Bagi Santriwati Bagi Pondok Pesantren Bagi Puskesmas Bagi Peneliti Selanjutnya

b. Dilakukan penelitian lain tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pedikulosis kapitis terhadap sikap dan perilaku santri. DAFTAR PUSTAKA Adnani, Hariza. 2011. Buku Ajar: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika. Alatas, Sahar SS., Linuwih, S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur. eJKI, vol 1 1: 53-57. Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Badri, Moh. 2007. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo. Media Litbang Kesehatan, vol 17 2: 20-27. Behrman, R., Kliegman, R., Arvin, A. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Brown, RG., Burns, T. 2005. Lecture Notes: Dermatologi. Jakarta: Erlangga Medical Series. Budiman, Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Bugayong, AMS. et. al.. 2011. Effect of dry-on, suffocation-based treatment on the prevalence of pediculosis among schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, Iloilo. Philippine Science Letters. Vol 4 1: 33-37. Dharma, Kelana K. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media. Efendi, F., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gulgun, M. et. al.. 2013. Pediculosis Capitis: Prevalence And its Associated Factors in Primary School Children Living in Rural and Urban Areas in Kayseri, Turkey. National Institute of Public Health, vol 21 2: 104-108. Handayani, W., Haribowo, AS. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Harsono, B., Soesanto, Samsudi. 2009. Perbedaan Hasil Belajar antara Metode Ceramah Konvensional dengan Ceramah berbantuan Media Animasi dalam Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan sistem Rem. Jurnal PTM, vol 9 2: 71-79. Haryono, I., Prabandari, YS., Hariyono, W. 2008. Pendidikan Kesehatan Lingkungan Melalui Kultum. Berita Kedokteran Masyarakat, vol 24 1: 8- 15. Herijulianti, E., Indriani, TS., Artini, S. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. Hidayat, AA. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kawuriansari, R., Fajarsari, D., Maulidah, S. 2010. Studi Efektivitas Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea di SMP Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, vol 1 1: 108-122. Lesshafft, H. et. al.. 2013. Prevalence and risk factors associated with pediculosis capitis in an impoverished urban community in Lima, Peru. Medknow Publications Media Pvt. Ltd., vol 5 4: 138-143. Machali, Rochayah. 2009. Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa. Moesa, Ali Maschan. 2007. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama. Yogyakarta: LkiS. Moradi. et. al.. 2009. The Prevalence of Pediculosis capitis in Primary School Students in Bahar, Hamadan Province, Iran. J Res Health Sci. Vol 9 1: 45-49. Munawaroh, S., Sulistyorini, A. 2010. Efektivitas Metode Ceramah dan Leaflet dalam Peningkatan Pengetahuan Remaja tentang Seks Bebas di SMA Negeri Ngrayun, Unpublished journal, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Ponorogo. Natadisastra, D., Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010a. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010b. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Novita, Windya. 2009. Buku Pintar Merawat Kecantikan di Rumah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nursalam, Efendi F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pallant, Julie. 2007. SPSS: Survival Manual. England: Open University Press. Patricia, Arthur. 2002. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC. Permenkes RI No. 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren, dalam: www.depkes.go.id diakses tgl 4 November pukul 09.00 WIB. Potter P., Perry A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Purwoko, S., Satyanegara, S. 2006. Pertolongan Pertama dan RJP Pada Anak. Jakara: Arcan. Ramdan, AA., Iswari, R., Wijaya, A. 2013. Pola Penyakit Santri di Pondok Pesantren Modern AsSalamah. Solidarity: Journal of Education, Society and Culture 2 1: 1-8. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sidoti, Bonura, Paolini, Tringali. 2009. A Survey on Knowledge and Perceptions Regarding Head Lice on Sample of Teachers and Students in Primary Schools of North and South of Italy. J prev med hyg; 50: 141-151. Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Tappeh, KH. et al.. 2012. Pediculosis capitis among Primary School Children and Related Risk Factors in Urmia, the Main City of West Azarbaijan, Iran. J Arthropod-Borne Dis, vol 6 1: 79 –85. Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Umar, Husein. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers. Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J. 2010. Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yogyakarta: ANDI OFFSET. WHO. 2012. Health Education: theoritical concepts, effective strategies and core competencies. Eastern Mediterranean: WHO Library Cataloguing in Publication Data. Wibowo, Agus. 2009. Cerdas Memilih Obat dan Mengenali Penyakit. Jakarta: Lingkar Pena Kreativa. LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jenis Kelamin : Kelas : Bersedia menjadi responden penelitian Saudari Hanik Fadilah NIM: 1111104000057, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta de ngan judul penelitian “Perbedaan Metode Ceramah dan Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Santriwati Tentang Pedikulosis Kapitis di Pondok Pesantren Al-Mimbar Sambongdukuh Jombang ”. Peneliti telah menjelaskan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Saya mengerti bahwa data-data yang diperoleh akan dilindungi dan identitas Saya akan dirahasiakan. Saya juga mempunyai hak untuk menolak jika ada ketidaknyamanan saat penelitian berlangsung. Saya menyatakan bahwa Saya telah membaca pernyataan di atas dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela. Jombang, April 2015 LAMPIRAN 2 KUESIONER PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PEDIKULOSIS KAPITIS DI PONDOK PESANTREN AL-MIMBAR SAMBONGDUKUH JOMBANG Yth, responden, Dimohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner berikut yang berkaitan dengan pedikulosis kapitis masalah kesehatan pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh kutu kepala, sebagai bahandata untuk penelitian. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan jawablah dengan jujur, dengan menyilang X, pada kolom yang telah disediakan. Terima kasih atas kerjasamanya. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : 2. Usia : 3. Kelas : B. PENGETAHUAN TENTANG KUTU KEPALA, MASALAH YANG DITIMBULKAN DAN PENANGANANNYA No Pertanyaan Benar Salah 1. Kutu kepala adalah parasit yang menyerang kulit kepala. 2. Kutu kepala dapat menyerang anggota tubuh berambut yang lain selain kulit kepala. 3. Kutu kepala dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit kepala. 4. Telur kutu yang sudah menetas ±10 hari akan lebih mudah terlihat. 5. Telur dapat ditemukan di kulit kepala. 6. Waktu pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa rata-rata 18 hari. 7. Kutu kepala dewasa dapat bertahan hidup di bantal atau kasur selama berminggu-minggu 8. Kutu kepala dewasa hanya dapat hidup dalam 2 minggu. 9. Seseorang dikatakan terjangkit kutu kepala jika ditemukan kutu kepala atau telurnya di rambut kepala. 10. Seseorang yang mempunyai kutu kepala selalu memiliki kebersihan diri yang kurang. 11. Kutu kepala tidak harus diberantas karena tidak berdampak pada kesehatan kita. 12. Kutu kepala hanya dapat menimbulkan rasa gatal. 13. Gatal karena kutu kepala terjadi akibat respon tubuh terhadap air liur kutu. 14. Ada sebagian orang yang tahan dengan air liur kutu kepala sehingga tidak merasakan gatal. 15. Seseorang yang terlihat sering menggaruk kepala dapat dipastikan bahwa ia terjangkit kutu kepala. 16. Menggaruk kulit kepala dapat menyebabkan iritasi dan luka. 17. Kutu kepala dapat menyebabkan anemia kurang darah. 18. Kutu kepala dapat menyebabkan plica palonica borok jika tidak segera ditangani. 19. Seseorang yang mempunyai kutu kepala dapat menularkannya pada teman yang tidur sekamar dengannya. 20. Kutu kepala mampu terbang dengan sayapnya sehingga para santri mudah tertular satu sama lain. 21. Seseorang tidak dapat terjangkit kutu kepala hanya dengan pinjam meminjam mukena dan kemeja. 22. Memberantas kutu kepala dapat menggunakan obat bahan kimia maupun dengan manual dengan tangan dan serit. 23. Jika ditemukan telur kutu di rambut kepala harus segera dilakukan pengobatan kutu kepala. 24. Seseorang yang terjangkit kutu kepala dianjurkan menggunakan obat kimia pemberantas kutu. 25. Membasmi kutu kepala pada penghuni asramapondok tidak harus secara bersamaan. 26. Mengecek adanya kutu kepala rutin perlu dilakukan. 27. Kita sebaiknya menghindari bergaul dengan teman yang mempunyai kutu kepala. 28. Dengan mengobati seseorang yang terjangkit kutu kepala berarti kita mengurangi sumber penularan kutu kepala. 29. Penderita dianjurkan memakai tutup kepala saat tidur untuk mencegah penularan kutu kepala pada teman sekamarnya. 30. Saling mengingatkan sesama penghuni kamar tentang pencegahan penularan kutu kepala dapat membantu mengendalikan penyebaran kutu kepala. LAMPIRAN 3 LEMBAR OBSERVASI KESEHATAN KEPALA SANTRIWATI TENTANG PEDIKULOSIS KAPITIS DI PONDOK PESANTREN AL-MIMBAR SAMBONGDUKUH JOMBANG NamaUsia : Tanggal observasi: Lama terjangkit pedikulosis kapitis: Bentuk rambut ikallurus: Panjang rambut di atas bahudi bawah bahu: 1. Terdapat luka bekas gigitan warna kulit kepala memerah atau terdapat luka sekunder bernanah: 2. Frekuensi keramas dengan shampo dalam seminggu: 3. Warna konjungtiva: 4. Jumlah kutu: LAMPIRAN 4 SATUAN ACARA PENDIDIKAN SAP Pokok Bahasan : Pedikulosis Kapitis Sub Pokok Bahasan : 1. Definisi Pedikulosis Kapitis 2. Morfologi dan Siklus Hidup Pediculus humanus capitis 3. Etiologi Pedikulosis Kapitis 4. Dampak Pedikulosis Kapitis 5. Penanganan Pedikulosis Kapitis Pencegahan dan Pengobatan Hari, tanggal : Jumat, 24 April 2015 Waktu : 45 menit + 60 menit untuk pretest dan posttest Narasumber : Hanik Fadilah Tempat : Aula MA. Al-Bairuny Sambongdukuh Jombang Sasaran : Santriwati PP. Al-Mimbar Sambongdukuh Jombang Pertemuan : 1 kali pertemuan A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit klien diharapkan mampu mengerti tentang pedikulosis kapitis dan pada akhirnya dapat menerapkan cara penanganannya sehingga tingkat pedikulosis kapitis menurun. 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit klien diharapkan: a. Mampu mengidentifikasi definisi pedikulosis kapitis. b. Mampu mengidentifikasi morfologi dan siklus hidup Pediculus humanus capitis. c. Mampu mengidentifikasi etiologi pedikulosis kapitis. d. Mampu mengidentifikasi dampak pedikulosis kapitis. e. Mampu mengidentifikasi penanganan pedikulosis kapitis berupa pencegahan dan pengobatannya. B. Materi terlampir 1. Definisi pedikulosis kapitis 2. Morfologi dan siklus hidup Pediculus humanus capitis 3. Etiologi pedikulosis kapitis 4. Dampak pedikulosis kapitis 5. Penanganan pedikulosis kapitis pencegahan dan pengobatan C. Metode Ceramah dan tanya jawab. D. Kegiatan Pendidikan Kesehatan No. Tahap Kegiatan Narasumber Kegiatan Peserta AlatMedia 1. Pretest 09.00 – 09.30 WIB Membagikan kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis, mengamati jalannya pretest Mengisi kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis Kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis 2. Pendahuluan 09.30 – 09.35 WIB Pembukaan: a. Memberi salam b. Memperkenalkan diri c. Menyampaikan tujuan pendidikan kesehatan a. Menjawab salam b. Menyimak LCD, proyektor powerpoint 3. Penyajian 09.35 – 09.55 WIB Menjelaskan tentang: a. Definisi pedikulosis kapitis b. Morfologi dan siklus hidup Pediculus humanus capitis c. Etiologi pedikulosis kapitis d. Dampak pedikulosis kapitis e. Penanganan pedikulosis kapitis pencegahan dan pengobatan a. Menyimak penjelasan narasumber b. Mengajukan pertanyaan tentang pedikulosis kapitis dan menyimak penjelasan dari narasumber LCD, proyektor powerpoint 4. Tanya Jawab 09.55 – 10.10 WIB Menerima dan menjawab pertanyaan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang telah dijelaskan LCD, proyektor powerpoint 5. Penutup 10.10 – 10.15 WIB Penutupan: a. Menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan. b. Mengucapkan terima kasih atas perhatian dan waktunya Menyimak LCD, proyektor powerpoint 6. Posttest 10.15 – 10.45 WIB Membagikan kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis, mengamati jalannya posttest Mengisi kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis Kuesioner pengetahuan pedikulosis kapitis E. Evaluasi Evaluasi pendidikan kesehatan ini adalah dengan memberikan posttest pada partisipan berupa kuesioner yang terdiri dari 26 pertanyaan tentang materi pedikulosis kapitis yang telah disampaikan oleh narasumber. F. Referensi Materi Alatas, Sahar SS., Linuwih, S. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Jakarta Timur. eJKI, vol 1 1: 53-57. Behrman, R., Kliegman, R., Arvin, A. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Brown, RG., Burns, T. 2005. Lecture Notes: Dermatologi. Jakarta: Erlangga Medical Series. Bugayong, AMS. et. al.. 2011. Effect of dry-on, suffocation-based treatment on the prevalence of pediculosis among schoolchildren in Calagtangan Village, Miag-ao, Iloilo. Philippine Science Letters. Vol 4 1: 33-37. Moradi. et. al.. 2009. The Prevalence of Pediculosis capitis in Primary School Students in Bahar, Hamadan Province, Iran. J Res Health Sci. Vol 9 1: 45-49. Natadisastra, D., Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. Novita, Windya. 2009. Buku Pintar Merawat Kecantikan di Rumah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC. Werner, D., Thuman, C., Maxwell, J. 2010. Apa yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter. Yogyakarta: ANDI OFFSET. Materi pedikulosis kapitis infestasi kutu kepalamasalah kesehatan yang disebabkan oleh kutu kepala Seseorang dikatakan terjangkit kutu kepala apabila ditemukan kutu kepala maupun telurnya pada rambut kepala Natadisastra dan Agoes, 2009. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang kutu kepala: a. Kutu kepala adalah salah satu ektoparasit parasit yang menyerang permukaan tubuhkulit hospes manusia yang menghisap darah kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan Natadisastra dan Agoes, 2009. b. Kutu kepala merupakan parasit permanen, yakni serangga yang seumur hidupnya menjadi parasit pada tuan rumah. Ia dapat berpindah-pindah tuan rumah tetapi tidak dapat hidup bebas di alam Natadisastra dan Agoes, 2009. c. Kutu kepala tidak dapat terbang maupun melompat Timmreck, 2004. d. Kutu kepala hanya tinggal di rambut kepala Natadisastra dan Agoes, 2009. e. Telur kutu berwarna seperti lemak dan akan lebih mudah terlihat setelah menetas ±10 hari Brown dan Burns, 2005. f. Waktu pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa ±18 hari, sedangkan kutu kepala dewasa dapat hidup 27 hari Natadisastra dan Agoes, 2009. Etiologi Penderita terjangkit kutu kepala akibat kontak langsung dengan penderita lain yang sudah terjangkit kutu kepala atau melalui benda-benda seperti sisir, bantal, dan kerudung yang digunakan bersama-sama Alatas dan Linuwih, 2013. Dampak a. Rasa gatal sering muncul akibat air liur yang mengandung antigenracun yang disuntikkan ke kulit kepala saat kutu kepala menghisap darah inangnya serta kotoran yang dihasilkan oleh kutu kepala tersebut Timmreck, 2004. b. Sebagian orang memiliki toleransi imunologis terhadap antigenracun air liur kutu sehingga tidak timbul reaksi akibat gigitan Brown dan Burns, 2005. c. Rasa gatal akan mengakibatkan penderita menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder Bugayong, 2011. d. Anemia karena kehilangan darah juga dapat terjadi pada pedikulosis kapitis berat Moradi et al., 2009. e. Impetigo juga dapat terjadi akibat bakteri stafilokokus yang masuk ke dalam kulit kepala sewaktu penderita menggaruk kulit kepala Brown dan Burns, 2005. f. Pada penderita berat, helaian rambut satu dengan yang lain akan sering melekat dan mengeras dan banyak ditemukan kutu kepala dewasa, telur nits serta eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan ini disebut plica palonica borok yang dapat ditumbuhi jamur Natadisastra dan Agoes, 2009. g. Efek psikologis yang dirasakan penderita seperti berkurangnya rasa percaya diri, pandangan sosial yang negatif, kurangnya kualitas tidur, dan gangguan belajar Alatas dan Linuwih, 2013. Pencegahan a. Mengurangi sumber penyakit dengan mengobati penderita Natadisastra dan Agoes, 2009. b. Tidak saling meminjam barang pribadi yang dapat menjadi perantara penularan kutu kepala seperti sisir, kerudung, mukena, ikat rambut, dan sebagainya Alatas dan Linuwih, 2013. c. Menjaga kebersihan rambut kepala dengan mencuci rambut dengan shampo 2-3 kali seminggu Novita, 2009. d. Tidak tinggal atau berdekatan dengan penderita jika keadaan tidak memungkinkan seperti di pondok pesantren, dapat diatasi dengan pemakaian tutup kepala atau kerudung oleh penderita saat tidur untuk mencegah penularan kutu kepala Alatas dan Linuwih, 2013. e. Saling mengingatkan tentang pencegahan penularan kutu kepala. f. Mengecek kutu kepala rutin karena ada beberapa orang yang tidak sensitif dengan antigenracun air liur kutu kepala sehingga tidak merasakan gatal Brown dan Burns, 2005. Pengobatan a. Metode Pengobatan Fisik Metode pengobatan fisik yang sederhana antara lain adalah mencuci rambut dengan shampo, kemudian diikuti dengan penggunaan kondisioner dalam jumlah yang banyak. Rambut kemudian disisir menggunakan serit sisir yang giginya kecil-kecil dan rapat dengan tujuan agar semua kutu dapat terangkat. Tindakan ini dianjurkan diulangi setiap 4 hari selama 2 minggu Brown dan Burns, 2005. Metode pengobatan fisik kutu kepala juga dapat dilakukan dengan cara membunuh kutu dewasa menggunakan tangan dan sisir serit untuk menyisir nimfaanak kutu dan telurnya Natadisastra dan Agoes, 2009. a. Metode Pengobatan Kimiawi Caranya adalah dengan menggunakan obat kutu kepala. Prinsip pengobatan kutu kepala adalah seluruh anggota keluargapenghuni tempat tinggal harus diterapi pada waktu yang sama. Memberantas kantong telur yang melekat di rambut dapat dilakukan dengan menggunakan serit sisir bergigi rapat yang telah dicuci dengan cuka yang dicampur air hangat dengan perbandingan 1:1 selama setengah jam Werner, 2010. Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbachs Alpha Part 1 Value ,611 N of Items 15 a Part 2 Value ,599 N of Items 15 b Total N of Items 30 Correlation Between Forms ,653 Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,790 Unequal Length ,790 Guttman Split-Half Coefficient ,788 a. The items are: kutu kepala adl parasit yg menyerang kulit kepala, kutu kepala menyerang anggota tubuh berambut selain kulit kepala, kutu kepala dapat masuk tubuh manusia lewat kulit kepala, telur kutu kepala mudah dilihat setelah menetas, telur kutu kepala dpt ditemukan di kulit kepala, pertumbuhan kutu kepala dari telur sampai dewasa rata-rata18 hari, kutu kepala dapat hidup di kasur dan bantal berminggu-minggu, kutu kepala dewasa hanya hidup dalam 2 minggu, dikatakan terjangkit kutu kepala jika ditemukan kutu kepala atau telurnya di rambut kepala, orang yang punya kutu kepala selalu memiliki kebersihan diri yg kurang, kutu kepala tdk perlu diberantas krn tdk berdampak pada kesehatan, kutu kepala hanya dpt menimbulkan rasa gatal, gatal terjadi krn air iur kutu kepala, ada sebagian orang yg tahan air lur kutu shg tdk terasa gatal, orang yg sering menggaruk kepala pasti punya kutu kepala. b. The items are: menggaruk kulit kepala dpt menyebabkan iritasi, kutu kepala dpt menyebabkan anemia, kutu kepala dpt menyebabkan borok, seorang yg punya kutu kepala dpt menularkannya pd teman sekamarnya, kutu kepala dpt terbang dg sayapnya, dg pinjam meminjam mukena dan kemeja tdk akan tertular kutu kepala, memberatas kutu kepala dpt dg obat maupun manual dg serit, jika ditemukan kutu kepala segera lakukan pengobatan kutu kepala, seorang yg terjangkit kutu kepala dianjurkan menggunakan obat kimia pemberantas kutu, membasmi kutu kepala tdk harus bersamaan, mengecek adanya kutu kepala rutin perlu dilakukan, sebaiknya menghindari bergaul dg teman yg punya kutu kepala, mengobati penderita kutu kepala berarti mengurangi sumber penularan kutu kepala, penderita dianjurkan pakai tutup kepala saat tdr untk mencegah penularan kutu, saling mengingatkan tentag pencegahan penularan kutu dpt mengendalikan penyebaran kutu. Lampiran 9 Rekapitulasi data metode ceramh Metode A1 A3 A4 A5 BPRE1 BPRE2 BPRE3 BPRE4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 2 1 1 41 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1 31 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 7 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 22 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 19 Metode ceramah pretest CPRE1 CPRE2 CPRE3 CPRE4 CPRE5 CPRE6 CPRE7 CPRE8 CPRE9 CPRE10 CPRE11 CPRE12 CPRE13 CPRE14 CPRE15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 CPRE16 CPRE17 CPRE18 CPRE19 CPRE20 CPRE21 CPRE22 CPRE23 CPRE24 CPRE25 CPRE26 CPRE27 CPRE28 CPRE29 CPRE30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Metode ceramah postest CPOS1 CPOS2 CPOS3 CPOS4 CPOS5 CPOS6 CPOS7 CPOS8 CPOS9 CPOS10 CPOS11 CPOS12 CPOS13 CPOS14 CPOS15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 CPOS16 CPOS17 CPOS18 CPOS19 CPOS20 CPOS21 CPO22 CPO23 CPO24 CPO25 CPOS26 CPOS27 CPOS28 CPOS29 CPOS30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Lampiran 9 Rekapitulasi data metode leaflet Metode A1 A3 A4 A5 BPRE1 BPRE2 BPRE3 BPRE4 2 1 2 1 1 1 1 7 2 1 1 1 1 1 13 2 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 9 2 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 7 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 7 2 2 1 1 1 1 11 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 9 2 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 13 2 1 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 22 2 1 1 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 1 16 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 7 2 1 1 1 1 1 1 21 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 8 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 32 Metode leaflet pretest CPRE1 CPRE2 CPRE3 CPRE4 CPRE5 CPRE6 CPRE7 CPRE8 CPRE9 CPRE10 CPRE11 CPRE12 CPRE13 CPRE14 CPRE15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 CPRE16 CPRE17 CPRE18 CPRE19 CPRE20 CPRE21 CPRE22 CPRE23 CPRE24 CPRE25 CPRE26 CPRE27 CPRE28 CPRE29 CPRE30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Metode leaflet postest CPOS1 CPOS2 CPOS3 CPOS4 CPOS5 CPOS6 CPOS7 CPOS8 CPOS9 CPOS10 CPOS11 CPOS12 CPOS13 CPOS14 CPOS15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 CPOS16 CPOS17 CPOS18 CPOS19 CPOS20 CPOS21 CPO22 CPO23 CPO24 CPO25 CPOS26 CPOS27 CPOS28 CPOS29 CPOS30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Lampiran 10 Hasil Analisa Univariat

A. Kesehatan Kepala Responden

Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent lama kutuan kategori kutu sebelum intervensi 49 81.7 11 18.3 60 100.0 lama kutuan kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total terjangkit kutu lama kutuan 1 tahun 23 23 2 tahun 13 13 3 tahun atau lebih 13 13 Total 49 49 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent usia kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 usia kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu usia 15 tahun 1 11 12 15 tahun 10 38 48 Total 11 49 60 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent bentuk rambut kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 panjang rambut kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 ada lukananah pretest kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 frekuensi keramas dlm seminggu pretest kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 Konjungtiva anemis kategori kutu sebelum intervensi 60 100,0 0,0 60 100,0 bentuk rambut kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu bentuk rambut ikal 5 13 18 lurus 6 36 42 Total 11 49 60 panjang rambut kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu panjang rambut di atas bahu 2 7 9 di bawah bahu 9 42 51 Total 11 49 60 ada lukananah pretest kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu ada lukananah pretest ada 4 4 tidak ada 11 45 56 Total 11 49 60 frekuensi keramas dlm seminggu pretest kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu frekuensi keramas dlm seminggu pretest 0-1 kali 4 4 2-3 kali 11 45 56 Total 11 49 60 Konjungtiva anemis kategori kutu sebelum intervensi Crosstabulation Count kategori kutu sebelum intervensi Total tidak terjangkit kutu terjangkit kutu Konjungtiva anemis ada 3 14 17 tidak ada 8 35 43 Total 11 49 60

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU SEHAT DENGAN ANGKA KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN DARUL ‘ULUM JOMBANG

1 8 12

EFEKTIFITAS AUDIOVISUAL DENGAN CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN Efektifitas Audiovisual Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Kontrasepsi Mow.

2 21 14

PERBEDAAN PENGETAHUAN PADA PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET Perbedaan Pengetahuan Pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Dengan Metode Ceramah Dan Media Video Tentang Bahaya Merokok Di SMK Kasatrian Solo.

0 4 15

PERBEDAAN PENGETAHUAN PADA PENDIDIKAN KESEHATANMETODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET DENGAN Perbedaan Pengetahuan Pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Dengan Metode Ceramah Dan Media Video Tentang Bahaya Merokok Di SMK Kasatrian Solo.

0 2 16

PENDAHULUAN Perbedaan Pengetahuan Pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Dengan Metode Ceramah Dan Media Video Tentang Bahaya Merokok Di SMK Kasatrian Solo.

0 3 6

PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN CERAMAH DISERTAI LEAFLET TERHADAP Perbedaan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dengan Ceramah Disertai Leaflet Terhadap Pengetahuan Keluarga Pasien Post Stroke Di Kecamatan Pasar Kliwon Sura

0 2 16

PERBEDAAN PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DENGAN CERAMAH DISERTAI LEAFLET Perbedaan Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Dengan Ceramah Disertai Leaflet Terhadap Pengetahuan Keluarga Pasien Post Stroke Di Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.

0 2 17

POLITIK PESANTREN DAN KESETARAAN GENDER: PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH 1 BAHRUL 'ULUM TAMBAKBERAS JOMBANG.

0 3 112

STUDI KOMPARASI METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE DI SMA N 10 PURWOREJO NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Metode Ceramah dan Leaflet terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Vulva

0 11 20

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SANTRIWATI SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN SALAFI AL-FALAH JATILAWANG

0 0 16