Pengaruh Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Terhadap Mutu Pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ADE MUNAWAR LUTHFI

NIM: 108018200016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok, dan seberapa besar kontribusi PLPG dalam mempengaruhi mutu pembelajaran guru. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2013-2014. Dimulai dari Februari sampai dengan Juli 2014 di SMK Negeri 2 Depok dengan sampel 34 guru yang sudah mengikuti PLPG.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Variabel dalam penelitian yaitu variabel bebas X (Pendidikan dan latihan profesi guru PLPG), dan variabel terikat Y (Mutu pembelajaran guru). Data penelitian dari dua variabel dikumpulkan melalui instrumen observasi dan angket. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan menggunakan korelasi produk moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi yang kemudian disingkronkan dengan distribusi tabel-t pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai t hitung sebesar 4,51 dan t tabel sebesar 2,04 terlihat bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel, dan hasil perhitungan

koefisien determinasi menunjukan besarnya kontribusi atau pengaruh variabel X terhadap Variabel Y adalah sebesar 39 % dan sisanya 61 % (100% - 39%) dipengaruhi oleh variabel atau faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti lingkungan sekolah, pola pengembangan pembelajaran, motivasi kerja, kompensasi dan keikutsertaan dalam kegiatan pelatihan selain PLPG.

Dengan demikian, pelatihan yang dilakukan dengan baik dan dilaksanakan sesuai prosedur pelaksanaannya secara tepat dapat berimplikasi pada peningkatan mutu pembelajaran guru di sekolah.


(6)

vi

The aim of this research was to know the Influence of Teacher Education and Professional Training (PLPG) to The Teaching Quality at SMK Negeri 2 Depok and how much the contribution of PLPG in affecting teachers’ learning quality. This research was conducted in the year of learning 2013-2014. Started on February-July 2014 at SMK Negeri 2 Depok this study took 34 teachers who had followed PLPG as the samples.

The research method applied in this study was quantitative method. The independent variable of this research was PLPG and the dependent variable was

teachers’ learning quality. In order to collect the data, this research employed

observation and questionnaire as the instrument. Then, product moment correlative test used as the technique in analyzing the data. The result found in this study as there was a significant influence between PLPG on teachers’ learning quality.

According to the hypotheses test which is done by using correlative test, it is obtained that the value of to was 4,51 and it was synchronized with the value of t-tabel in significant 5% which was 2,04 it can be seen the value of to (4,51) is higher that t-tabel (2,04). The result of the counting of determination coefficient showed the value of the contribution X variable on Y variable is 39% and the balance is 61% (100%-39%). This was affected by others factors like school environment, the pattern of learning development, motivation, compensation, and the espousal of other training.

Therefore, the training which was done well and was carried out appropriately according to the procedure of the implementation can give an

implication in improving teachers’ learning quality.


(7)

vii

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa cahaya bagi alam, penyempurna akhlak, teladan dan pembimbing yang baik bagi umat manusia.

Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa upaya, kemampuan dan pengetahuan penulis sangatlah terbatas, oleh karena itu dengan adanya bimbingan, arahan serta dorongan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka pada kempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran dan tenaganya dalam memberikan arahan serta motivasi kepada penulis.

3. Prof. Dr. Armai Arief, MA. Pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian dalam membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dra. Manerah, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan

banyak kontribusi, inspirasi, konsultasi, bimbingan, nasehat dan motivasi kepada penulis.

5. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phil, Drs. H. Muarif SAM, M.Pd dan Dr. Fauzan, MA. Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan yang menjadi inspirasi dan motivasi penulis selama masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.


(8)

viii

butuhkan.

8. Kepala SMKN 2 Depok, Bapak. Rochmatul Cholil, S.Pd, MM, Waka Kurikulum, Ibu Nuryati, M.Pd, Kabag SDM, Bapak. Sutarsa, M.Pd, Humas, Ibu. Dian Kurnia Utami, S.Pd, MM beserta jajaran Guru dan Staff SMKN 2 Depok yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan bantuan kepada penulis untuk melengkapi data-data penelitian yang dibutuhkan. 9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku. Bapakku tersayang Rojalih dan Umiku

tercinta Nunung Nurhayati, yang penulis sagat hormati dan sayangi sepanjang hidup, sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis sehingga dapat

menyelsaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih atas do’a yang selalu

mengiringi penulis sepanjang hidup, terimakasih atas dukungan moril maupun materil yang diberikan sepanjang hari tiada henti. Mohon maaf ananda membuat kalian menunggu senyum tulus bahagia itu. ananda persembahkan skripsi ini untuk tekad dan semangatmu memperjuangkan pendidikanku Bapak dan Umiku tercinta. Semoga suatu saat nanti ananda dapat membalas kebaikan Bapak dan Umi serta ananda dapat menjadi

kebanggaan Bapak dan Umi. Amin Ya Robbal Alamin…

10. Adikku tersayang Ibnu Zaki Fikri dan Muhammad Asyraf Shidqi yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kejar terus pendidikan kalian setinggi mungkin. Semoga kelak menjadi anak yang cerdas, sholeh serta berbakti kepada orangtua bangsa dan agama.

11. Semua keluarga besar dan saudara-saudaraku yang telah memberikan bantuan dan motivasi, terkhusus Kakek, Nenek, Ka Asep Kamaludin Nashir, M.Si, Om Maryanto, Spd, Ka Nurlatifah, S. Hum, Ce Romlah, S.Pd.I, Ce Juju, S.Pd, Ka Ulfa, S.Sc, Nurhasanah, S.Psi, Ka Azam, S.Pd.I, Ahmedi fathurrozi, S.Kom, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(9)

ix

Madhensia Putri Pratiwi, S.Pd, Nurma Sari, S.Far. Apt, Rahmi Rahayu, S.pd, Bang Bangkit Erlangga, SH, Teh Lenni, S.Pd, dan semua teman Manajemen Pendidikan angkatan 2008. Semoga persahabatan ini akan selalu terjalin hangat.

13. Rumah kost Pondok Jasmine 1, Semanggi 1, Ciputat, tempat nyaman penuh inspirasi dan keramahan para mahasiswanya.

14. Semua teman dan adik-adik di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Manajemen Pendidikan, HMI Komisariyat Tarbiyah, HMI Cabang Ciputat, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komfaktar, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) MP, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FITK, Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Jakarta, Senat Mahasiswa (SEMA) UIN Jakarta, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Depok (IKMD). Selamat berproses dan terus perbanyak pengalaman organisasinya. Semoga kelak bermanfaat untuk diri dan orang lain.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk memperbaiki berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan pelatihan.

Jakarta, 1 Desember 2014 Penulis


(10)

x

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH . ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI . ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR . ... vii

DAFTAR ISI . ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN . ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang masalah ... 1

B.Identifikasi masalah ... 6

C.Pembatasan masalah ... 7

D.Perumusan masalah ... 7

E. Tujuan penelitian ... 8

F. Manfaat penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Kajian teori ... 9

1. Mutu pembelajaran guru ... 9

a. Pengertian Mutu pembelajaran ... 10

b. Pengembangan mutu ... 12

c. Kegiatan pembelajaran ... 13

d. Keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam pembelajaran ... 15

e. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 20

f. Indikator pembelajaran bermutu ... 20

2. Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) ... 23

a. Pengertian pendidikan ... 23


(11)

xi

D.Hipotesis penelitian ... 36

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B.Variabel Penelitian ... 38

1. Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

2. Definisi Konseptual Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

3. Definisi Operasional Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 38

C.Metode Penelitian ... 38

D.Populasi dan Teknik pengambilan sampel ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Pengolahan Data ... 42

G.Teknik Analisis Data ... 43

H.Interpretasi Data ... 43

I. Instrumen Penelitian . ... 45

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian . ... 47

1. Uji Validitas ... 47

2. Hasil Uji Validitas ... 48

3. Uji Reliabilitas ... 51

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 52

BABIV: HASIL PENELITIAN ... 54

A.Deskripsi Data Penelitian ... 54

1. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) ... 55

2. Mutu Pembelajaran Di SMK Negeri 2 Depok ... 57

B.Analisis Data ... 58

1. Uji Korelasi Variabel PLPG dan Mutu pembelajaran ... 58


(12)

xii

B.Saran ... 64


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Penelitian ... 35 Gambar 4.1 Proseentase Skor Angket Pelaksanaan PLPG ... 56 Gambar 4.2 Prosentase Skor Observasi Mutu Pembelajaran ... 58


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rambu-rambu Struktur Kurikulum PLPG SMK ... 29

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Skor Instrumen Angket dan Observasi ... 42

Tabel 3.3 Interpretasi Terhadap Angka Index Korelasi “r” Product Moment ... 44

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Angket dan Observasi ... 45

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 48

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 50

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Instrumen ... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Data PLPG ... 55

Tabel 4.2 Kelompok Skor Data PLPG ... 56

Tabel 4.3 Skor Sekala Data PLPG ... 56

Tabel 4.4 Deskripsi Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57

Tabel 4.5 Kelompok Skor Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57

Tabel 4.6 Skor Sekala Data Mutu Pembelajaran Guru ... 57


(15)

xv

Lampiran 2 Data Guru ... 72

Lampiran 3 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ... 79

Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Angket ... 80

Lampiran 5 Uji Coba Instrumen Observasi ... 83

Lampiran 6 Uji Validitas ... 86

Lampiran 7 Uji Reliabilitas ... 88

Lampiran 8 Instrumen Angket ... 90

Lampiran 9 Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 10 Perolehan Data Angket ... 96

Lampiran 11 Perolehan Data Observasi ... 97

Lampiran 12 Deskripsi Data SPSS ... 98

Lampiran 13 Data Uji Korelasi SPSS ...101

Lampiran 14 Tabel Nilai-nilai “r” Product Moment (r-tabel) ...103

Lampiran 15 Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi “t” (t-tabel) ...104

Lampiran 16 Biodata Penulis ...105

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ...106


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mutu pembelajaran guru di Indonesia masih terbilang jauh dari pencapaian yang diharapkan. Karena apa yang di cita-citakan dalam Undang-undang pendidikan jauh dari realisasinya di lapangan dalam berlangsungnya proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Mutu pembelajaran guru dapat ditinjau dari kualifikasi dan juga kompetensi yang dimilikinya selama yang bersangkutan mulai ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Kedudukan guru dalam kancah pendidikan diterangkan lebih lanjut dalam UU No. 14 Tahun 2005 pada pasal 2, 4 dan 6 yaitu:

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang


(17)

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dalam sudut pandang negara, guru memiliki kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah pada satuan pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan martabat serta peran guru sebagai agen pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dapat dikatakan pula bahwa untuk menyandang gelar profesional atau pekerjaannya disebut sebagai sebuah profesi diperlukan keterampilan bahkan pendidikan profesi yang memenuhi standar mutu untuk menjadi sumber penghasilan bagi orang yang bersangkutan. Begitu pula dengan guru yang berkedudukan sebagai professional bidang pendidikan tersebut apalagi bidang pekerjaan ini manyangkut masa depan orang banyak.

Menurut data dari Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK 2009, guru Indonesia yang belum memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D-IV masih cukup besar sekitar 1.496.721 atau sekitar 57,4% dari total guru di seluruh jenjang.2 Tes PNS Puspendik Balitbang Depdiknas 2004 menunnjukan tingkat kemampuan umum dan penguasaan bidang studi pada sebagian besar guru masih rendah.3

Data diatas menunjukan gambaran kondisi mutu guru secara umum di Indonesia dari segi kualifikasi akademik dan kompetensi mengajar, namun tak menutup kemungkinan masih banyak pula guru-guru di sekolah swasta yang belum terdata. Hal ini menunjukan kondisi mutu pembelajaran guru di Indonesia masih dalam kategori rendah, karena jika kualifikasi akademik dan penguasaan bidang studi guru rendah maka kegiatan pembelajaran pun tak akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

1

Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: DIRJEN Pendidikan Islam, 2006), hal. 86-87

2

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,

(Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet-1 hal. 80

3

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,


(18)

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Sulistiyo, mengatakan bahwa ada beberapa persoalan guru yang menonjol dan tidak kunjung mendapat penyelesaian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. "dari pendidikan guru yang tidak memadai, sistem rekrutmen dan distribusi yang tidak sesuai bahkan masalah kesejahteraan juga masih ada," kata Sulistiyo saat jumpa pers di Kantor PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta, Senin (26/11/2012).4

Masalah pertama guru, ungkapnya, adalah pendidikan guru yang jauh dari memadai tersebut berdampak pada kualitas dan kompetensi guru yang ada saat ini. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat masa depan anak Indonesia juga bertumpu pada guru-guru yang memberikan pendidikan.5 Pendidikan guru jauh dari memadai disini hemat penulis dapat dilihat dari banyak ditemukannya guru-guru kelas bidang studi yang masih belum memiliki ijazah strata 1 atau memiliki ijazah S1 tetapi pada perguruan tinggi yang tidak memadai sehingga pembelajaran yang diterima gutu tersebut jelas sangat jauh berbeda dari perguruan tinggi yang memang sudah terjamin kualitasnya. Dengan kondisi seperti ini tidak dapat dipungkiri bahwa siswalah yang menjadi dampak dari ketidaksiapan seorang guru untuk menjadi seorang pengajar yang diharapkan mampu mentransfer ilmu yang dia punya demi mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Masalah kedua adalah sistem pengangkatan guru yang tidak berdasar kebutuhan dan masih ada nuansa KKN. Sementara untuk distribusi guru sendiri, masih terjadi banyak masalah yang berakibat pada tidak meratanya jumlah guru di tiap wilayah terutama daerah yang terpencil.6 Pengankatan guru yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah sistemik yang berkepanjangan, disatu sisi daerah tertentu memiliki ketersedian guru pengajar yang cukup bahkan lebih namun sebaliknya daerah yang lain justru mungkin sangat terbatas tenaga pengajar yang dimiliki bahkan dirasa masih kurang. Sehingga beban kerja yang dipikul tidak sebanding dengan

4

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin, 26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

5

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin, 26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

6

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin, 26 November 2012) Jam 13.37 WIB.


(19)

kemampuan para guru tersebut.

Masalah ketiga adalah pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan. Banyak guru yang telah lulus dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan justru malah menurun kompetensinya. Untuk itu, standard kompetensi perlu disiapkan, dijaga dan dibina.7 Pengembangan kompetensi dan karir yang tidak berjalan sesuai tujuan akan berdampak pada penguasaan materi guru yang kurang memadai serta keterampilan pengelolaan pembelajaran yang terkesan kuno tak bisa dikembangkan berdasarkan perkembangan materi dan kebutuhan peserta didik.

Sementara itu, masalah terakhir adalah hak guru yang tidak diterima sesuai waktu yang ditentukan. Salah satu masalah tunjangan profesi guru yang nyaris selalu terlambat di tiap daerah. Padahal dalam UU guru dan dosen Pasal 14 ayat (1) huruf a, tertera jelas guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan sosial.8 Guru yang seharusnya adalah profesi mulia karena terkenal dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa kini telah berganti karena telah banyak guru yang menjadikan profesi mereka sebagai ajang mencari uang semata. Sehingga di berbagai sekolah tidak jarang ditemukan guru-guru yang mengajar tidak sesuai skill yang mereka miliki. Dengan alasan gaji yang tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, akhirnya banyak guru yang tidak berminat mengabdikan dirinya di daerah terpencil sehingga anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak di daerah lain.

Keempat permasalahan guru diatas sudah sering menjadi topik hangat perbincangan publik tetapi sampai saat ini tak kunjung muncul langkah penyelesaian masalahnya, pemerintah pun terkesan lamban dalam memperhatikan permasalahan tersebut, sehingga upaya yang dilakukan sampai sejauh ini masih sekedar konsep semata tetapi tidak sampai memunculkan jalan keluar bagi permasalahan guru tersebut.

7

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin, 26 November 2012) Jam 13.37 WIB.

8

Riana Afifah, 4 Masalah Utama Guru yang Tak Kunjung Selesai, (Kompas.com Senin, 26 November 2012) Jam 13.37 WIB.


(20)

Maka dari itu berbagai upaya dari mulai kebijakan sampai kagiatan-kegiatan nyata terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia hingga saat ini terus dilakukan pemerintah indonesia untuk mewujudkan hal tersebut, seperti halnya kegiatan sertifikasi untuk menjamin mutu serta peningkatan kompetensi Guru. Kompetensi yang dimaksud meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Keempat kompetensi ini harus dapat dipenuhi guru dan diimplementasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar siswa disekolah. Dibuktikan dengan kemampuan guru dalam merencanakan sampai mengevaluasi pembelajaran secara aktiv, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Menurut mohammad abzar guru ideal dalam sudut pandang siswa yakni guru yang dapat menjadi sumber keteladanan, bersikap ramah, penyabar dan penuh kasih sayang, mmenguasai materi ajar, mampu mengajar dengan suasana yang menyenangkan. Dalam sudut pandang orang tua murid, guru ideal yakniguru yang dapat menjadi mitra pendidik bagi anak anak yang dititipkan, dapat melengkapi, menambah, memperbaiki pola-pola pendidikan dalam keluarga. Dalam sudut pandang pemerintah, guru ideal yakni guru yang mampu berperan professional dalam menunjang kebijakan pendidikan pemerintah. Dalam sudut pandang masyarakat guru ideal adalah yang mampu menjadi wakil masyarakat di lembaga pendidikan dan menjadi anggota masyarakat yang terbaik. Sementara dalam sudut pandang budaya guru ideal merupakan guru yang berperan sebagai subjek dalam pewarisan nilai-nilai budaya. Sedangkan dari sudut pandang guru sendiri, guru ideal adalah guru yang diakui keberadaan dirinya sebagai insan pendidikan dan diberikan peluang untuk mewujudkan otonomi pedagogisnya secara professional, memperoleh kesempatan untuk mewujudkan kinerja pribadi dan professional melalui pemberdayaan diri secara kreatif.9

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa setiap orang memiliki kriteria ideal terhadap kondisi guru yang diharapkan masing-masing, dan

9

Mohammad Abzar, Jurnal Ilmiah MANAHIJ Profesionalisme Guru di Era Globalisasi, STAIS (Kutai Timur. 2008), hal. 176


(21)

harapan tersebut seharusnya dapat direalisasikan oleh para guru yang bersangkutan agar tidak mengecewakan banyak pihak yang sudah menaruh harapan yang begitu besar. Namun upaya tersebut tentunya perlu mendapatkan dukungan dari setiap komponen yang memiliki sudut pandang terhadap kondisi ideal guru itu, karena guru tak akan mampu untuk merealisasikan kondisi idealnya sendiri tanpa dikunngan berbagai pihak.

Untuk memenuhi semua kriteria tersebut nampaknya sangat kontras jika guru yang mengikuti kegiatan sertifikasi di bekali dengan pelatihan kompetensi guru yang menunjang mutu pembelajarannya. Dengan kata lain pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Kompetensi Guru (PLPG) sangat efektif dalam meningkatkan mutu pembelajarn guru sebagai mana yang diungkapkan Baedhowi bahwa kompetensi guru yang lulus melalui jalur PLPG meningkat, hal ini karena metode, pendekatan dan karakteristik sertifikasi melalui PLPG lebih menekankan pada proses pembelajaran.10

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai masalah pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok yang berlokasi di JL. Abdul Wahab Pintu 2 Telaga Golf Sawangan Lama Depok yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah

skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PROFESI GURU (PLPG) TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 2 DEPOK”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Masih banyaknya guru yang memiliki pendidikan dan kualifikasi akademik dibawah S1.

2. Masih kurangnya kompetensi dan kualifikasi Guru sebagai tenaga

10

Marselus, Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika dan implementasinya,


(22)

pendidik profesional.

3. Sistem pengangkatan guru masih ada ketidak sesuaian dan bernuansa KKN.

4. Pengembangan kompetensi dan karir guru masih jauh dari tujuan yang diharapkan.

5. Masih adanya guru yang memiliki penghasilan di bawah rata-rata sehingga jauh dari kata sejahtera.

6. Masih banyaknya Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik profesional.

7. Masih banyaknya Guru yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti kegiatan sertifikasi.

8. Kurangnya dampak kegiatan PLPG yang dirasakan para guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar bahasan penelitian ini tidak terlalu luas dan sulit untuk di ukur, maka penulis membatasi masalah pada Pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) untuk guru SMK Negeri 2 Depok?

2. Bagaimana mutu pembelajaran guru SMK negeri 2 Depok yang sudah mengikuti kegiatan PLPG?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok?


(23)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) untuk guru SMK Negeri 2 Depok.

2. Mendeskripsikan mutu pembelajaran guru SMK negeri 2 Depok yang sudah mengikuti kegiatan PLPG.

3. Mendeskripsikan pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Depok.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dunia pendidikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis, untuk menambah pengetahuan dan memberikan

informasi kepada pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) terhadap mutu pembelajaran guru di lembaga pendidikan.

2. Manfaat Praktis, Memberi masukan yang berarti bagi guru-guru SMK Negeri 2 Depok yang sedang mengikuti proses sertifikasi, serta dapat dijadikan alat evaluasi terhadap penjaminan mutu pembelajaran guru di sekolah.


(24)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Mutu Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Menurut wina sanjaya pembelajaran adalah proses yang bertujuan, proses kerja sama, proses yang kompleks, dan proses memanfaatkan berbagai sumber belajar.1

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaianan kegiatan yang mengarahkan siswa kepada tujuan yang diharapkan, kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan adanya kerjasama antar guru dan siswa dalam segala hal kompleks dalam lingkungan lembaga pendidikan, penggunaan media pembelajaran yang sesuai dapat membantu guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan tersebut. Maka dari itu mutu pembelajaran tak bisa dipisahkan dari komponen diatas seperti, siswa, guru, sarana-prasarana dan sumber belajar. Jika pembelajaran merupakan proses maka mutu merupakan hasil capaian yang di harapkan dari proses tersebut, dalam penelitian ini mutu pembelajaran yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam proses memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

1

Wina sanjaya, Perencanaan Desain System Pembelajaran, (Jakarta, Kencana, cet. Ke-1, 2008) hal. 31-32


(25)

terhadap siswa dengan dengan keterampilan yang dimiliki guru untuk tercapainya tujuan pembelajran yang diharapkan.

a. Pengertian Mutu

Pertama kali mutu diperkenalkan Arcaro tahun 1978 saat bekerja disebuah lembaga pemasyarakatan New Hampshire di Concord Amerika Serikat. Dalam pelatihan keterampilan beliau mengembangkan program pendidikan berbasis komputer, dengan harapan untuk sebuah pembekalan bagi para narapidana agar mereka mampu berinvestasi dimasa depan dengan meninggalkan segala kejahatan yang dahulu pernah mereka lakukan ini merupakan suatu yang ingin dicapai untuk mengalihkan profesi narapidana kearah yang lebih baik.2 Jika ditinjau dan dianalisa dari konsep pelatihan dan mutu, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Jika pelatihan memberikan sumbangsihnya dalam proses maka mutu terletak pada hasil suatu proses tersebut. Dengan adanya pelatihan yang baik maka mutu yang dihasilkanpun akan semakin baik pula begitupun halnya dalam sebuah lembaga atau perusahaan. Jika terus mengembangkan SDM mereka dengan melakukan berbagai bentuk pelatihan maka mutu organisasi itu pun akan semakin meningkat seiring dengan upaya yang dilakukan.

Dalam kamus bahasa indonesia, mutu atau kualitas dipahami sebagai tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat, serta taraf.3 Sedangkan dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. proses melibatkan berbagai input seperti bahan ajar, metodologi, sarana, administrasi dan prasarana lainnya. Sedangkan hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.4

Deming mengartikan mutu sebagai kesesuaian produk dengan

kebutuhan pasar, Juran mendefinisikan mutu sebagai kecocokan terhadap

2

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet IV 2007) hal. vii

3

Agus Zaenal, Manajemen Mutu Pembelajaran Di Sekolah/Madrasah, Jurnal Pendidikan

Ta’alum, Vol 21 No. 01 Juni 2011 hal. 3

4

Suparno Eko Widodo, Manajemen Mutu Pendidikan, (Jakarta:Ardadizya Jaya, 2011), hal. 18


(26)

penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan, sedangkan Feigenbaum mendefinisikan mutu sebagai kepuasan pelanggan sepenuhnya.5 Ini yang nampaknya cukup menarik dari ketiga definisi yang dikemukakan tiga pakar mutu terdapat masing-masing definisi yang berbeda satu sama lainnya. Namun pada intinya mutu merujuk kepada kesesuaian hasil dan kebutuhan serta kepuasan pelanggan.

Perbaikan mutu pendidikan tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Hal itu sebagaimana yang di Firmankan Allah SWT dalam QS: Al baqarah: 148





































.

Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.6

Ayat di atas mengandung pesan Allah SWT yang dapat kita petik yakni hendaklah kita selalu berlomba-lomba dalam membuat kebaikan, meningkatkan mutu dalam konteks ini maka hendaknya kita dapat melengkapi segala potensi baik keilmuan maupun keterampilan secara berkesinambungan dengan berbagai cara yang tak lain tujuannya untuk bersaing dalam mencatatkan prestasi bagi output pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun global tanpa mengesampingkan nilai estetika moral keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

5

Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 44

6


(27)

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa mutu berkaitan erat dengan proses dan hasil dari suatu kegiatan yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peninkatan pengetahuan dan keterampilan serta kepuasan orang-orang yang secara langsung merasakan dampak dari mutu tersebut. Begitu pula dalam pendidikan mutu terkait erat dengan proses pembelajaran dan hasil lulusan yang sesuai dengan harapan yang nantinya akan menimbulkan rasa puas baik pada diri pribadi peserta didik maupun lingkungan sekitarnya yang ikut merasakan dampak dari mutu yang dihasilkan oleh pendidikan tersebut.

b. Pengembangan Mutu

Dalam mendeskripsikan pengembangan mutu, Andi Suhandi dalam Skripsinya mengemukakan elemen-elemen yang dapat digunakan dalam mengembangkan mutu, diantaranya yaitu: Visi/tujuan, Menghilangkan hambatan yang ada, Komunikasi, Evaluasi terus menerus, Perbaikan terus menerus, Hubungan dengan pelanggan, Pemberdayaan karyawan, Pendidikan dan pelatihan, Fokus pelanggan.7

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sembilan elemen diatas menggambarkan suatu karakteristik yang harus dipenuhi untuk mencapai kategori bermutu atau memiliki keunggulan dalam hal kaulitas yang dicapai baik dalam menciptakan suatu produk pencapaian dalam menciptakan kepuasan bagi pengguna atau konsumen yang merasakan hal yang dibuat atau disajikan suatu organisasi yang bersangkutan.

Sembilan elemen diatas harus dipenuhi tanpa terkecuali secara berkesinambungan. Karena mutu itu sendiri bersifat dinamis dan adapif dengan segala perubahan serta perkembangan zaman, maka kesembilan elemen diatas dipenuhi organisasi berdasarkan kebutuhan perubahan serta perkembangan zaman dan tentunya mengacu pada prinsip-prinsip dan disiplin organisasi yang bersangkutan.

7

Andi Suhandi, Implementasi TQM di SMA Islam Al-azhar Bumi Serpong Damai Tangsel, (UIN Jakarta, 2011) hal. 19-22


(28)

c. Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses tempat prilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan.8 Belajar dan mengajar juga merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanent, yaitu terjadinya perubahan pada anak didik.9

Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan terencana yang dilakukan antara seorang guru dan siswa secara bersamaan, berkaitan dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan yang di harapkan, yakni terjadinya suatu perubahan, pembentukan, dan pengendalian prilaku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang melekat pada diri siswa tersebut.

Menurut Rusman, langkah-langkah pembelajaran pada umumnya meliputi tiga kegiatan, yaitu: Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.10

1) Kegiatan pendahuluan

Menurut ahmad sabri membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajarinya.11 Menurut Uzer

8

Anisah & Syamsu, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 13

9

Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, cet. Ke-2, 2007) hal 10.

10

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 179

11

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal 91


(29)

Usman, ada 3 (tiga) komponen keterampilan membuka pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, dan appersepsi.12

Dari kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam membuka atau mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan dapat berupa kegiatan pra pembelajaran seperti menyiapkan ruang, alat, media pembelajaran, serta memeriksa kesiapan belajar siswa atau dapat juga berupa

kegiatan membuka pelajaran seperti melakukan apersepsi serta

menyampaikan indikator pencapaian kompetensi. Semuanya bertujuan untuk menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi dan gambaran awal bagi siswa terhadap pembelajaran yang akan dihadapinya.

2) Kegiatan inti (penyampaian materi pelajaran)

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta menberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.13 Haltersebut merupakan kondisi ideal pembelajaran yang harus diimplementasikan guru kepada peserta didik dalam proses KBM. Untuk terlaksananya semua hal tersebut secara optimal maka seorang guru paling tidak harus mampu menguasai materi pelajaran, menguasai berbagai strategi dan metode pembelajaran, memanfaatkan media dan sumber belajar secara efektif, memotivasi siswa untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, menggunakan bahasa yang baik serta melakukan penilaian proses dan hasil belajar secara tepat. Jika semua hal ini telah dimiliki guru maka pembelajaran dapat menimbulkan berkembangnya kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dengan baik.

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal 92

13

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 179


(30)

3) Kegiatan penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.14 Menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses-belajar mengajar.15 Menurut Uzer Usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluasi.16

Dari semua pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa langkah kegiatan pembelajaran pembelajaran yang terakhir adalah penutup. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat mengetahui capaian pembelajaran yang dilaksanakan, dalam menutup pelajaran guru dapat memberikan refleksi, dan arahan remedial untuk materi pelajaran yang dirasa belum tuntas di kuasai oleh peserta didik. Tujuannya untuk menuntaskan pembelejaran yang dilakukan agar semua peserta didik tidak ada yang tertinggal atau belum memahami materi yang telah dipelajari.

d. Keterampilan-keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam pembelajaran

Menurut Moh. User Usman keteraampilan mengajar yang perlu dimiliki guru antara lain: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keteraampilan mengadakan variasi, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.17

14

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 179

15

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal 92

16

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal 93

17

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 74.


(31)

1) Keterampilan Membuka pelajaran.

Menurut Uzer Usman, membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya.18 Hal ini menegaskan bahwa sebelum memulai penyampaian materi ajar hendaknya seorang guru melakukan apersepsi dan menciptakan kodisi dimana mental dan perhatiaan peserta didik telah siap dan terpusat pada materi yang akan disampaikan. Karena jika siswa telah fokus maka akan mempermudahnya dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru.

Menurut Uzer Usman, ada 4 (empat) komponen keterampilan membuka pelajaran yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan pelajaran dan apersepsi.

a) Menarik perhatian siswa, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendapatkan perhatian siswa, antara lain: gaya mengajar guru, penguatan alat bantu pembelajaran, dan pola interaksi guru yang bervariasi.

b) Menimbulkan motivasi beljar siswa, yaitu dapat dilakukan dengan cara guru mewujudkan kehangatan dan keantusiasan dalam memulai pembelajaran, menimbulkan rasa igin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat siswa.

c) Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti: mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langah yang akan dilaksanakan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

d) Membuat kaitan atau hubungan antara materi pelajaran yang yang akan diajarkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.19

2) Keterampilan Menutup pelajaran

Menurut moh user usman, menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.20

18

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 91

19

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 92-93

20

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 92


(32)

Menurut moh user usman, ada 2 (dua) komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dan mengevaluuasi.

a) Meninjau penguasaan inti pelajaran

Peninjauan kembali penguasaan inti pelajaran dapat dilakukan dengan cara merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. b) Evaluasi pembelajaran

Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain ialah: mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa senndiri, dan memberikan soal-soal tertulis. 21

Menurut Abu Ahmadi, evaluasi memiliki tujuan yang lebih spesifik, antara lain sebagai berikut: Merangsang kegiatan siswa, menemukan sebab kemajuan atau kegagalan belajar, memberikan bimbingan sesuai dengan

kebutuhan perkembangan dan bakat, memperoleh bahan laporan

perkembangan siswa, untuk memperbaiki mutu pembelajaran.22

Maka dari itu kegiatan evaaluasi wajib dilakukan setiap guru seiring berlangsungnya kegiatan pembelajaaran secara berkala, hal ini akan menjadi tolak ukur guru untuk mengetahui keadaan masing-masing siswa sekaligus mengetahui langkah apa yang harus dilakukan untuk menyapaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daan bakat masing-masing siswa nya.

Menurut ngalim purwanto, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.23

a) Evaluasi formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau sudah dilaksanakan. Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung. Evaluasi formatif tersebut dilakukan untuk memberikan informasi evaluatif sejauh mana program yang telah dirancang dapat berlangsung dan berjalan. Selain itu, evaluasi formatif juga dilakukan untuk mengetahui hambatan dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program tersebut sehingga

21

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 93

22

Pupuh Fathurrohman, M Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, cet. Ke-2, 2007) hal 17

23

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-15, 2009) hal.26.


(33)

informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki suatu program.24

b) Evaluasi sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu. Evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya mencakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit ke unit berikutnya. Selain itu, fungsi dan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukannya.25

3) Keterampilan Pengelolaan kelas

Menurut Uzer Usman, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.26 Menurut Uzer Usman, yang termasik kedalam kegiatan pengelolaan kelas antara lain: penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelsaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.27

Pengelolaan kelas merupakan salah-satu tantangan yang harus diselesaikan guru dalam kegiatan pembelajaran, sebagaimana pendapat diatas mengatakan diantara kegiatan pengelolaan kelas adalah menghentikan tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian pembelajaran, pemberian ganjaran serta penetapan norma kelompok, sehingga menimbulkan kodisi belajar yang optimal, tenang dan menyenangkan. Jika guru sudah dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal sudah dipastikan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaraan akan semakin terasa meningkat, dampaknya bagi siswa akan membuat mereka fokus dalam kegiatan pembelajaran dan

24

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-15, 2009) hal.26

25

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-15, 2009) hal.26

26

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 97

27

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 97


(34)

lebih mudah memahami apa yang disampaikan guru. Namun sebaliknya jika guru tidak mampu melakukan pengelolaan kelas maka ada indikasi ketidaksiapan guru dalam mengajar, kurangnya kompetensi atau tidak disukai cara nya mengajar oleh siswa. Oleh karena itu seorang guru harus benar-benar memahami kondisi siswa secara menyeluruh untuk dapat melakukan penanganan dan pengelolaan kelas secara tepat.

4) Keterampilan menyampaikan/menjelaskan materi pelajaran

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab-akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.28

Menurut Moh Uzer Usman ada 2 (dua) komponen keterampilan menjelaskan yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: merencanakan dan penyajian suatu penjelasan.29

1) Merencanakan

Menurut Uzer Usman, kegiatan perencanaan tersebut antara lain yang berkaitan dengan isi pesan seperti penganalisaan masalah secara keseluruhan. dan yang berkaitan dengan penerimaan pesan seperti memperhatikan perbedaan, minat dan bakat yang ada pada diri siswa.30

2) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a) Kejelasan, penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, dan menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak dimengerti oleh anak didik. b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, dalam memberikan penjelasan

hendaknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditemui oleh anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

c) Pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian anak didik pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting.

28

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal 88-89

29

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 90

30

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011), hal. 90


(35)

d) Penggunaan balikan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menunjukan pemahaman, keraguan atau ketidak mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan.31

e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan dalam membuat persiapan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembeajaran dijabarkan dari Silabus untuk mengarahkan kegiatan belajara siswa dalam upaya mencapaikompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.32

Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sekurang-kurangnya guru harus mencantumkan sebelas komponen RPP berikut:

1) Identitas mata pelajaran 2) Standar kompetensi 3) Kompetensi dasar

4) Indikator pencapaian kompetensi 5) Tujuan pembelajaran

6) Materi dan sumber belajar 7) Alokasi waktu

8) Metode pembelajaran 9) Kegiatan pembelajaran 10) Penilaian hasil belajar.33

f. Indikator Pembelajaran Bermutu.

Mutu pembelajaran menjadi aspek pertimbangan paling utama dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional, berbagai upaya terus dilakukan dalam penjaminan mutu pendidikan nasional baik dari individu guru sendiri, lembaga pendidikan, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan yang konsen dengan pendidikan turut ikut menyoroti pengembangan mutu pembelajaran ini.

Berbicara mengenai indikator mutu menurut T.R. Mitchel ukuran mutu adalah quality of work dan Ivancevich menjelaskan bahwa mutu pembelajaran

31

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, cet. Ke-25, 2011) hal. 90

32

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 5

33

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 5-7


(36)

guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output siswa yang dihasilkan.34 Dari kedua pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran guru yang memiliki kualitas kerja yang baik dan menciptakan pendidikan yang produktif sehingga dalam pembelajaran yang dilakukan kepada peserta didik dapat meghasilkan siswa sebagai output pendidikan yang baik pula dengan memanfaatkan sumberdaya secara efektif dan efiisien.

Menurut Glasser, berkenaan dengan kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasai guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar.35

Dalam Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Depdikbud mengemukakan ada sepuluh indikator guru dinyatakan kompeten atau bermutu, yakni mampu: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber belajar, mengusai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar, mengenal fungsi BK/BP, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan memahami serta menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.36

Selain itu dari sepuluh indikator diatas Depdikbud juga mengemukakan indikator mutu pembelajaran guru dengan mengembangkan Alat Penilaian Kompetensi Guru (APKG) dengan menyoroti tiga aspek utama yaitu: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Prosedur pembelajaran dan hubungan antar pribadi dan Penilaian penbelajaran (evaluasi).37

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, pembelajaran dikatakan bermutu jika guru mampu menguasai materi, menguasai kelas serta menjalankan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud meliputi kegiatan

34

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 52

35

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 53

36

Ali Mudlofir, Pendidik Professional Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) hal. 77

37

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Professionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) hal. 75


(37)

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang telah dijalankan.

Secara teknis stretegi dan teknik peningkatan mutu pembelajaran guru dapat di tempuh melalui kegiatan-kegiatan berikut:

1) In House Training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.

2) Program magang. Magang adalah pelatihan yang di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru.

3) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi.

4) Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaan bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP dan sebagainya.38

Maka dari itu dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu pembalajaran guru dapat dilakukan melalui kegiatan kegiatan teknis yang sifatnya menambah pengetahuan guru serta melatih keterampilannya dalam menjalankan proses pembelajaran, diantara dengan pelatihan atau workshop yang dilakukan oleh lembaga pelatihan yang ditunjuk langsung oleh pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran guru dari mulai perencanaan sampai evaluasi pembelajaran seperti hal nya pelatihan dalam program sertifikasi yaitu pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG). Semakin efektifnya PLPG yang dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur pelatihan yang telah ditentukan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran guru disekolah.

38

Ali Mudlofir, Pendidik Professional Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) hal. 135- 136


(38)

2. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) a. Pengertian pendidikan

Secara etimologik, pendidikan atau pedagogi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “paid” yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing.39 Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan kegiatan membimbing atau membina anak didik untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Namun pada umumnya pendidikan merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (Potensi) yang dimilikinya, sikap-sikap dan bentuk-bentuk prilaku yang bernilai positif dimasyarakat tempat individu yang bersangkutan berada.40

Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.41

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membentuk suatu pengetahuan, keterampilan serta sikap bagi individu yang bersangkutan kearah yang lebih positif dalam kehidupannya sehari-hari. Dari sini kita dapat pahami betapa pentingnya sebuah proses pendidikan bagi individu yang bersangkutan, karena untuk bertahan hidup serta menjalankan kehidupan secara layak dan positif dibutuhkan suatu pengetahuan yang mamadai, keterampilan yang dapat di gunakan untuk bersaing dengan individu lainnya serta sikap dalam bermasyarakat dilingkungan tempat tinggalnya.

39

M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan konsep dan aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers 2009) hal. 8

40

M. Sukarjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan konsep dan aplikasinya, (Jakarta: Rajawali Pers 2009) hal. 9

41

Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: DIRJEN Pendidikan Islam, 2006), hal. 5


(39)

b. Pengertian pelatihan

Pelatihan atau training merupakan sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan dalam organisasinya.42 Pelatihan biasanya terfokus pada penyediaan berbagai keterampilan khusus bagi para karyawan atau membantu mereka mengoreksi kelemahan-kelemahan dalam kinerja mereka. Bagi karyawan atau guru baru, training atau pelatihan ini diberikan untuk membantu dalam mendapatkan dan menguasai kecakapan dan keterampilan dalam bidang kerjanya atau ketika mengajar, misalnya mempergunakan media dan strategi pembelajaran secara baik. Bagi karyawan atau guru lama, training atau pelatihan ini di berikan bila ada perubahan tata kerja atau penggantian alat kerja, misalnya perubahan sistem pendidikan atau penggantian media-media pembelajaran. Untuk itu pelatihan sangat penting di berikan kepada guru atau tenaga pendidik agar dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Dalam pengertian terbatas, pelatihan memberikan karyawan sebuah pengetahuan dan ketarampilan yang spesifik dan dapat diidentifikasi untuk digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.43 Oleh karena itu Program pelatihan SDM dirancang dalam upaya membatasi kemungkinan respon-respon tenaga pendidik hanya pada perilaku-perilaku yang dikehendaki oteh lembaga. Sebagai contoh, jika berkembang situasi yang kurang efektif seperti ketidakmampuan pendidik menggunakan perangkat komputer, seorang pendidik dapat dilatih dalam cara-cara yang paling tepat untuk menggunakan komputer tersebut dengan baik. Tujuannya adalah membuat pendidik bereaksi dalarn cara tertentu tanpa ragu-ragu.

Pelatihan juga dapat didefinisikan dengan usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill, pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.44 Jika dilihat dari definisi tersebut

42

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Salemba Empat, edisi 10, 2006) hal. 301

43

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Salemba Empat, edisi 10, 2006) hal. 301

44

Anwar Prabu, Perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditam, 2006) hal. 50


(40)

maka ada kesamaan tujuan antara pendidikan dan pelatihan, yakni sama-sama dilakukan untuk mencapai penguasaan pengetahuan, skil dan juga sikap. Namun Adrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu mengemukakan bahwa terdapapt perbedaan sifat antara pendidikan dan pelatihan. Pelatihan lebih kepada proses pendidikan jangka pendek, menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, serta tujuan yang ingin dicapai terbatas, sedangkan pendidikan sifatnya tiada batas, cenderung menghabiskan waktu yang cukup panjang, serta tujuan yang ingin dicapainya terbilang luas.

Pendidikan pelatihan bagi guru sudah menjadi suatu keharusan mutlak yang harus dilakukan sebuah lembaga, karena penempatan seseorang secara langsung dalam suatu pekerjaan tidak menjamin mereka dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan baik. Tanpa adanya pelatihan keterampilan bagi mereka biasanya mereka merasakan ketidakpastian mengenai peran dan tanggung jawab seperti apa yang mereka harus lakukan dalam suatu lembaga.

Pelatihan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektifitas sebuah sekolah. Karena pelatihan memberi kesempatan kepada guru untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap baru yang mengubah prilakunya, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.45 Pelatihan sering kali tidak memenuhi hasil sebagaimana yang diharapkan oleh penyelenggaranya. Karena itu, penyelenggaraan pelatihan profesional harus mencanangkan secara matang kegiatan pelatihan mulai dari pemilihan materi, waktu, tempat, metode, hingga kualitas instruktur.46 Karena semakin matang kesiapan penyelenggaraan pelatihan maka hasil yang diperoleh pun akan semakin memuaskan.

Perbaikan mutu pendidikan tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan harus ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.

Hal itu sebagaimana yang di Firmankan Allah SWT dalam QS: Ar ra’du: 11

45

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik, (Jakarta:Kencana, 2011) hal. 61

46

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melaui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik, (Jakarta:Kencana, 2011) hal. 61


(41)







































































.

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.47

Dari ayat tersebut Allah SWT mengingatkan kepada seluruh umat manusia bahwa sesuatu yang diharapkan tidak dapat diperoleh dengan cara yang instan melainkan melalui sebuah proses dan usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut, begitupun dengan mutu pendidikan atau pembelajaran, maka harus adanya upaya optimal dari pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi diri baik dengan menempuh jalur pendidikan maupun pelatihan-pelatihan keterampilan.

c. Tujuan pendidikan pelatihan

Pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang baik tentunya ada hal-hal yang ingin dicapai baik oleh pelaksana maupun oleh peserta pelatihan itu sendiri.

Maka dari itu berikut tujuan dari pendidikan pelatihan antara lain: 1) Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.

2) Meningkatkan produktifitas kerja. 3) Meningkatkan kualitas kerja.

4) Meningkatkan ketetapan perencanaan SDM. 5) Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.

6) Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal.

7) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. 8) Menghindarkan keusangan.

47


(42)

9) Meningkatkan perkembangan pribadi pegawai (skill individu).48

Sedangkan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi.49 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan dan latihan secara umum untuk meningkatkan efektifitas kerja SDM dalam organisasi dan menekan sekecil mungkin hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan produktifitas organisasi yang bersangkutan.

d. Ruang Lingkup Kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)

Pendidikan dan latihan profesi guru merupakan upaya yang dilakukan lembaga-lembaga pusat pendidikan dan pelatihan (pusdiklat) pemerintah dalam meningkatkan kompetensi, profesionalisme dan penentuan kelulusan sertifikasi guru sebagai tenaga pendidik profesional dalam melakukan perannya sebagai pendidik yang unggul dilingkungan sekolah tempatnya bekerja. Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) diperuntukan bagi guru yang tdak memiliki kesiapan diri untuk penilaian portofolio, tidak lulus penilaian portofolio, dan guru yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk memperoleh sertifikat pendidik secara langsung.50 Dengan harapan setelah pelaksanaan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) para guru yang bersangkutan telah memiliki kesiapan, pembekalan kompetensi dan profesionalitas untuk memperoleh sertifikat pendidik. Serta yang terpenting adanya suatu peningkatan kemampuan para guru dalam melaksanakan tugasnya baik dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan yang dapat diaplikasikan secara nyata dalam kegiatan pembelajaran.

48

Anwar Prabu, Perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006) hal. 52

49

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal. 3

50

Marselus. R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 233


(43)

Dalam pelaksanaan PLPG perlu diperhatikan sebelumnya TNA (Training Need Analysis) atau analisis kebutuhan pelatihan. TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplase yang secara spesifik dimaksudkan untuk menentukan apa sebetulnya kebutuhan pelatihan yang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu dalam menggunakan sumber daya (waktu, dana dan lain-lain) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.51

Dengan kata lain analisis kebutuhan pelatihan perlu dilakukan untuk mengetahui tujuan dan target-target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pelatihan, bentuk kegiatan, materi yang relevan diberikan, instruktur pelatihan yang tepat, serta biaya-biaya yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut.

1) Kurikulum PLPG

Materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru, yaitu: (1) pedagogik, (2) profesional, (3) kepribadian, dan (4) sosial. Standardisasi kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil need assesment. 52 Materi PLPG dapat berupa buku, diktat, atau modul. Oleh karena pembelajaran dalam PLPG lebih menekankan workshop, sebaiknya bahan ajar dikemas bentuk modul. Modul, paling tidak mencakup: tujuan pembelajaran (kompetensi yang ingin dicapai), paparan materi, latihan-latihan, evaluasi, kunci jawaban, dan daftar Pustaka. 53

51

Jusuf irianto, Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan, (Surabaya:Insan Cendekia, 2001) hal. 17-18

52

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal.5

53

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal.5


(44)

Tabel 2.1

Rambu-rambu struktur kurikulum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) SMK (Kelompok Mata Pelajaran Adaptif dan Produktif)

Standar Kompetensi Lulusan:

a) Memahami karakteristik peserta didik dan mampu merancang,

melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang mendidik.

b) Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia.

c) Menguasai keilmuan, kajian kritis dan pendalaman isi dalam konteks kurikulum sekolah.

d) Mampu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega dan masyarakat.

No. Materi Teori Praktik Keterangan

A UMUM

1 Pretest 1

2 Pengembangan

profesionalitas guru

3 Pembinaan guru

professional berbasis karakter meliputi (1) citra diri positif, (2) etika, (3) etos kerja, (4) komitmen, dan (5) empati.

B POKOK

1 Pendalaman materi

mata pelajaran baik adaptif maupun produktif yang belum dikuasai oleh sebagian besar guru yang diperoleh melalui need assessment

6

2 Model-model

pembelajaran inovatif, asesmen, dan

pemanfaatan media disesuaikan dengan karakteristik isi mata pelajaran dan peserta didik yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk meningkatkan pengetahuan,


(45)

teknologi, dan seni termasuk keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.

3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya ilmiah lainnya.

2 Pendalaman materi PTK

C WORKSHOP

1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya ilmiah

6 Praktik penyusunan

rancangan PTK untuk perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pembelajaran

2 Pengembangan dan

pengemasan perangkat pembelajaran

32 Penegmbangan dan

pengemasan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, bahan ajar, LKS, media pembelajaran, dan instrument penilaian)

D PRAKTIK

PEMBELAJARAN

1 Pelaksanaan

pembelajaran (peer teaching)

30  Satu kelas (lebih

kurang 36

peserta), dibuat 3 kelompok dan dilaksanakan secara parallel

 Tiap peserta tampil 3 kali @ 1 JP

 Tampilan ke-3

merupakan ujian praktik

E UJIAN

1 Tulis 4

2 Praktik *)

Jumlah 22 68

Catatan:

a) Pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian dan social guru terintegrasi dalam kegiatan PLPG.

b) *)Sudah terintegrasi di D

c) Ujian akhir harus dapat memastikan bahwa peserta telah memenuhi standar kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta


(46)

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.54

2) Instruktur PLPG

Ketentuan dalam buku 4 Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG disebutkan bahwa Instruktur PLPG harus memiliki persyaratan tertentu antara lain:

a) WNI yang memiliki status Dosen LPTK atau Widyaiswara

b) Sehat jasmani dan rohani, memiliki kinerja yang baik serta sanggup melaksanakan tugas

c) Berpendidikan S2 yang relevan

d) Memiliki akta mengajar Applied Approach

e) Memiliki pengalaman mengajar dibidang yang relevan minimal 10 Tahun

f) Menguasai materi pelatihan yang diajarkan, kemampuan mengolah atau menerapkan metode mengajar

g) Mampu menggunakan media dan sumber belajar

h) Menguasai cara memotivasi dan berkomunikasi/presentasi.55

3) Sarana Prasarana PLPG

Ketentuan dalam buku 4 Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG disebutkan bahwa Pelaksanaan PLPG bertempat di LPTK atau kabupeten/kota dengan memperhatikan representatif dan konduksi serta nyaman untuk proses pembelajaran.56

Sarana dan prasarana untuk digunakan para guru yang sedang mengikuti PLPG sediakan LPTK pada tiap-tiap rayon/daerah. dan harus memenuhi kriteria standar yang telah ditentukan. Paling tidak mencakup keterjangkauan lokasi dan kenyamanan peserta PLPG, kelengkapan dan bias dimanfaatkan dalam menunjang terlaksananya kegiatan PLPG serta dapat mendukung dalam meningkatkan intensitas pembelajaran pada pelaksanaan kegiatan PLPG tersebut.

54

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal.

55

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 122

56

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 122


(47)

4) Penentuan Rombongan Belajar

Ketentuan dalam buku 4 Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG disebutkan bahwa penentuan rombongan belajar PLPG ditentukan dengan cara antara lain:

a) Satu bidang keahlian atau mata pelajaran

b) Dalam kondisi tertentu rombongan belajar dapat dilakukan berdasarkan satu bidang keahlian yang serumpun

c) Rombongan belajar maksimal 30 orang peserta.57

5) Media Pembelajaran

Ketentuan dalam buku 4 Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG disebutkan bahwa dalam proses pembelajaran instruktur menggunakan multi media dan multi metode yang berbasis pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAIKEM).58

Media pembelajaran yang disiapkan LPTK biasanya disesuaikan dengan jenis pelatihan yang digunakan, banyaknya peserta pelatihan, kapasitas ruang serta masing-masing kelompok bidang studi pelatihan tersebut. Karena setiap kelompok mata pelajaran biasanya memiliki kebutuhan media yang berbeda.

6) Pelaksanaan PLPG

Ketentuan dalam buku 4 Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG disebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar dalam PLPG ditentukan berdasarkan:

a) PLPG dilaksanakan 9 hari atau bobot 90 jam pertemuan b) Alokasi waktu 30 JP teori dan 60 JP praktek

c) Satu JP setara dengan 50 menit d) Pretest

e) Pelaksanaan pembelajaran f) posttest

g) dan peer teaching.59

57

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 123

58

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 123

59

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 124


(48)

7) Sistem Evaluasi PLPG

Untuk menilai sejauh mana tingkat efektifitas kegiatan PLPG, sebagai bentuk evaluasi program kegiatan PLPG dilakukan dengan cara memberikan ujian bagi perserta PLPG yang mencakup ujian tulis dan ujian kinerja/praktik. Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan pedagogik, ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini juga bisa dinilai selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi kegiatan PLPG selain dapat dilakukan oleh instruktur juga dapat dilakukan oleh teman sejawat yang juga merupakan peserta kegiatan PLPG.60

Karakter peserta diklat PLPG dievaluasi teman sejawat dalam butir-butir berikut:

a) Kedisiplinan (ketaatan mengikuti tatatertib). b) Penampilan (kerapian dan kewajaran). c) Kesantunan berperilaku.

d) Kemampuan bekerjasama. e) Kemampuan berkomunikasi. f) Komitmen.

g) Keteladanan. h) Semangat. i) Empati.

j) Tanggung Jawab.61

Kesepuluh butir diats diharapkan sudah cukup untuk mewakili dalam penilaian karakter para peserta PLPG, dan dengan diberdayakannya teman sejawat dalam memberikan penilaian terkait butir-butir diatas diharapkan saling adanya penilaian objektif para peserta pelatihan. Karena mereka yang secara langsung bertatap muka dan melihat sikap atau segala tindakan-tindakan yang dilakukan selama kegiatan PLPG tersebut.

60

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal. 12

61

Buku. 4, Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rambu-rambu Pelaksanaan PLPG, (DIKTI KEMENDIKNAS. 2011) hal. 34-35


(49)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Siti Chairiah dengan lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang

Banten. Mengenai “Efektifitas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam

Menunjang Profesionalisme Guru”. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa peran PLPG cukup efektif dalam menunjang profesionalisme guru dengan rentang nilai 78.35-89.65. PLPG juga dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru bagi para guru serta memberikan motivasi dalam penerapan model pembelajaran, berbagi informasi dan pengalaman baru dalam mengentaskan persoalan serta merencanakan pembelajaran.62

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gufran, dkk dengan lokasi penelitian di propinsi NTB Mengenai “Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang

Kejuruan”. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kurikulum yang

diterapkan pada pelaksanaan PLPG relevan dengan kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bidang ilmu dan tugas guru di sekolah, kualitas instruktur baik, sarana-prasarana mendukung, pelaksanaan PLPG memenuhi kriteria, penentuan rombongan belajar sesuai bidang keahlian, proses pembelajaran berjalan sesuai proses baku yang telah ditetapkan, dan kegiatan evaluasi masuk dalam kategori baik. Tetapi dalam penelitian ini ditemukan sedikit kekurangan dalam hal ketersediaan, kualitas dan strategi pemanfaatan media pembelajaran yang dianggap para peserta kegiatan PLPG terbilang masih kurang optimal namun akan tetap terus di perbaiki oleh penyelenggara LPTK dan pihak-pihak terkait.63

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan kegiatan dalam pendidikan yang paling menentukan pembentukan output pendidikan, baik buruknya citra dan lulusan

62

Siti Chairiah, Efektifitas Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Menunjang Profesionalisme Guru, (Ciputat: SKRIPSI FITK UIN JKT, 2010) hal. 54

63

Gufran, dkk, Pelaksanaan PLPG Sebagai Wahana Pengembangan dan Audit Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Bidang Kejuruan, (Malang: Jurnal Teknologi dan Kejuruan UNM, Vol. 34, No. 2, September 2011) hal. 125-126


(50)

lembaga pendidikan ditentukan dari mutu guru dalam pelaksanaan pembelajaran, maka upaya peningkatan mutu pembelajran harus terus dilakukan diantaranya dengan mengikuti kegiatan pelatihan.

Pendidikan dan latihan perofesi guru merupakan kegiatan terstruktur yang telah dikemas oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran guru. Untuk memenuhi semua itu pemerintah telah membuat ketentuan dan persiapan mendalam yang berkaitan dengan kurikulum, instruktur, sarana prasarana, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan PLPG sebaik mungkin, dengan harapan setelah mengikuti kegiatan ini guru dapat memberikan yang terbaik dalam pengabdiannya sebagai pendidik professional sebagaimana yang diharapkan.

Kegiatan pendidikan dan latihan profesi guru sangat berperan dalam menentukan peningkatan mutu pembelajaran guru, karena capaian dalam kegiatan ini guru yang menjadi peserta pelatihan dituntut untuk mampu merencanakan pembelajaran, membuka dan menutup pelajaran, menguasai bahan ajar, mengelola kelas, mendiagnosis tingkah laku siswa, menyampaikan materi, dan mengevaluasi hasil belajar secara efektif. Karena mutu pembelajaran guru dikatakan baik apabila seorang guru mampu melaksanakan proses pembelejaran secara efektif.

Gambar 2.1 Skema Penelitian

Variabel X

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru

Variabel Y Mutu Pembelajaran 1. Kurikulum plpg memperhatikan

kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial

2. Instruktur plpg memiliki kualifikasi S2, terampil dan berpengalaman dibidang yang relevan

3. Sarana prasarana menunjang efektifitas pelaksanaan plpg

4. Guru secara aktif dan efektif terlibat dalam pelaksanaan plpg 5. Guru memikuti ujian tertulis dan

kinerja untuk mengukur ketercapaian kegiatan plpg

1. Guru mampu merencanakan pembelajaran dengan baik

2. Guru Mampu menguasai bahan pelajaran

3. Guru mampu mengelola kelas 4. Guru mampu melaksanakan

proses pembelajaran secara efektif 5. Guru mampu mengevaluasi hasil


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)