perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi. 10.
Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 11.
Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-
elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari
matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam
AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar
menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau
sama dengan 10 .
3.3.2. Menyusun Hierarki
8
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasan mengidentifikasikannya, dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untuk
memperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang kompleks
8
Thomas L. Saaty.1986. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. terjemahan, edisi kedua Jakarta : PT. Gramedia
Universitas Sumatera Utara
kedalam bagian yang menjadi nelemen pokoknya, dan kemudian bagian ini kedalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah bagian-
bagian ini berkisar antara lima sampai sembilan.
3.3.3. Menetapkan Prioritas
9
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan yaitu
elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu criteria yang ditentukan. Untuk perbandingan berpasangan ini, matrik merupakan bentuk yang
lebih disukai. Matriks merupakan alat sederhana dan bisa dipakai, dan member kerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan
jalan membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancangan matrik
ini secara unik mencerminkan dwi segi prioritas : mendominasi dan didominasi. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada
puncak hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang akan digunakan untuk melakukan perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya,
ambil elemen-elemen yang akan dibandingkan: A1, A2, A3, dan sebagainya. Katakan lah ada tujuh elemen.
9
Thomas L. Saaty.1986. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. terjemahan, edisi kedua Jakarta : PT. Gramedia
Universitas Sumatera Utara
Susun elemen-elemen ini pada sebuah matriks seperti Tabel 3.2. berikut:
Tabel 3.2. Contoh Matriks untuk Perbandingan Berpasangan
C A1 A2 .
. A7
A1 1 . . . .
A2 . 1 . . .
. . . . . . . . . . .
A7 . . . . 1
Dalam matriks diatas, bandingkan elemen A1 dalam kolom yang sebelah kiri dengan elemen A1, A2, A3, dan seterusnya yang terdapat di baris atau
berkenaan dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan seterusnya. Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan itu, digunakan
bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas elemen yang lainnya berkenaan dengan sifat tersebut. Tabel 3.2. membuat skala banding
perpasangan. Skala itu mendefenisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai dengan 9 yang
ditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenisnya di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat
diatasnya. Pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakan
intensitas tata hubungan antar elemen. Bila memakai skala itu dalam konteks sosial, psikologis atau politis, utarakan lebih dahulu pertimbangan verbalnya, lalu
diterjemahkan secara numerik ini merupakan ancangan belaka, validitasnya dievaluasi dengan suatu uji konsistensi dan oleh penerapan dalam kehidupan
nyata untuk mana jawaban-jawabannya sudah diketahui.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas Pentingnya
Defenisi Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting ketimbang yang lainnya
Pengalaman dan petimbangan sedikit menyokong satu elemen atas
yang lainnya
5 Elemen yang satu essensial
atau sangat penting ketimbang elemen lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat bmenyokong satu
elemen atas elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih
penting dari elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong
dan dominan terlihat dalam praktik
9 Satu elemen mutlak lebih
penting ketimbang elemen lainnya
Bukti yang menyokong elem yang satu atas yang laian memiliki
tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua
pertimbangan yang berdekatan
Komromi diperlukan antara dua pertimbangan
kebalikan Jika untuk aktivitas j
mendapat satu angka mendapat satu angka bila
dibandingkan dengan aktivitas i, maka j
mempunyai nilai kebalikannya bila
dibandingkan dengan i
3.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process AHP