nelayan ada yang melaut secara sendiri-sendiri, dan ada pula yang melaut secara bersama-sama berkelompok. Mereka yang bersama-sama membentuk kelompok
dalam melakukan penangkapan, membagi hasil tangkapan secara adil sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya. Walaupun sistem bagi hasil ini didasarkan
atas peran dan tanggung jawab, namun masyarakat nelayan juga tetap mengedepankan kebersamaan dan budaya gotong royong.
4.2.2 Kondisi sosial budaya
Secara umum, sejarah “kaum Tobelo” atau Tobelohoka tidak bisa dilepaskan dari konsep
“the origin” atau cikal bakal, yang dalam bahasa Tobelo disebut dengan istilah: o ahali. Konsep yang dibangun oleh kaum Tobelo atau
Tobelohoka tersebut mempunyai keterkaitan dengan migrasi-koloni bangsa Non-
Austronesia dan Austronesia di kepulauan bagian utara dari Maluku Utara pada masa Pleistosen. Ditinjau dari kondisi dan letak geografisnya, kawasan perkotaan
Tobelo Selatan memiliki potensi pengembangan kegiatan pertanian lahan basah, perikanan dan kelautan yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sentra
produksi bagi kawasan perkotaan Tobelo dan Kao. Salah salah desa di Kecamatan Tobelo yang berpotensi untuk itu adalah Desa Rawajaya yang ada di
pusat kota Tobelo dan Desa Kumo yang berada di Pulau Kumo. Secara umum, kelompok nelayan di Desa Kumo masih bersifat homogen
dari segi suku dan kebudayaan, termasuk kebijakan-kebijakan lokal local wishdom
terhadap lingkungan laut. Suku Tobelo yang tergabung dalam kelompok nelayan adalah sebagian kecil dari kelompok imigran yang secara
besar-besaran berasal dari negeri Yunan yang terjadi secara bertahap, dalam kurun waktu yang berbeda. Dalam penyebarannya, orang Tobelo terbagi dua kelompok
yaitu Tobelo Boenge menetap di pesisir pantai dan di wilayah Kao sampai Teluk Wasilei dan kelompok yang lain dikenal
dengan Tobelo Togu’tilli yang menyusuri hilir sungai menuju udik dan bermukim di Talaga Lina. Suku Tobelo
yang menetap di teluk dalam Halmahera Tengah merasa belum menemukan tempat yang ideal untuk didiami sebagai O Tobeloho. Mereka terpecah lagi
sebagian menuju utara dan tiba di pesisir pantai yang berhadapan dengan Pulau Gerebongo Kecamatan Kao saat ini. Mereka menetap bersama sampai
terjadinya perpecahan besar-besaran karena mereka berbeda pendapat, dan terjadilah perang saudara yang membuat kelompok ini terpecah dua. Selanjutnya
kelompok yang mendiami pesisir pantai dikenal dengan Tobelo Boenge, berkembang pesat dan tampil sebagai pembuat perahu O Julu-julu yang handal
dan perahu ini dipakai untuk mengarungi samudra dalam misi Yo canga-canga. Kelompok lain menuju udik dan menetap di Ta’aga Lina dikenal sebagai Tobelo
Togu’tilli dan penyebarannya kemudian menuju Utara meliputi wilayah Tobelo
saat ini.
4.2.3 Kondisi fisik lingkungan