Bidang sosial keagamaan Peranan Kelompok Nelayan

miskin dan program jaring pengaman sosial JPS untuk orang miskin. Upaya seperti ini sulit menyelesaikan persoalan kemiskian karena sifat bantuan tidak untuk pemberdayaan, tetapi menimbulkan ketergantungan. Faktor kedua yang mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman tentang penyebab kemiskinan, sehingga program yang ada tidak didasarkan pada isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

4.4.2 Bidang sosial keagamaan

Kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo juga ikut berperan dalam program-program sosial dan keagamaan. Sebagaimana diketahui bahwa kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo merupakan kelompok masyarakat yang masih menghargai nilai-nilai kebijakan lokal local wishdom yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Selain itu, kelompok-kelompok nelayan ini juga taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya. Adapun kegiatan kelompok nelayan di luar kegiatan menangkap ikan yaitu memberikan jaminan sosial dan melakukan kegiatan keagamaan. Dalam acara-acara keagamaan, masing-masing kelompok nelayan ini secara bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya mempersiapkan dan merayakan secara bersama. Orang Tobelo mewarisi tatanan adat yang telah dibentuk semasa petualangan para leluhur untuk mencari pemukiman baru dimana mereka berada di perjalanan sampai dengan menetap dan membentuk komunitas dalam peradaban awal di Ta’aga Lina. Seni budaya orang Tobelo merupakan pancaran ketululusan jiwa dan semangat mensyukuri akan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap tanah persadanya. Kebudayaan ini juga masih terdapat dalam kelompok-kelompok masyarakat, tak terkecuali dalam kelompok nelayan. Budaya yang sampai saat ini masih berkembang di masyarakat Tobelo adalah gotong royong. Dalam setiap acara keagamaan, mulai dari persiapan acara selalu dilakukan secara bersama-sama. Kebersamaan ini tidak hanya pada satu agama tertentu saja, melainkan pada semua agama yang ada di Kecamatan Tobelo. Kelompok nelayan Imanuel dan Karunia lebih aktif dalam kegiatan- kegiatan sosial karena mereka tinggal dalam satu komunitas yang homogen di dalam satu pulau kecil. Dalam pulau ini hanya ada satu desa dan didiami oleh satu suku yang mayoritas, sehingga mereka lebih mudah bersosialisasi dan bekerjasama. Selain itu, mereka sudah saling kenal sejak lama, dan jumlah pendatang relatif sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah imigran di desa Rawajaya. Dalam kehidupan sosial orang Tobelo telah mengenal sistim kekerabatan, dimana mereka telah membangun O Halu, yaitu rumah untuk ditempati bersama. Karena O Halu sudah tidak dapat lagi menampung kelompok tersebut, maka atas kesepakatan bersama kelompok ini berpisah satu dengan yang lain dan membentuk komunitas baru yang dikenal dengan sebutan O Hoana Lata yang artinya kelompok empat soa, yaitu: 1. Hoana Mamulati mendiami hilir sungai yang bermuara di tepian Ta’aga Lina dan berfungsi sebagai O Popareta Ino yang artinya Soa Mamulati mengurus bidang pemerintahan. 2. Hoana Lina berdiam di sekeliling pesisir Ta’aga Lina dan berfungsi sebagai O Hoana Magogoana yang artinya Soa Lina mengurus bidang keamanan. 3. Hoana Huboto mendiami belantara sekitar Ta’aga Lina dan berfungsi sebagai O Ni’ata Mangale yang artinya Soa Gura Lina dan berfungsi sebagai O’wowango madoya yang artinya Soa huboto mengatur bidang kesejahteraan. 4. Hoana Gura menetap di pulau yang berada di tengah Ta’aga Lina dan berfungsi sebagai O Ni’ata Mangale yang artinya Soa Gura mengatur bidang mental spiritual. Keberadaan dan sebaran sarana peribadatan ditentukan oleh jumlah penganut agama di suatu wilayah. Sebagian besar penduduk Kabupaten Halmahera Utara menganut agama Nasrani Kristen Protestan dan Kristen Katholik. Di Kecamatan Tobelo terdapat 14 masjid, 1 musholla, 29 gereja protestan, dan 2 gereja katolik.

4.4.3 Bidang politik keamanan