layak. Semakin bagus atau mewah rumah yang dimiliki seseorang, maka derajatnya di mata masyarakat semakin tinggi.
4.3.4 Kepemilikan modal kelompok nelayan
Sumber modal yang dimiliki oleh kelompok nelayan di Kecamatan Tobelo adalah berasal dari kelompok nelayan itu sendiri, ditambah dengan modal
pinjaman dari juragan, dan modal dari penggawa buruh nelayan melalui iuran sukarela para penggawa. Modal tersebut kemudian digabung menjadi satu untuk
digunakan sebagai biaya operasional kelompok nelayan. Kepemilikan modal bagi Kelompok Nelayan Imanuel sebesar 50 berasal
dari dalam kelompok sendiri, sedangkan sisanya sebesar 30 berasal dari penggawa buruh nelayan, dan 20 berasal dari juragan. Kelompok nelayan
yang paling tinggi tingkat ketergantungannya pada juragan adalah Kelompok Nelayan Kurnia yaitu sebesar 40 dari total biaya opeasional nelayan. Kelompok
Nelayan Kurnia memiliki modal yang paling kecil dari ketiga kelompok nelayan lainnya, yaitu hanya 25, dan sisa kepemilikan modal masih ditopang dari
penggawa. Sedangkan kelompok nelayan yang paling rendah tingkat ketergantungannya pada juragan adalah Kelompok Nelayan Nustalenta yaitu
hanya 10 dari total modal yang dimiliki Gambar 13.
Gambar 13 Komposisi kepemilikan modal kelompok nelayan berdasarkan sumbernya
25 47
50 40
10 20
35 43
30
10 20
30 40
50 60
70
Kurnia Nustalenta
Imanuel Kelompok
Juragan Penggawa
Kelompok nelayan P
er sent
a se
Pada Gambar 13 terlihat bahwa kelompok nelayan belum mampu sepenuhnya mengandalkan kepemilikan modal yang bersumber dari kelompok
sendiri. Semua kelompok nelayan masih tergantung pada bantuan dari juragan maupun dari penggawa. Ketergantungan modal ini tidak tergantung pada dimana
kelompok nelayan itu berada, maupun dari tingkat pendidikan maupun usia kelompok nelayan. Ketergantungan modal dari luar kelompok disebabkan karena
keterbatasan modal yang dimiliki oleh masing-masing kelompok nelayan. Modal yang berasal dari kelompok sendiri berasal dari iuran para anggota
kelompok ditambah dengan bantuan-bantuan dari donator maupun dari pemerintah melalui program pemberdayaan nelayan. Modal yang berasal dari
penggawa yaitu iuran yang dikeluarkan oleh para penggawa, kemudian dialokasikan untuk memperkuat modal kelompok nelayan. Sedangkan modal yang
berasal dari juragan adalah modal pinjaman yang diberikan oleh para juragan atau pemilik modal besar kepada kelompok nelayan dengan tingkat bunga yang
ditentukan oleh juragan tersebut. Sebagai kompensasi atas pinjaman tersebut, kelompok nelayan harus menjual hasil tangkapannya kepada juragan yang
memberikan pinjaman modal tersebut dengan harga yang ditentukan oleh juragan sendiri. Umumnya harga yang ditetapkan oleh juragan selalu lebih rendah dari
harga pasaran. Kepemilikan modal kelompok nelayan sangat menentukan tingkat
pendapatan nelayan dalam kelompok. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki nelayan, maka tingkat kesejahteraannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika
sebagian besar modal nelayan masih mengandalkan dari pihak luar, maka tingkat ketergantungannya terhadap orang lain akan semakin tinggi. Kondisi ini akan
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Jika kelompok nelayan tergantung pada pihak luar secara finansial, maka jumlah
pendapatan kelompok nelayan tersebut juga akan lebih banyak ditentukan oleh pihak luar tersebut. Hal ini menyangkut tingkat bunga dan harga jual hasil
tangkapan nelayan. Basuki dan Amin 1989 menyatakan bahwa nelayan tradisional seringkali dihadapkan pada suatu dilema, bahwa keterikatan finansial
mengharuskan mereka meminjam biaya operasional kepada pihak lain walaupun dengan tingkat suku bunga yang tidak lazim agar nelayan dapat beroperasi untuk
menghidupi keluarganya. Bahkan harga ikan hasil tangkapan seringkali ditentukan secara sepihak oleh pemberi pinjaman tanpa mengikuti mekanisme
pasar. Dalam hal ini, keuntungan tersembunyi hidden profit yang diperoleh pemberi pinjaman secara signifikan akan mengurangi tingkat pendapatan nelayan.
4.4 Peranan Kelompok Nelayan