terjadinya kolinieritas ganda antar peubah tenggang waktu tersebut. Dengan demikian, diperlukan modifikasi model respon produksi
Model penyesuaian parsial Nerlove diterapkan untuk menganalisis perilaku permintaan yang dinamis. Pendekatan ini dapat menjelaskan perbedaan perilaku
permintaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Asumsi dasar pada model penyesuaian parsial Nerlove bahwa permintaan pada suatu periode tertentu t
menyesuaikan diri secara parsial terhadap permintaan yang diharapkan. Terdapat beberapa cara mengklasifikasikan model komoditi. Pada umumnya
ada tujuh jenis metodologi yakni model pemasaran ekonometrik, model proses ekonometrik, model keseimbangan ‘spatial’, model perdagangan internasional,
model rekursif, model perindustrian dinamik dan model sistem Labys, 1973. Model-model komoditi dapat juga diklasifikasikan pada bentuknya yang statis atau
dinamik, linier atau non linier, stokastik atau non stokastik, terbuka atau tertutup, rekursif atau simultan Afifuddin, 1989.
2.6. Penelitian Terdahulu
Situmorang 2010, melakukan penelitian untuk mengetahui keadaan ekspor karet alam Sumatera Utara dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini
menggunakan analisis path dan berfokus pada studi pengaruh variabel kurs, inflasi, dan harga karet alam ekspor Sumatera Utara terhadap ekspor karet alam Sumatera
Utara melalui produksi karet alam. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurs, inflasi, harga karet alam ekspor secara bersama-sama berpengaruh nyata positif terhadap
produksi karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara sedangkan inflasi dan harga
karet alam ekspor memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap produksi karet
Universitas Sumatera Utara
alam Sumatera Utara. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam ekspor berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara
parsial, kurs, harga karet alam ekspor, produksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dan inflasi memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara bersama-sama, kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam berpengruh nyata terhadap
ekspor karet alam Sumatera Utara. Putra 2011, melakukan penelitian pengaruh nilai tukar rupiah, harga pupuk
kelapa sawit, luas lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara. Data
penelitian diestimasi dengan menggunakan regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least
Square . Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar Rupiah, harga pupuk kelapa sawit, luas
lahan kelapa sawit, dan harga ekspor minyak kelapa sawit memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Sumatera Utara, dan luas lahan memiliki
pengaruh paling dominan.
Sumanjaya 2005, yang menganalisis faktor-faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia, menunjukkan bahwa ekspor dan investasi memiliki pengaruh yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara nilai tukar yang meningkat tajam, justru mempunyai hubungan yang negatif dan bahkan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Inflasi sering meningkat sejalan dengan kebijaksanaan. Keseluruhan faktor di atas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap
pertumbuhan ekonomi. Mahendra 2006, menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai ekspor, nilai investasi dan jumlah tenaga kerja selama periode 1985
– 2004
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial variabel ekspor dan variabel investasi tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Sedangkan variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Nensy 2005, menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Penelitian membahas tentang pengaruh
ekspor, investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel ekspor berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, sedangkan variabel investasi dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena investasi yang terjadi jumlahnya sedikit dan pengeluaran pemerintah untuk menyeimbangi
pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga sangat besar. Dimana secara bersama-sama ketiga variabel tesebut mampu memberikan penjelasan tingkat variasi pertumbuhan
ekonomi Sumatera Utara sebesar 70,6 sedangkan sisanya 29,4 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi.
Zai 2008, meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekspor karet Sumatera Utara periode 1997
– 2006. Berdasarkan hasil analisis data volume ekspor karet Sumatera Utara disimpulkan variabel nilai free of broad FOB,
produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II, PTPN III dan PTPN IV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor karet Sumatera
Utara. Ketiga variabel memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspor karet Sumatera Utara. Nilai koefisien determinasi adalah 0,774 sehingga dapat
diartikan bahwa volume ekspor karet Sumatera Utara 77,4 dipengaruhi oleh nilai
Universitas Sumatera Utara
f
ree of broad FOB, produksi perkebunan karet rakyat dan total produksi PTPN II,
PTPN III dan PTPN IV 77,4 sedangkan 22,6 lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Bakara 2005, melakukan analisis tentang pengaruh intervensi BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan analisis jalur dapat diambil kesimpulan bahwa suku bunga SBI, Giro Wajib Minimum dan nilai tukar Rupiah
secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Penetapan suku bunga SBI dan Giro Wajib Minimum yang terlalu tinggi
ditetapkan Bank Indonesia akan mengakibatkan suku bunga pinjaman pada bank- bank umum juga tinggi. Hal ini akan mengurangi iklim investasi dan loanable funds
yang diberikan kepada masayarakat. Kestabilan nilai tukar Rupiah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat pada krisis ekonomi yang
terjadi pada pertengahan tahun 1997, bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah telah menyebabkan mempengaruhi keadaan moneter dalam negeri serta mengganggu
seluruh aktifitas perekonomian Indonesia. Krisis nilai tukar Rupiah telah menyebabkan harga barang-barang dan jasa meningkat secara tajam, laju inflasi yang
tinggi, fungsi sektor perbankan sebagai intermediary financial terganggu, sektor produksi terhambar sehingga jumlah pengangguran meningkat, yang pada akhirnya
menyebabkan pertumbuhan ekonomi nasional mengalami penurunan. Afifuddin, dkk 1994 penelitiannya menganalisis faktor yang mempengaruhi
respon pekebun dalam menentukan keputusan untuk investasi. Dengan melihat hubungan faktor harga kelapa sawit, harga karet, anggaran pembangunan pemerintah
untuk kelapa sawit dan harga faktor produksi, masing-masing pada waktu masa
Universitas Sumatera Utara
penanaman kelapa sawit dengan menggunakan model luas lahan. Temuan mereka, luas lahan menghasilkan dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit, investasi dan
tingkat upah buruh masing-masing time lag 4 tahun. Investasi dan tingkat upah, masing-masing bermakna pada tingkat keyakinan 95 dan 99. Harga minyak
kelapa sawit tidak signifikan dimasukkan kaerena hubungan sesuai teori.
2.7. Kerangka Konseptual