Latar Belakang Fisherman Group Analysis Tobelo In Sub district of North Halmahera in North Mollucas Province

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Halmahera Utara merupakan salah satu kabupaten pesisir di Indonesia yang kaya akan sumberdaya pesisir dan laut. Berdasarkan Laporan DKP Kabupaten Halmahaera Utara, bahwa Kabupaten Halmahera memiliki potensi sumberdaya ikan laut standing stock sebesar 148.473,8 tontahun, yang berarti potensi lestari Maximum Sustainable YieldMSY sebesar 86.660,6 tontahun dan baru dimanfaatkan sebesar 13,3 dari MSY. Besarnya potensi tersebut menjadi modal pembangunan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pembangunan perikanan Kabupaten Halmahera Utara dengan potensi sumberdaya yang begitu besar diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional Indonesia pada umumnya dan daerah khususnya, terutama terhadap tiga komponen penting pembangunan. Komponen yang dimaksud meliputi: pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan penurunan tingkat kemiskinan. Sektor perikanan memiliki peran strategis sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber devisa bagi negara. Namun harapan tersebut masih jauh dari kenyataan. DKP 2003 melaporkan, bahwa berdasarkan data BPS tahun 2002, dari 8.090 desa pesisir di Indonesia sebanyak 3,91 juta KK 16,42 juta jiwa penduduknya masih termasuk ke dalam penduduk miskin dengan Poverty Headcount Index PHI sebesar 0,32. Indonesia Bagian Timur termasuk Kabupaten Halmahera Utara merupakan wilayah yang paling miskin dengan presentase berkisar 43 sampai dengan 62 dari jumlah penduduk yang ada. Fauzi 2005 menyebutkan sebagian besar nelayan Indonesia berpendapatan kurang dari US 10kapitabulan, jika dilihat dari konteks Millenium Development Goals MDGs termasuk ke dalam extreme poverty, karena lebih kecil dari US 1hari. Kemiskinan masyarakat nelayan merupakan fenomena yang sudah lama terjadi di Indonesia. Kemiskinan tersebut akan berdampak pada penurunan kualitas sumberdaya manusia SDM terutama bagi generasi penerus, karena upaya peningkatan SDM terhambat dengan kondisi perekonomian keluarga nelayan. Lebih lanjut, dampak dari kemiskinan dan rendahnya SDM adalah kerusakan SDA yang menjadi sumber mata pencaharian mereka, yang diakibatkan karena pemanfaatan yang cenderung destruktif. Kedua dampak tersebut, selanjutnya akan menjadi penyebab kemiskinan yang bersifat jangka panjang atau permanen. Menurut Kusnadi 2003, kemiskinan masyarakat nelayan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpeluang besar menjadi penyebab kemiskinan nelayan adalah lemahnya kelembagaan atau kelompok, baik secara ekonomi, sosial-politik maupun hukum. Kondisi tersebut menjadikan masyarakat nelayan sebagai kelompok yang lemah, sehingga seringkali menjadi pihak yang dieksploitasi oleh kelompok atau pihak tertentu. Salah satu contoh eksploitasi yang saat ini banyak disoroti adalah eksploitasi juragan terhadap penggawa nelayan buruh dan eksploitasi tengkulak terhadap nelayan tangkap. Fenomena tersebut juga terjadi pada masyarakat nelayan di Kecamatan Tobelo. Pada sisi lain, masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang memiliki area jelajah yang cukup luas dan sangat terbuka terhadap perubahan serta memiliki etos kerja yang cukup tinggi karena ekstrimnya kondisi alam yang menjadi tempat mencari penghidupan. Ketiga hal tersebut merupakan potensi masyarakat nelayan yang dapat menjadi modal membangun kelembagaan ekonomi kelompok nelayan yang cukup kuat, sehingga bisa membebaskan masyarakat tersebut dari kemiskinan, baik secara ekonomi, sosial-politik dan hukum. Nelayan umumnya terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kekuatan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor budaya ini menjadi pembeda masyarakat nelayan dari kelompok masyarakat lainnya. Dengan perilaku yang relatif sama, maka nelayan Kecamatan Tobelo relatif lebih mudah membentuk kelompok untuk memperjuangkan hidup dan kehidupannya. Dengan demikian, mereka menjadi suatu komponen masyarakat pesisir yang secara langsung berperan penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Masyarakat nelayan di Kecamatan Tobelo telah membentuk kelompok nelayan. Kelompok ini dibentuk atas dasar keinginan mereka sendiri, karena mereka beranggapan bahwa mereka dapat saling membantu dan menguatkan satu dengan yang lainnya, baik secara material, moril, maupun dalam hal pengalaman. Komunitas nelayan ini akan menjadi potensi yang cukup besar dan dapat menciptakan suatu peluang yang cukup besar apabila dikelola dengan baik. Namun dalam kenyataannya, mereka seringkali dihadapkan pada permasalahan tertentu yang mengakibatkan kelompok nelayan tersebut tidak efektif lagi untuk mengakomodir kepentingan anggotanya. Melihat besarnya permasalahan dan potensi tersebut di atas, menjadi latar belakang penulis untuk mengkaji peranan, potensi dan permasalahan kelembagaan atau kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo. Atas dasar tersebut nantinya dapat dirumuskan suatu strategi untuk penguatan dan peningkatan produktivitas kelompok nelayan, sehingga stigma dan tekanan kemiskinan dari kehidupan masyarakat nelayan Kecamatan Tobelo diharapkan dapat terlepas pada masa yang akan datang.

1.2 Perumusan Masalah