Model Clarke Yoshimoto Pooley 1992

24 Persamaan 2.9.3, selanjutnya disederhanakan dimana dan masing-masing adalah rata-rata catch per unit effort dan rata-rata upaya penangkapan per tahun. Ini memberikan persamaan: …………………..….……….…..… 2.9.4 Beberapa manipulasi aljabar persamaan 2.9.4 dimodifikasi, sehingga Schnute 1977 in Masters 2007 menunjukkan bahwa persamaan produksi surplus Schaefer dapat ditransformasi ke dalam bentuk linear berganda sebagai berikut: dimana: ; Persamaan ini dapat menduga parameter-parameter q, K dan r sebagai berikut: Keuntungan dari model Schnute disamping secara teori lebih masuk akal. Model ini juga mempunyai beberapa keuntungan praktis. Salah satu keuntungan adalah untuk data tangkapan dan upaya yang nilainya dimulai dari periode tahun tertentu dapat digunakan untuk memprediksi tangkapan dan upaya optimum periode tahun yang akan datang dari data yang periode sebelumnya.

2.10. Model Clarke Yoshimoto Pooley 1992

Mengestimasi parameter biologi dari model produksi surplus adalah melalui pendugaan koefisien yang dikembangkan oleh Clarke, Yoshimoto dan Pooley. Parameter-parameter r laju pertumbuhan alami, q koefisien kemampuan penangkapan, dan K daya dukung lingkungan yang dapat menggunakan model Clarke Yoshimoto Pooley CYP yang dinyatakan sebagai berikut: …..2.10.1 Sehingga persamaan 2.10.1 dapat ditulis dalam bentuk persamaan linear berganda sebagai berikut: …...…...…..2.10.2 dengan: 25 Perhitungan parameter r, q, dan K akan didapatkan kesulitan sehingga dibuat algoritma Fauzi 2002 in Tinungki 2005. Koefisien regresi a, b, c diperlukan dalam menentukan: ………………………………………………………..….. 2.10.3 …………………………….……..…...……..…….… 2.10.4 ………………………......................................…………. 2.10.5 nilai Q diperlukan dalam menghitung nilai K …………………………………………….…….…...…….2.10.6 2.11. Kondisi Umum Perairan Teluk Banten Letak geografis Teluk Banten berada dalam koordinat 05 o 49’45’’-06 o 02’00’’LS dan 106 o 03’20’’–106 o 16’00’’BT. Teluk Banten berbentuk setengah lingkaran Suadela 2004. Teluk Banten terletak di Pantai Utara Jawa pada jarak 60 km di sebelah barat kota Jakarta, termasuk wilayah administrasi Kabupaten Serang di Provinsi Banten yang sebelumnya mejadi bagian barat dari provinsi Jawa Barat. Kawasan ini mempunyai panjang pantai sekitar 22 km dengaan variasi kedalaman 0.2 sampai 9 meter. Sebagian besar kawasan teluk bagian barat dimanfaatkan untuk kawasan industri dan pelabuhan Bojonegara. Kawasan teluk bagian selatan dimanfaatkan untuk industri, perumahan nelayan, pertambakan dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu. Bagian timur meliputi kawasan pertambakan serta bagian dari kawasan lindung Cagar Alam Pulau Dua Tiwi 2004. Pasang surut perairan Teluk Banten sangat dipengaruhi oleh kondisi peraian Selat Sunda, dengan tinggi air pasangnya mencapai 90 cm. Berg juga menyatakan bahwa endapan yang membentuk dasar perairan Teluk Banten berasal dari berbagai proses alam. Lapisan paling atas terutama berasal dari proses erosi Sungai Ciujung Lama yang dibawa ke barat oleh arus dari Laut Jawa. Sebagian kecil endapan berasal dari Sungai Cibanten, dimana endapan inilah yang menyebabkan proses pendangkalan di Pulau Dua mulai tahun 1970an. Lapisan di bawahnya berupa 26 endapan yang berasal dari tsunami sebagai akibat dari letusan Gunung Karakatau tahun 1883 Tiwi 2004. Teluk Banten mempunyai kawasan perairan seluas sekitar 150 km 2 yang termasuk perairan dangkal dengan turbiditas tinggi. Terdapat beberapa pulau di kawasan ini yaitu Pulau Panjang, Pulau Pamujan Kecil, Pulau Pamujan Besar, Pulau Semut, Pulau Tarahan, Pulau Pisang, Pulau Gosong Dadapan, Pulau Kubur, Pulau Tanjung Gundul, Pulau Lima dan Pulau Dua. Kawasan perairan terutama di sekitar pulau kecil mempunyai kekayaan ekosistem dan biodiversitas yang bernilai tinggi. Padang lamun, terumbu karang, hutan bakau dan kawasan konservasi burung Pulau Dua yang ada di kawasan ini terkenal sampai tingkat internasional. Kawasan padang lamun mempunyai luasan 365 hektar, dimana 100 hektar diantaranya berada di kawasan barat Teluk Banten yang merupakan kawasan padang lamun terbesar di Indonesia. Kawasan terumbu karang diperkirakan meliputi luasan 2.5 km 2 , dimana 22 nya merupakan karang hidup. Ekosistem bakau lebih mendominasi kawasan teluk bagian timur selatan terutama di sekitar Pulau Dua. Pengamatan faktor hidrologi perairan Teluk Banten secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh Laut Jawa. Salinitas menurun pada musim hujan, kecuali pada perairan muara sungai dan sekitarnya. Pengamatan pada tahun 1998-1999 menunjukkan bahwa suhu air berkisar 28-31.5 C. Salinitas di daerah penangkapan ikan sekitar 28 – 33.8 ppm. Salinitas rendah 20 ppm di perairan dekat muara sungai terjadi pada musim hujan. Rendahnya salinitas karena masukan air hujan dari sungai yang bermuara di Teluk Banten. Kecerahan di sekitar pulau-pulau karang di tengah Teluk Banten hingga utara Pulau Panjang bervariasi berkisar 2-10 meter. Kecerahan pada musim hujan di kawasan pantai dapat mencapai 10 cm Nuraini 2004. Hamparan lumpur di Teluk Banten terdapat di pantai timur dan selatan. Terbentuknya lahan ini sebagai akibat tingginya sedimentasi yang berasal dari penggundulan hutan dan penambangan batu. Lahan timbul ini terbentuk di kawasan pantai sekitar muara Sungai Cibanten dan Ciujung, Pontang. Selain itu, kawasan pantai dan sungai menjadi dangkal akibat dari proses sedimentasi yang tinggi. Tanah 27 timbul banyak dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan sebagai tambak ikan atau udang. 28

3. METODE PENELITIAN