam perhitungan tangkapan maksimum lestari dan upaya optimum menggunakan model Clarke Yoshimoto Pooley. Tabel 9 Jumlah tangkapan C jumlah upaya penangkapan F, umlah tangkapan per satuan upaya CPUE, lnCPUE t+1 , lnCPUE t dan F t +F t+1 rajungan di Teluk Banten Tahun Cton Ftrip CPUEtontrip lnCPUE t+1 lnCPUE t F t +F t+1 2005 112.3280 2252 0.0499 -4.2485 -2.9981 3597.6037 2006 19.2250 1346 0.0143 -3.7784 -4.2485 3548.7470 2007 50.3580 2203 0.0229 -4.3834 -3.7784 6072.2939 2008 48.3010 3869 0.0125 -4.6991 -4.3834 9223.8027 2009 48.7450 5354 0.0091 -5.4095 -4.6991 12703.2457 2010 32.8760 7349 0.0045 -5.4095 diolah dari statistik perikanan PPN Karangantu 55 Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya rajungan secara lestari maka dapat diduga nilai produksi maksimum lestari MSY atau jumlah biomassa yang boleh ditangkap di Teluk Banten selama setahun adalah sebagai berikut: sedangkan upaya panangkapan optimum untuk memperoleh hasil tangkapan maksimum lestari MSY tersebut diperkirakan sebagai berikut: artinya dalam setahun, jumlah trip penangkapan rajungan di Teluk Banten tidak boleh melebihi trip. Gambar 23 menunjukkan grafik yang memplotkan jumlah tangakapan maksimum lestari rajungan di Teluk Banten dengann menggunakan model Clarke Yoshimoto Pooley. selain itu pula terlihat upaya penangkapan optimum untuk mencapai tangkapan lestari. Peningkatan upaya yang lebih besar akan menyebabkan penurunan hasil tangkapan dan berlanjut secara asimtotik. Gambar 23 Kurva hubungan jumlah tangkapan C dan jumlah upaya penangkapan F rajungan di Teluk Banten berdasarkan model Clarke Yoshimoto Pooley 56 Gambar 24 menunjukkan perbandingan antara tangkapan aktual dengan tangkapan lestari menggunakan model CYP sumberdaya rajungan di Teluk Banten dari tahun 2006 sampai 2010. Melalui grafik tersebut maka terlihat bahwa pola perubahan jumlah tangkapan tahunan antara data aktual dengan model lestari CYP hampir identik. Gambar 24 Perbandingan jumlah tangkapan aktual dengan jumlah tangkapan lestari model Clarke Yoshimoto Pooley perikanan rajungan di Teluk Banten Berikut menunjukkan perbandingan antara model Schaefer, Gulland, Pella Tomlomson, Fox, Walter Hilborn, Schnute, serta model Clarke Yoshimoto Pooley. Berdasarkan Tabel 10, dapat dibandingkan koefisien penangkapan q, daya dukung lingkungan K, serta parameter pertumbuhan intriksik r sumberdaya rajungan di Teluk Banten antar tujuh model produksi surpus. 57 Tabel 10 Perbandingan parameter koefisien penangkapan q, daya dukung lingkungan K, pertumbuhan intrinsik r, nilai koefisien determinasi R 2 , Standar error SE dan Variance Infentory Factor VIF antara tujuh model produksi surplus rajungan di Teluk Banten Model q K r R 2 SE VIF Schaefer 0.0000302 1146.4844 0.2471 0.3464 0.0148 - Gulland 0.0000297 818.5185 0.2184 0.7861 0.0036 - Pella Tomlimson 0.0000001 198528.1476 0.2447 0.3592 0.0147 - Fox 0.0000333 95272.9207 0.3647 0.6494 0.5422 - W-H 0.0002720 294.2514 2.1246 0.8071 0.3175 1.3 Schnute 0.0005415 54.0929 3.4374 0.9084 0.2700 3.7 CYP 0.0012357 127.4221 4.3978 0.9897 0.0866 2.1 Masing-masing model menyajikan ketiga paramteter tersebut dengan nilai yang berbeda-beda. Parameter q, K dan r model Schaefer, Gulland, Pella Tomlimson dan Fox diperoleh melalui perhitungan algoritma. Sedangkan untuk model Walter Hilborn, Schnute dan Clarke Yoshimoto Pooley parameter-parameter tersebut diperoleh melalui subtitusi dan perhitungan menggunakan koefisien regresi liniear berganda. Indikator statistik yang digunakan adalah koefisien determinasi R 2 Nilai koefisien determinasi masing-masing-masing model juga berbeda-beda. Nilai koefisien determinasi terbesar ditunjukkan oleh model Clarke Yoshimoto Pooley yaitu 98.98. Sedangkan nilai koefisien determinasi terendah adalah model Schaefer yaitu 34.64. Indikator statistik lain yang dapat mendukung hal ini adalah nilai standar eror. Standar eror model CYP juga relatif rendah dibandingkan model lainnya. Adapun nilai Variance Infentory Factor model Walter-Hilborn, Schnute dan CYP juga rendah. Artinya kolinearitas antara variabel tidak bebas pada masing- masing model regresi sangat rendah.

4.2. Pembahasan