BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Strategi komunikasi harus tumbuh dari pilihan – pilihan alternatives politik maupun ekonomi yang dirumuskan dalam organisasi. Melalui cara
bagaimana tujuan – tujuan yang hendak dicapai sebagai kerjasama antara anggota organisasi harus jelas dalam pelaksanaannya dan itu bisa dicapai melalui
komunikasi yang baik. Strategi komunikasi harus dipandang sebagai suatu sub sistem dalam
keseluruhan rencana pembangunan maupun sebagai suatu unsur dalam totalitas pertumbuhan organisasi. Komunikasi dijalankan sebagai kampanye untuk
kepentingan rencana jangka pendek. Strategi komunikasi merupakan taktik komunikasi dalam organisasi dengan memanfaatkan jaringan komunikasi.
Kelangkaan strategi komunikasi menunjuk pada kegagalan organisasi dalam memanfaatkan media secara maksimal. Juga menunjuk pada kegagalan organisasi
dalam memanfaatkan jaringan komunikasi yang ada, yang seharunya dapat digunakan sebagai daya dukung bagi organisasi dalam mencapai tujuan – tujuan
bersama.
1
Komunikasi dalam organisasi merupakan sebuah proses yang dijalankan dalam rangka membangun kesamaan antara orang – orang yang melakukan
kerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Komunikasi organisasi menurut Wayne dalam Umar 2006:9, diartikan sebagai: suatu pertunjukan atau
penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Bagaimana seharusnya pesan di dalam organisasi
sebagai informasi yang menunjukkan apa dan bagaimana seharusnya rencana organisasi dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tidak disalahartikan karena
berbagai faktor, salah satunya adalah penafsiran yang salah diantara unit – unit organisasi yang ada. Petunjuk pelaksana kerja sebagai sumber informasi
seharusnya menjadi panduan dalam mencapai tujuan – tujuan yang secara sungguh – sungguh dilaksanakan dalam organisasi tersebut.
Keberhasilan kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pimpinan tidak terlepas dari bagaimana ia mampu menjalankan komunikasi secara benar tehadap
para anggotanya. Secara luas kepemimpinannya didukung guna memberikan daya guna terhadap sesama anggota organisasi. Bahwa ia merupakan faktor penggerak
dalam keberhasilan organisasi yang dipimpinnya secara menyeluruh, membangun kesamaan pandangan yang selanjutnya menjadi tujuan dalam proses komunikasi
secara utuh dalam organisasi.
Pemimpin yang baik adalah berkualitas. Kualitas yang dimaksud bukan yang diklaim diakui oleh seorang pimpinan atau oleh mereka yang akan
dipromosikan atau mempromosikan diri duduk pada posisi itu, melainkan kualitas atas dasar pengakuan bawahan atau masyarakat. Bagaimana kualitas pimpinan
yang diharapkan bawahan? Paling tidak ada lima karakteristik yang harus dipenuhi oleh pimpinan
Danim, 2004:65, yakni: 1 pertama, bawahan menginginkan agar pimpinannya mempunyai tujuan yang jelas; 2 kedua, bawahan menginginkan pemimpinnya
membuat rencana yang baik dan dapat dijangkau; 3 ketiga, bawahan menginginkan pemimpin yang secara terus menerus menginformasikan kemajuan
perusahaan atau organisasi kepadanya; 4 keempat, bawahan menghendaki agar pemimpinnya memperlakukan mereka sebagai manusia dan bukan seperti robot;
5 kelima, bawahan menuntut pemimpin yang mampu membawa kemajuan organisasi secara arif dan bijakasana.
Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan bawahan. Tanpa itu semua, tidak ada kemajuan berarti yang akan didapat. Pemimpin yang kaku dan ororiter
berbuat sekehendaknya cenderung berpendapat bahwa kemajuan organisasi atau unit organisasi semata – mata karenanya dan kegagalan organisasi banyak
ditumpukan kepada staf, seperti pola kepemimpinan kekeluargaan yang berkembang di Hotel Emeral Garden Medan. Cenderung mengabaikan penilaian
terhadap kemajuan dan kemunduran organisasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pimpinan dalam menjangkau dan memenuhi tuntutan yang harus
dipenuhi pimpinan. Melalui informasi tersebut, bawahan mampu menentukan posisi dan tindakan yang harus diambil guna memberikan kemampuan
maksimalnya terhadap organisasi.
1.2. Perumusan Masalah