Perkembangan Ekspor Perkebunan Sumatera Utara

4.1.3. Perkembangan Ekspor Perkebunan Sumatera Utara

Apabila dilihat dari sisi perkembangan ekspor Sumatera Utara dari tahun 1981 sampai 2010 sektor perkebunan merupakan sektor yang terus mengalami peningkatan nilai ekspor dengan rata-rata sebesar 29,21 setiap tahunnya. Ekspor komoditi perkebunan yang meliputi komoditi kelapa sawit, karet, kakao dan kopi pada tahun 1981 sebesar US 567 juta dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan hingga mencapai US 6.628 juta. Nilai ekspor perkebunan Sumatera Utara setiap tahun mengalami fluktuasi. Tahun 1983 terjadi peningkatan nilai ekspor tertinggi untuk subsektor perkebunan, hal ini terlihat dari nilai FOB sebesar US 128.903,70 ribu meningkat 125,47 dibandingkan tahun 1982. Peningkatan nilai ekspor yang terjadi di tahun 1983 ini merupakan sebagai dampak kebijakan ekspor pemerintah untuk menghadapi pengaruh buruk resesi dunia yang semakin tajam pada periode tersebut. Langkah- langkah kebijakan yang bersifat menyeluruh dibidang lalu lintas devise, tata cara pembayaran , penyederhanaan prosedur, perkreditan dan jaminan kredit ekspor, asuransi ekspor, perpajakan dan jasa-jasa angkutan laut ditempuh dalam rangka mempertahankan laju pembangunan nasional. Penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 1999 sebesar 39,10. Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, dimana tahun 1999 merupakan periode transisi krisis yang dicirikan dengan harga dollar yang cenderung naik kembali dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelum krisis mengakibatkan peningkatan nilai ekspor terus berjalan lambat sampai tahun 2001. Universitas Sumatera Utara Peningkatan nilai ekspor perkebunan yang signifikan kembali terjadi di tahun 2010 yaitu mencapai US 6.628.155,55 ribu atau meningkat sebesar 189,33. Menurut Kementrian Perdagangan Indonesia peningkatan nilai ekspor didorong oleh menguatnya kinerja ekspor beberapa produk perkebunan seperti karet dan kakao. Ekspor karet meningkat tajam tahun 2010 karena dipengaruhi oleh naiknya volume ekspor yang dilatarbelakangi oleh naiknya harga internasional akibat berkurangnya pasokan karena musim hujan yang melanda negara-negara produsen utama karet yaitu Thailand dan Malaysia. Terlepas dari fluktuasi perkembangan nilai ekspor, subsektor perkebunan secara keseluruhan merupakan penyumbang ekspor terbesar bagi sektor pertanian di Sumatera Utara. Perkembangan nilai ekspor komoditi perkebunan dari tahun 1981- 2010 yang meliputi ekspor komoditi kelapa sawit, karet, kakao dan kopi disajikan dalam Tabel 4.5. dan Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel. 4.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Tahun 1981 – 2010 Tahun Nilai Ekspor Perkebunan US 000 1981 56.991,87 0,00 1982 57.171,20 0,31 1983 128.903,70 125,47 1984 85.319,37 -33,81 1985 256.918,38 201,13 1986 165.947,77 -35,41 1987 160.042,95 -3,56 1988 294.047,17 83,73 1989 327.614,95 11,42 1990 159.432,69 -51,34 1991 260.044,19 63,11 1992 188.798,93 -27,40 1993 387.757,72 105,38 1994 474.480,80 22,37 1995 455.834,97 -3,93 1996 431.359,96 -5,37 1997 747.397,21 73,27 1998 930.426,40 24,49 1999 566.635,17 -39,10 2000 496.838,08 -12,32 2001 442.825,90 -10,87 2002 528.713,56 19,40 2003 957.427,31 81,09 2004 1.417.895,59 48,09 2005 1.685.975,07 18,91 2006 1.805.399,00 7,08 2007 1.924.955,52 6,62 2008 2.020.676,91 4,97 2009 2.290.882,30 13,37 2010 6.628.155,55 189,33 Rata-rata 29,21 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Gambar 4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Sumatera Utara US 000

4.1.4. Perkembangan Produksi Subsektor Perkebunan Sumatera Utara