Penatalaksanaan DM Diabetes Melitus

1 Edukasi Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi PERKENI, 2006. 2 Terapi Gizi Medis Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut PERKENI, 2006: a Karbohidrat : 45 – 65 total asupan energi b Protein : 10 – 20 total asupan energi c Lemak : 20 – 25 kebutuhan kalori Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal 30 Kkalkg BB untuk laki-laki dan 25 Kkalkg BB untuk wanita. Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal PERKENI, 2006. 3 Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan PERKENI, 2006. 4 Pengelolaan Farmakologis Menurut PERKENI 2006 Sarana pengelolaan farmakologis diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral OHO. OHO merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu: a Pemicu sekresi insulin insulin secretagogue: sulfonilurea dan glinid b Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin, tiazolidindion c Penghambat glukoneogenesis Metformin d Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

g. Komplikasi DM

Terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik dan sindrom hiperglikemik hiperesmolar non-ketosis HHNK dapat terjadi apabila kondisi ini mengarah pada kelebihan glukosa darah atau hiperglikemia. Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang dapat memberikan komplikasi berupa penyakit makrovaskular, termasuk infrak miokard, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Apabila hiperglikemia terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan menimbulkan beberapa komplikasi mikrovaskuler kronis juga seperti penyakit ginjal dan mata dan komplikasi pada neuropati Smeltzer Bare, 2002. Diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol baik dan meningkatkan kadar kolesterol buruk, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Kondisi umum ini disebut dislipidemia diabetik. Dislipidemia diabetik berarti profil lipid kolesterol total akan ke arah yang salah. Ini merupakan kombinasi mematikan yang menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung koroner dini dan aterosklerosis. Dimana arteri menjadi tersumbat dengan akumulasi lemak dan zat lainnya. Studi menunjukkan hubungan antara resistensi insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan dislipidemia diabetes, aterosklerosis dan penyakit pembuluh darah. Kondisi ini dapat berkembang bahkan sebelum diabetes didiagnosis AHA, 2015.

2. Kolesterol

a. Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang bentuknya seperti lilin. Zat ini sangat penting peranya untuk fungsi tubuh normal. Kolesterol digunakan untuk fungsi selular dan produksi hormon. Tubuh akan menghasilkan kolesterol yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan tubuh normal. Hati adalah pabrik untuk memproduksi kolesterol yang paling utama sekitar 70. Diet tinggi lemak jenuh, meningkatkan secara signifikan jumlah kolesterol dalam aliran darah. Rekomendasi untuk asupan lemak setiap harinya tidak boleh melebihi 30 dari