Gambar 2 Peta kemiskinan masyarakat pesisir
2.2 Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi Masyarakat
Kelembagaan institusion merupakan suatu sistem aktivitas dari kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaannya beserta komponen-komponennya
yang terdiri dari sistem norma dan tata kelakuan untuk wujud ideal kebudayaan, kelakuan berpola untuk wujud kelakuan kebudayaan dan peralatan untuk wujud
fisik kebudayaan ditambah dengan manusia atau personil yang melaksanakan kelakuan berpola Koentjaraningrat, 1997. Wiriatmaja 1978 menggunakan
konsep lembaga sosial sebagai pengertian dan pola aktivitas-aktivitas yang terbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia. Asal mulanya
adalah kelaziman kemudian menjadi adat istiadat terbentuklah suatu susunan tertentu. Dengan demikian lembaga sosial bukan saja mengenai pola aktivitas-
Sumber: diolah dari Yayasan SMERU dan BPS, 2002
•
Jlh desa pesisir 8.090 desa
•
Jlh Penduduk 16,42 juta
•
Jlh KK 3,91 juta
•
Kondisi factual masyarakat pesisir:
aktivitas yang diakui masyarakat, tetapi juga mencakup organisasi
pelaksanaannya. Secara ringkas menurut Wiriatmaja 1978 lembaga adalah pola-pola
akrtivitas yang sudah tersusun baik. Suatu masyarakat telah menyusun pola-pola untuk pemenuhan kebutuhan dasar ekonominya. Makanan, pakaian, perumahan
dan lain-lainnya harus disediakan. Aktivitas-aktivitas untuk melaksanakannya dapat berbeda-beda, misalnya pada beberapa masyarakat tidak terdapat sistem
kredit atau sistem uang, kadang-kadang ada yang tidak mempunyai pembagian tugas pekerjaan yang intensif atau tidak ada sistem pasaran terbuka dan
sebagainya. Menurut Anwar 2001, institusi atau kelembagaan merupakan aturan
main the rule of the game dalam masyarakat yang secara lebih formal dapat dikatakan sebagai alat manusia guna mengatur prilaku individual anggotanya
yang membangun pengaturan dalam interaksi antar anggota-anggota dalam masyarakat tersebut melalui norma-norma tertentu. Dalam beberapa institusi, hal
tersebut merupakan kendala-kendala terhadap kebebasan individual anggota anggotanya dalam masyarakat. Karena individual sering membuat tindakan yang
menimbulkan eksternalitas terutama yang negatif yang sering mengancam kepentingan masyarakat keseluruhan. Sehingga masyarakat perlu membatasi
kebebasan individual-individual tersebut agar perilakunya bersesuaian dengan kepentingan masyarakat. Agar supaya institusi dapat berjalan dan ditaati oleh
para anggota-anggotanya, maka dalam institusi tersebut harus ada struktur insentif yang mengandung pahala reward dan sanksi sanctions, sehingga masyarakat
akan mentaatinya. Kelembagaan memiliki dua pengertian. Pertama kelembagaan sebagai
suatu aturan main rule of the game dalam interaksi interpersonal. Dalam kaitan dengan kelembagaan lumbung pangan masyarakat, kelembagaan diartikan sebagai
sekumpulan aturan baik yang formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan manusia dengan lingkungannya yang
menyangkut hak-hak dan kewajiban dalam kelembagaan. Kedua kelembagaan sebagai suatu organisasi dalam pengertian ekonomi menggambarkan aktivitas
ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh sistem harga, tetapi oleh mekanisme administratif dan kewenangan
Ferrer. 1994
.
. Pakpahan 1991, menjelaskan bahwa kelembagaan dicirikan oleh tiga hal
yaitu batas yuridiksi juridictional Boundary, hak-hak kepemilikan property right
yang berupa hak atas benda materi maupun non materi, aturan representasi rule of representation. Perubahan kelembagaan dicirikan oleh perubahan satu
atau lebih unsur-unsur kelembagaan tersebut. 1. Batas yuridiksi juridictional Boundary, menentukan siapa dan apa yang
tercakup dalam kelembagaan suatu masyarakat. Konsep batas yuridiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan dan atau batas otoritas yang dimiliki oleh
suatu kelembagaan, sehingga terkandung makna bagaimana batas yuridiksi berperan dalam mengatur alokasi sumber daya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan batas yuridiksi antara lain: i. Perasaan sebagai suatu masyarakat; menentukan siapa yang termasuk
kita dan siapa yang termasuk mereka. Hal ini erat kaitannya dengan konsep jarak sosial yang akan menentukan kadar komitmen yang
dimiliki oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijakan. ii. Eksternalitas externality; suatu analisis dalam mempelajari institusi
adalah transaksi yang mencakup transaksi melalui mekanisme pasar, administrasi atau hibah. Dalam setiap transaksi selalu terjadi transfer
suatu yang dapat berupa hak-hak istimewa, kewajiban dan lain-lain. Sesuatu yang ditransaksikan apakah bersifat internal atau eksternal
ditentukan oleh batas yuridiksi. Perubahan batas yuridiksi akan merubah struktur eksternalitas yang akhirnya merubah siapa
menanggung apa. iii. Homogenitas; homogenitas preferensi dan kepekaan politik ekonomi
terhadap perbedaan preferensi merupakan hal yang penting dalam menentukan batas yuridiksi, terutama dalam hal merefleksikan
permintaan barang dan jasa. Apabila barang dan jasa harus dikonsumsi secara kolektif, maka isu batas yuridiksi menjadi penting dalam
merefleksi preferensi konsumsi dalam aturan pengambilan keputusan. Homogenitas preferensi dan distribusi individu masyarakat yang
memiliki preferensi yang berbeda akan mempengaruhi jawaban atas pertanyaan siapa yang memutuskan.
iv. Skala ekonomi; konsep ini memegang peranan penting dalam menelaah permasalahan batas yuridiksi. Dalam pengertian ekonomi, skala
ekonomi menunjukkan suatu situasi dimana ongkos persatuan terus menurun apabila output ditingkatkan. Batas yuridiksi yang sesuai akan
menghasilkan ongkos persatuan yang lebih dibandingkan dengan alternatif batas yuridiksi yang lainnya.
2. Hak kepemilikan property right, mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban yang didefenisikan dan diatur oleh hukum, adat dan tradisi atau
konsensus yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat dalam hal kepentinganya terhadap sumber daya, situasi atau kondisi. Dalam bentuk
formal, property right merupakan produk dari tradisi atau adat kebiasaan dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu tidak seorangpun yang dapat
menyatakan hak milik atau hak penguasaan apabila tanpa pengesahan dari masyarakat sekitarnya. Implikasinya meliputi: 1 hak seorang adalah
kewajiban orang lain dan 2 hak yang tercermin oleh kepemilikan ownership adalah sumber kekuasaan untuk memperoleh sumber daya.
property right yang paling penting adalah adalah faktor kepemilikan terhadap
lahan, hasil produksi dan lain-lain. Hak kepemilikan yang lebih jelas pasti akan menentukan besarnya bargaining position terhadap persoalan
3. Aturan representasi rule of representation. Mengatur siapa yang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan apa yang
diambil dan apa akibatnya terhadap performance akan ditentuakan oleh kaidah perwakilanrepresentasi yang digunakan dalam proses pengambilan
keputusan. Aturan representasi menentukan jenis keputusan yang dibuat, oleh karena itu berperan penting dalam menentukan alokasi dan distribusi
sumber daya yang langka. Suatu kelembagaan adalah suatu kompleks peraturan-peraturan dan
peranan peranan sosial. Dengan demikian, kelembagaan memiliki aspek kultural dan struktural. Segi kultural berupa norma-norma dan nilai-nilai, dari segi
struktural berupa pelbagai peranan sosial Tony et al., 2004. Hal ini sejalan
dengan pendapat Syahyuti 2003 bahwa kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu aspek kelembagaan dan aspek keorganisasian”. Aspek
kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku sosial, dimana inti kajiannya adalah tentang nilai value, norma norm custom, mores, folkways, usage, kepercayaan,
moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi dan lain-lain. Bentuk perubahan sosial dalam aspek kelembagaan bersifat kultural dan
proses perubahannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Sementara dalam aspek keorganisasian meliputi struktur atau struktur sosial dengan inti kajiannya
terletak pada aspek peran role. Lebih jauh aspek struktural mencakup peran, aktivitas, hubungan antar peran, integrasi sosial, struktur umum, perbandingan
struktur tekstual dengan struktur faktual, struktur kewenangan atau kekuasaan, hubungan antar kegiatan dengan tujuan yang hendak dicapai, aspek solidaritas,
profil dan pola kekuasaan. Bentuk perubahan sosial dalam aspek keorganisasian bersifat struktural dan berlangsung relatif lebih cepat
Mulekom, 1999 .
Menurut USAID 1984 diacu dalam Ndraha 1990 keanggotaan institusi lokal dapat didasari oleh kesamaan tempat tinggal, fungsi ekonomi, usia, jenis
kelamin, etnis, pemilikan umum, pekerjaan, kepercayaan atau kombinasi dari fungsi-fungsi di atas. Sementara itu urgensi fungsi institusi lokal dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat telah diteliti oleh Goldsmith dan Blustain di Jamaica yang berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika
partisipasi itu dilaksanakan melalui organisasi yang sudah dikenal di tengah- tengah masyarakat yang bersangkutan.
2.3 Pemberdayaan Masyarakat Pesisir