Evaluasi faktor internal Potensi dan Permasalahan Kelompok Nelayan

dilakukan secara partisifatif dengan harapan pembobotan dapat sesuai dengan kondisi sebenarnya dan menjadi referensi bagi peserta dalam pengelolaan kelompoknya ke depan. Evaluasi faktor didasarkan pada penilaian peserta terhadap tingkat penting bobot dan pengaruh rating atribut faktor terhadap atribut yang lain dalam satu kelompok faktor. Atribut yang memiliki skor tertinggi perkalian bobot dengan pengaruh merupakan atribut utama.

4.5.1 Evaluasi faktor internal

Atribut yang menjadi faktor kekuatan, antara lain: 1 motivasi dan etos kerja pengurus tinggi, 2 jumlah anggota kelompok relatif banyak, 3 meningkatnya peranan lembaga, 4 sebagian besar anggota tergolong umur produktif 20 -50 tahun, dan 5 alat tangkap cukup memadai. Faktor kelemahan, antara lain: 1 masih rendahnya partisipasi anggota, 2 pengetahuan dan keterampilan organisasi rendah, 3 kurangnya menejemen lembaga, 4 kurangnya infrastruktur organisasi, 5 kurangnya komunikasi dengan anggota dan pemerintah, 6 kurang tegas dalam pemberian sanksi, 7 kelompok belum ada badan hukum, 8 keanggotaan cenderung keluarga, 9 kurangnya dokumentasi dan publikasi lembaga, dan 10 kurangnya relevansi rencana dengan pelaksanaan. Hasil penilaian peserta terhadap atribut-atribut yang termasuk dalam faktor kekuatan disajikan pada Tabel 11. Motivasi dan etos kerja pengurus merupakan atribut kekuatan yang memiliki skor tertinggi. Tingginya nilai skor atribut tersebut dianggap sangat penting dalam upaya penguatan kelompok nelayan dan sangat berpengaruh dalam perjalanan kelompok. Hal tersebut sangat wajar karena pengurus merupakan mesin penggerak roda kelompok. Jika motivasi dan etos kerja pengurus rendah, maka kelompok tidak bisa menjalankan peranan dan mencapai tujuannya. Kondisi alat tangkap merupakan atribut yang paling rendah skornya pada indikator kekuatan. Rendahnya skor atribut tersebut karena keberadaan dan kondisi alat tangkap tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kelompok. Kondisi alat tangkap dianggap bukan permasalahan kelompok, tetapi dianggap sebagai permasalahan individu anggota. Tabel 11 Evaluasi faktor internal kondisi kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo No Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Strengths: 1 Jumlah anggota banyak K1 0.70 3 2.10 2 Motivasi dan etos kerja pengurus tinggi K2 0.90 5 4.50 3 Meningkatnya peranan lembaga K4 0.90 3 2.70 4 Sebagian besar anggota tergolong umur produktif 35 -50 Thn K5 0.60 4 2.40 5 Alat tangkap nelayan tergolong cukup memadai K6 0.75 2 1.50 Kelemahan Weakness: 1 Masih rendahnya partisipasi anggota L1 0.90 3 2.70 2 Pengetahuan dan keterampilan organisasi rendah L2 0.90 5 4.50 3 Kurangnya menejemen lembaga L3 0.90 5 4.50 4 Kurangnya infrastruktur organisasi L4 0.70 4 2.80 5 Kurangnya komunikasi dengan Anggota dan pemerintah L5 0.80 4 3.20 6 Kurang tegas dalam pemberian sanksi L6 0.70 3 2.10 7 Lembaga belum ada badan hukum L7 0.70 3 2.70 8 Keanggotaan cenderung keluarga L8 0.60 3 1.80 9 Kurangnya dokumentasi dan publikasi lembaga L9 0.70 3 2.10 10 Kurangnya relevansi rencana dengan pelaksanaan L10 0.80 4 3.20 Pengetahuan dan keterampilan organisasi yang rendah, dan kurangnya menejemen lembaga atau kelompok merupakan permasalahan internal atau faktor kelemahan kelompok yang paling tinggi skornya. Tingginya skor terhadap atribut tersebut karena profesionalitas, efektifnya dan optimalnya peranan kelompok sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan manajemen dalam mengurus kelompok tersebut. Rendahnya pengetahuan dan ketampilan manajemen akan memperburuk kinerja kelompok. Keanggotaan cenderung keluarga dan kerabat dekat merupakan faktor kelemahan yang paling rendah skornya. Atribut tersebut bukan menjadi permasalahan yang pokok bagi kelompok nelayan dibanding permasalahan yang lain, karena hal tersebut sulit dihindari mengingat sempitnya wilayah kelompok tingkat desa.

4.5.2 Evaluasi faktor eksternal