Metode Pengumpulan Data Kesimpulan Saran

45

3.7. Jenis Data

Peneliti menggunakan dua jenis data dalam melakukan penelitian ini yaitu: 1. Data Primer Primary Data yaitu “data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan yang dapat berupa interviu, observasi” Situmorang dan Lutfi, 2014:3. Peneliti dalam hal ini mendapatkan data melalui wawancara dengan pihak perusahaan, menyebar kuesioner, serta melakukan observasi mengenai keadaan perusahaan secara langsung. 2. Data Sekunder Secondary Data yaitu “ data yang diperoleh dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi” Situmorang dan Lutfi, 2014:3. Peneliti mendapatkan data langsung dari perusahaan untuk kemudian diolah sesuai kebutuhan penelitian.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dengan cara meninjau, membaca, atau mempelajari dokumen-dokumen, buku, jurnal, internet maupun penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk dijadikan referensi penelitian. Universitas Sumatera Utara 46 2. Wawancara Penulis melakukan komunikasi langsung dengan karyawan maupun pihak- pihak terkait untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan bidang yang diteliti. 3. Kuesioner Kuesioner merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan atau pernyataan tersebut, kemudian jawaban dari pertanyaan tersebut ditentukan skornya dengan menggunakan skala. 3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas “Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu alat pengukur dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” Situmorang dan Lutfi, 2014:86. Uji validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya, dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Dalam hal ini digunakan beberapa butir pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas diberikan kepada 30 orang responden diluar dari responden penelitian, dan dilakukan di PT. Pos Indonesia Jl. Prof. HM. Yani No. 44, Medan. Universitas Sumatera Utara 47 Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows dengan kriteria sebagai berikut : 1. Jika nilai r hitung r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. 2. Jika nilai r hitung r tabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Q1 0,603 0, 361 Valid Q2 0,409 0, 361 Valid Q3 0,501 0, 361 Valid Q4 0,56 0, 361 Valid Q5 0,536 0, 361 Valid Q6 0,469 0, 361 Valid Q7 0,525 0, 361 Valid Q8 0,745 0, 361 Valid Q9 0,634 0, 361 Valid Q10 0,751 0, 361 Valid Q11 0,534 0, 361 Valid Q12 0,453 0, 361 Valid Q13 0,646 0, 361 Valid Q14 0,751 0, 361 Valid Q15 0,729 0, 361 Valid Q16 0,586 0, 361 Valid Q17 0,751 0, 361 Valid Q18 0,487 0, 361 Valid Q19 0,578 0, 361 Valid Q20 0,479 0, 361 Valid Q21 0,425 0, 361 Valid Q22 0,563 0, 361 Valid Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Menurut Situmorang 2014:89 sebagian pendapat menggunakan tehnik alpha dalam SPSS untuk melihat nilai validitas. Jika sampel yang digunakan 30 Universitas Sumatera Utara 48 dengan tingkat signifikansi 5, maka nilai r tabel sebesar 0,361. Untuk itu itu nilai r hitung pada Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan tabel r 0,361 . jika Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari 0,361 maka butir tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan Tabel 3.4 di atas, terlihat bahwa nilai r hitung untuk seluruh butir pernyataan lebih besar dari nilai r tabel 0,361, maka seluruh butiritem pernyataan dinyatakan valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah “indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan” Situmorang dan Lutfi, 2014:89. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan kepada 30 orang responden diluar dari responden penelitian, dan dilakukan di PT. Pos Indonesia Jl. Prof. HM. Yani No. 44, Medan. Menurut Situmorang dan Lutfi, 2014:92 suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Kriteria Penilaian Cronbach’s Alpha 0.80 Reliabilitas sangat baik 0,70 Cronbach’s Alpha 0,80 Reliabilitas baik Cronbach’s Alpha 0,70 Reliabilitas kurang meyakinkan Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items ,912 22 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.912. Maka berdasarkan kriteria pengujian reliabilitas pada tabel 3.5 nilai tersebut termasuk dalam reliabilitas sangat baik, sehingga seluruh itembutir pernyataan dinyatakan reliabel. 3.10. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini, untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik, artinya apakah data bisa memakai analisis regresi linear berganda atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak semua data dapat diterapkan regresi. Jika hasil regresi telah memenuhi asumsi-asumsi regresi maka nilai estimasi yang diperoleh akan bersifat BLUE Best, Linear, Unbiased, Estimator. BLUE adalah asumsi yang dikembangkan oleh Gauss dan Markov, yang kemudian teori tersebut dikenal dengan sebutan Gauss-Markov Theorem Situmorang dan Lufti, 2014:114. Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square OLS. Jadi Universitas Sumatera Utara 50 analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional. Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari, uji normalitas, uji heteroskedastitas, dan uji multikoliniearitas.

3.10.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah didalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid Ghozali, 2013:160. Untuk memastikan data berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorov Smirnov K-S. Uji K-S dapat dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut: H : Data residual berdistribusi normal H 1 : Data residual tidak berdistribusi normal

3.10.2. Uji Heteroskedastitas

Uji heteroskedastitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastitas, yaitu keadaan ketika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka Universitas Sumatera Utara 51 disebut homoskedastitas dan jika berbeda disebut heteroskedastitas Ghozali, 2013:139. Uji heterosledastitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot yaitu dengan cara melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu SRESID dengan residualnya ZPRED. Deteksi ada tidaknya heteroskedastitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-Studentized. Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastitas Ghozali, 2013:109.

3.10.3. Uji Multikolinearitas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikoliniearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika besaran korelasi matrik antara variabel independen 0,90, nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Universitas Sumatera Utara 52 3.11. Teknik Analisis Data 3.11.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif yakni analisis tentang karakteristik suatu keadaan dari objek yang diteliti. Analisis ini mengemukakan data-data responden seperti karakteristik responden. Data yang telah dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang akan dibahas. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang diisi oleh sejumlah responden penelitian.

3.11.2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisa regresi dilakukan bila hubungan dua variabel atau lebih berupa hubungan kausal atau fungsional. Regresi linier berganda ditujukan untuk mennetukan hubungan linier antara beberapa variabel bebas yang biasa disebut X1, X2, X3, dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda yang menggunakan persamaan: Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e Keterangan: Y = Turnover intention a = Konstanta b 1 -b 2 -b 3 = Koefisien regresi berganda X 1 = Lingkungan kerja Universitas Sumatera Utara 53 X 2 = Stres kerja X 3 = Karakteristik Individu e = Standar error Tabel 3.7 Hubungan antar Variabel Nilai Interprestasi 0.0 - 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 - 0.39 Tidak Erat 0.4 - 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat Sumber : Situmorang Muslich 2014 3.11.4. Pengujian Hipotesis 3.11.4.1. Uji Simultan Uji F Uji simultan uji secara serentak dilakukan untuk menguji apakah variabel independen X 1 , X 2 , X 3 secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen Y. Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. H0 : � 1 = � 2 = � 3 =0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas � 1 , � 2 , ��� � 3 yaitu berupa lingkungan kerja, stres kerja, dan karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar sebagai variabel terikat Y. Universitas Sumatera Utara 53 H1 : � 1 ≠ � 2 ≠� 3 ≠0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas � 1 , � 2 , ��� � 3 yaitu berupa lingkungan kerja, stres kerja, dan karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar sebagai variabel terikat Y. Kriteria pengambilan keputusan : H0 diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 dengan tingkat kepercayaan 95 H1 diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 dengan tingkat kepercayaan 95

3.11.4.2. Uji Parsial Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas seperti lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu turnover intention. Penelitian dilakukan dengan signifikansi sebesar 5 atau 0,5. Dengan bentuk pengujian sebagai berikut: H0 : � 1 = � 2 = � 3 =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas � 1 , � 2 , ��� � 3 yaitu berupa lingkungan kerja, stres kerja, dan karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar sebagai variabel terikat Y. H0 : � 1 ≠ � 2 ≠� 3 ≠0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas � 1 , � 2 , ��� � 3 yaitu berupa lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar sebagai variabel terikat Y. Universitas Sumatera Utara 53 Kriteria pengambilan keputusan : � diterima bila t hitung t tabel pada α = 5 � 1 diterima bila t hitung t tabel pada α = 5

3.11.4.3. Uji Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen X 1 , X 2 , X 3 terhadap variasi naik turunnya variabel dependen secara bersama-sama. Maka dihitung koefisien determinasi Kd dengan asumsi dasar faktor-faktor lain diluar variabel dianggap konstan atau tetap. Universitas Sumatera Utara 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantor Pos pertama didirikan di Batavia sekarang Jakarta oleh Gubernur Jendral G. W. Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan Pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik. Setelah Kantor Pos Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantor Pos Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute Perjalanan Pos kala itu ialah Karawang, Cirebon dan Pekalongan. Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT Post, Telegraph dan Telephone. Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi PN Universitas Sumatera Utara 57 Postel. Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro PN Pos dan Giro, dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia Persero. Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu menunjukkan kreatifitasnya dalam pengembangan bidang perposan Indonesia dengan memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen kotakabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen kelurahandesa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki 3.700 Kantorpos online, serta dilengkapi elektronic mobile pos di beberapa kota besar. Semua titik merupakan rantai yang terhubung satu sama lain secara solid terintegrasi. Sistem Kode Pos diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos dimana tiap jengkal daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat.

4.1.1.1. Visi Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan Menjadi Perusahaan pos terpercaya Universitas Sumatera Utara 58 2. Misi Perusahaan a. Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan layanan yang selalu tepat waktu dan nilai terbaik b. Berkomitmen kepada karyawan untuk memberikan iklim kerja yang aman, nyaman dan menghargai kontribusi c. Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan hasil usaha yang menguntungkan dan terus bertumbuh d. Berkomitmen untuk berkontribusi positif kepada masyarakat e. Berkomitmen untuk berperilaku transparan dan terpercaya kepada seluruh pemangku kepentingan 3. Motto Perusahaan Terus Bergerak Maju Move On a Vision : to be a trusted postal services company Move On dijabarkan dalam : b Action : Operational effectiveness, cost efficiency, overwhelming challenge, increase revenue c Passion : Champion Postal Company in the Region d Collaboration : Merger acquisition

4.1.1.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur organisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang Universitas Sumatera Utara 59 dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada struktur organisasi perusahaan sehingga para karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugasnya, dari mana ia mendapatkan perintah, dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar Sumber: PT. Pos Indonesia Pematangsiantar

4.1.1.3. AsasPrinsip Peraturan Disiplin

1 Asas Legalitas, yaitu karyawan hanya dapat dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan perbuatan yang melanggar peraturan disiplin yang telah ada dan berlaku sebelum perubahan peraturan disiplin ditetapkan. Apabila terjadi perubahan peraturan disiplin setelah pelanggaran dilakukan, maka pelaku dikenakan hukuman disiplin yang paling menguntungkan baginya. Kepala Kantor Man. Solusi Teknologi Man. Pelayanan Pelayanan Luar Man. SDM Sarana IT Support Man. Audit Man. Akuntansi Man. Keuangan Man. Proses Antaran Universitas Sumatera Utara 60 2 Non Discrimination, yaitu hukuman disiplin yang dijatuhkan tidak boleh berdasarkan pada perbedaan ras race, asal usul of origin, agama religion maupun keyakinan creed, jenis kelamin sex dan warna kulit colour. 3 Equality Before the Law, yaitu setiap karyawan harus diperlakukan sama di depan hukum. Hal ini berarti dalam proses penerapan peraturan disiplin harus dilakukan dengan adil, transparan tanpa membedakan grade, jabatan, kelompok jabatan, status sosial maupun keturunan, ikatan darahketerkaitan keluargakerabat karaywan. 4 Presumption of Innocent, yaitu setiap karyawan yang dalam menjalani proses pemeriksaan karena diduga melakukan pelanggaran peraturan disiplin tidak boleh dianggap, dinyatakan telah bersalah kecuali dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan sebagaimana tertuang dalam surat keputusan hukuman disiplin yang diterbitkan oleh Pejabat yang Berwenang Menghukum. 5 Melindungi kepentingan Perusahaan dan kepentingan karyawan secara keseluruhan. 6 Dalam rangka penegakan hukum yang adil dan berkepastian hukum, penerapan peraturan disiplinharus mempertimbangkan motif pelanggaran peraturan disiplin selain modus operandi. 7 Karyawan dikualifikasikan sebagai pelaku pelanggaran disiplin adalah karyawan yang melakukan, menyuruh melakukan, turut melakukan dan atau membantu melakukan perbuatan pelanggaran disiplin. Universitas Sumatera Utara 61 8 Karyawan yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadapnya hanya dikenakan satu jenis hukuman disiplin yang paling berat. 9 Hukuman disiplin tidak dapat dikenakan kepada karyawan yang melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan suatu perintah jabatan dengan itikad baik telah diberikan sesuai dengan kewenangannya dan pelaksanaannya perintah jabatan tersebut terletak di dalam ruang lingkup pekerjaannya dan sesuai dengan prosedur operasi baku Perusahaan. 10 Nebis in Idem, yaitu karyawan tidak akan dijatuhi hukuman disiplin lebih dari satu kali atas satu perbuatan pelanggaran disiplin setelah ada keputusan jabatan yang berwenang menghukum.

4.1.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan mendeskripsikan data karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa bekerja, serta status perkawinan. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. 4.1.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden Dari kuesioner yang disebarkan diperoleh gambaran umum mengenai karakteristik responden. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: Universitas Sumatera Utara 62 Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia tahun Jumlah Orang Persentase 21-30 6 15,0 31-40 16 40,0 41-50 18 45,0 Total 40 100 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan usia didominasi oleh karyawan berusia 41-50 tahun dari keseluruhan jumlah pegawai 40 orang atau mencapai 45, hal ini dikarenakan pegawai dengan usia tersebut dinilai telah lama di perusahaan sehingga mengurangi tingkat keinginan keluar dari perusahaan. Semakin tinggi usia karyawan, maka akan semakin matang karyawan dalam memutuskan sesuatu. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Orang Persentase Laki-Laki 26 65,0 Perempuan 14 35,0 Total 40 100 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh pegawai laki-laki sebanyak 26 orang atau 65, Universitas Sumatera Utara 63 sedangkan pegawai perempuan sebanyak 14 orang atau 35. Pegawai perempuan cenderung lebih rapi, teliti, dan sabar dalam menyelesaikan pekerjaan dibandingkan laki-laki. Namun pegawai laki-laki dinilai dapat bekerja dengan lebih profesional dan tidak melibatkan emosi atau maslaah pribadi dalam pekerjaan. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Orang Persentase SMP SMA 22 27,5 DIII 12 30,0 S1 6 42,5 S2 Total 40 100 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA adalah yang paling dominan berjumlah 22 orang atau 27,5. Dari data dapat disimpulkan bahwa PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar banyak memiliki karyawan berpendidikan SMA namun memiliki pengalaman terhadap pekerjaan sehingga memiliki masa kerja yang lama di perusahaan tersebut. Jenis pekerjaan yang monoton juga membuat karyawan berpendidikan tinggi lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang tidak monoton. Universitas Sumatera Utara 64 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Bekerja Masa Bekerja tahun Jumlah Orang Persentase 1-5 11 27,5 5-10 12 30,0 10 17 42,5 Total 40 100 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan masa bekerja dominan 10 tahun dengan persentase 42,5, diikuti dengan responden dengan masa bekerja 5-10 tahun dengan persentase 30 dan terakhir 1- 5 tahun dengan persentase 27,5. Tabel menunjukkan bahwa dominan karyawan sudah lama bekerja di perusahaan dan berpengalaman. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Jumlah Orang Persentase Menikah 34 85,0 Belum Menikah 6 15,0 Total 40 100 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Tabel 4.5 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status perkawinan, dimana 34 orang sudah menikah dengan persentase 85, sedangkan pegawai yang belum menikah hanya berjumlah 6 orang atau 15. Universitas Sumatera Utara 65

4.1.2.2. Deskripsi Frekuensi Jawaban Responden

Berikut hasil analisis deskriptif frekuensi jawaban responden: Tabel 4.6 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Lingkungan Kerja X 1 No Pertanyaan STS TS N S SS Total Rata -rata F F F F F F 1 Penerangan lampu yang baik 4 10 10 25 10 25 13 32,5 3 7,5 40 100 3,03 2 Pewarnaan ruangan kantor yang bagus 0 0 3 7,5 12 30 23 57,5 2 5 40 100 3,67 3 Tidak ada suara bising 0 0 2 5 17 42,5 18 45 3 7,5 40 100 3,55 4 Ruangan kerja tertata dengan rapi 0 0 2 5 15 37,5 19 47,5 4 10 40 100 3,63 5 Hubungan yang baik dengan rekan kerja 0 0 3 7,5 10 25 25 62,5 2 5 40 100 3,65 6 Hubungan dengan atasan baik 0 0 2 5 16 40 20 50 2 5 40 100 3,55 7 Bekerja sama dengan baik terhadap bawahan 0 0 3 7,5 13 32,5 22 55 2 5 40 100 3,57 Total Rata-Rata 3,52 Sumber:Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju, TS : Tidak Setuju, N : Netral, S : Setuju, SS: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang bervariasi untuk setiap butir pertanyaan yaitu: 1. Untuk pernyataan “Penerangan lampu yang baik” mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa penerangan yang Universitas Sumatera Utara 66 berada di Kantor pos belum baik dan membuat karyawan tidak betah dan tidak nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Akan tetapi ada responden yang menjawab setuju, dikarenakan masih ada pegawai yang merasa bahwa penerangan lampu sudah cukup memadai dan tidak akan mengganggu karyawan dalam melakukan pekerjaan. 2. Untuk pernyataan “Pewarnaan ruangan kantor yang bagus” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan pegawai merasakan bahwa pewarnaan kantor sudah bagus. Pewarnaan satu ruangan dengan ruangan lain pun sama. Akan tetapi sedikit dari responden yang menjawab tidak setuju, karena menurut pegawai ada beberapa bagian cat di dinding yang sudah terkelupas sehingga pewarnaan sudah pudar dan tidak sedap dipandang mata. 3. Untuk pernyataan “Tidak ada suara bising” mayoritas responden menjawab setuju, karena selama mereka melakukan pekerjaan ada beberapa suara bising yang terdengar dan dapat mengganggu kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan meskipun letak kantor pos yang berada di jalan utama Pematangsiantar. Akan tetapi ada pegawai yang juga menjawab tidak setuju, hal ini dikarenakan posisi kantor pos yang berada di jalan utama sehingga suara berisik banyak dihasilkan dari kendaraan yang lewat di sekitar kantor. Hal tersebut akan mengurangi kenyamanan pegawai, apalgi ketika menyelesaikan pekerjaan yang banyak. 4. Untuk pernyataan “Ruangan kerja tertata dengan rapi” mayoritas responden menjawab setuju, karena setiap ruangan maupun meja pegawia Universitas Sumatera Utara 67 tertata dengan rapi. Keadaan yang tertata rapi tentunya akan memudahkan pegawai ketika mencari berkas yang diperlukan dan menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja. Akan tetapi, sedikit responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan mereka merasa ada beberapa ruangan yang tidak tertata dengan rapi. 5. Untuk pernyataan “Hubungan yang baik dengan rekan kerja” mayoritas pegawai menyatakan setuju, hal ini dikarenakan setiap pegawai saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi, sedikit responden yang menjawab netral , karena ada kalanya pegawai tidak berinteraksi dengan baik dengan rekannya. 6. Untuk pernyataan “Hubungan dengan atasan baik” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan atasan dapat berinteraksi dengan baik dengan bawahannya maupun memberikan contoh dalam melaksanakan setiap pekerjaan. Akan tetapi, sedikit pegawai menjawab tidak setuju. Hal ini karena masih ada pegawai yang merasa tidak dapat berinteraksi dengan dengan atasan. 7. Untuk pernyataan “Bekerja dengan baik terhadap bawahan” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan hubungan timbal balik yang baik terjadi dengan bawahan. Jika hubungan sudah baik, tentunya akan memberikan rasa nyaman selama melakukan pekerjaan di kantor tersebut. Akan tetapi, ada sedikit responden yang menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan ada pegawai yang tidak dapat bekerja sama dengan baik dengan bawahannya. Universitas Sumatera Utara 68 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel lingkungan kerja. Agar lebih mempermudah penilaian rata-rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Rumus yang digunakan menurut Sudjana 2000:47 adalah sebagai berikut : Panjang Kelas Interval = Rentang Banyak Kelas Interval Berdasarkan rumus di atas maka panjang kelas interval adalah : Panjang Kelas Interval = 5 −1 5 = 0,8 Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Lingkungan Kerja X 1 Nilai Keterangan 1,00-1,79 Sangat Rendah 1,80-2,59 Rendah 2,60-3,39 Sedang 3,40-4,19 Tinggi 4,20-5,00 Sangat Tinggi Sumber : Sudjana 2000:47 Pada Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai lingkungan kerja sebesar 3,52 dengan kategori “Tinggi” hal ini menunjukan lingkungan kerja yang terdapat di perusahaan sudah memberikan kenyamanan bagi karyawan. Lingkungan kerja sangat mempengaruhi keadaan emosi seseorang Universitas Sumatera Utara 69 dalam bekerja, lingkungan yang panas tentu mengganggu konsentrasi kerja karyawan sehingga mempengaruhi kondisi fisiologis karyawan. Namun jika lingkungan nyaman tentunya pegawai akan betah dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Tabel 4.8 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Stres Kerja X 2 No Pertanyaan STS TS N S SS Total Rata -rata F F F F F F 8 Tuntutan tugas yang berat 1 2,5 8 20 10 25 8 20 13 32,5 40 100 3,60 9 Sering mengalami sakit kepala 4 10 4 10 8 20 18 45 6 15 40 100 3,45 10 Sering mengalami sakit perut 3 7,5 6 15 19 47,5 12 30 40 100 3,00 11 Merasa cepat marah 2 5 5 12,5 10 25 12 11 27,5 40 100 3,63 12 Gelisah karena harus meyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat 5 12,5 12 30 19 47,5 4 10 40 100 3,55 13 Sering menunda-nunda pekerjaan 2 5 5 12,5 5 12,5 25 62,5 3 7,5 40 100 3,68 14 Fasilitas yang kurang lengkap 3 7,5 6 15 17 42,5 14 35 40 100 3,05 15 Terburu-buru menyelesaikan pekerjaan 1 2,5 1 2,5 12 30 26 65 40 100 3,58 16 Beban kerja yang berlebihan 1 2,5 2 5 14 35 22 55 1 2.5 40 100 3,50 Total Rata-Rata 3,46 Sumber:Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju, TS : Tidak Setuju, N : Netral, S : Setuju, SS: Sangat Setuju Universitas Sumatera Utara 70 Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang bervariasi untuk setiap butir pertanyaan yaitu: 8. Untuk pernyataan “Tuntutan tugas yang berat” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah yang dialami bukan berasal dari tuntutan tugas yang berat dari kantor. Tuntutan tugas yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterampilan karyawan tentunya akan memberikan tekanan sehingga karyawan tidak mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. 9. Untuk pernyataan “Sering mengalami sakit kepala” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan mayotitas responden mengalami gangguan fisik jika belum mengeyelsaikan pekerjaan. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab tidak setuju, hal ini dikarenakan pegawai tidak akan merasa stres apabila belum menyelesaikan pekerjaan sedangkan rekan kerjanya telah menyelesaikan pekerjaan yang sama. 10. Untuk pernyataan “Sering mengalami sakit perut” mayoritas responden menjawab netral dan tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa pegawai tidak akan merakan gejala fisiologis seperti sakit perut apabila mendapatkan pekerjaan yang terlalu banyak. Akan tetapi sedikit responden yang menjawab setuju, karena ada juga pegawai yang merasakan gangguan fisiologis jika mendapat pekerjaan atau tugas yang terlalu banyak. 11. Untuk pernyataan “Merasa cepat marah” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa responden merasa pekerjaan yang Universitas Sumatera Utara 71 diberikan terlalu banyak dan atasan yang selalu memaksa pekerjaan harus cepat selesai sehingga membuat responden menjadi cepat marah dalam menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi ada responden yang menjawab netral, hal ini menunjukkan responden tidak merasakan stres di dalam menyelesaikan pekerjaan karena responden tidak merasa cepat marah dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya, karena untuk menyelesaikan pekerjaan dibutuhkan ketenangan dan ketelitian sehingga apabila cepat marah maka pekerjaan tidak terselesaikan dengan benar. 12. Untuk pernyataan “Gelisah karena harus menyelsaikan pekerjaan dalam waktu singkat” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju bahwa mereka merasa gelisah dalam menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat, hal ini dikarenakan pekerjaan yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sementara jam kerja yang dimiliki terbatas. Akan tetapi sebagian responden menjawab tidak setuju, hal ini karena mereka merasa pekerjaan yang diberikan tidak sulit untuk dilakukan dan mudah untuk dipelajari. 13. Untuk pernyataan “Sering menunda-nunda pekerjaan” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan responden merasa bahwa banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan kurang memahami dalam menyelesaikannya. Untuk itu responden masih menunda-nunda pekerjaannya. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab tidak Universitas Sumatera Utara 72 setuju, karena mereka segera menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang telah diberikan oleh kantor. 14. Untuk pernyataan “Fasilitas kurang lengkap” mayoritas responden menjawab kurang setuju, hal ini dikarenakan responden telah mendapat fasilitas yang lengkap untuk menyelesaikan pekerjaannya dan membuat pekerjaan lebih cepat untuk diselesaikan. Akan tetapi sedikit responden yang menjawab setuju, hal ini dikarenakan responden merasa fasilitas yang disediakan belum cukup untuk membantu menyelesaikan tugas dengan maksimal sehingga membuat responden kurang bersemangat, apabila karyawan tidak semangat bekerja maka kepuasan kerjanya akan menurun dan menimbulkan keinginan untuk keluar dari perusahaan tersebut. 15. Untuk pernyataan “Terburu-buru menyelesaikan pekerjaan” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan responden harus menyelesaikan banyak pekerjaan sehingga terburu-buru. Waktu yang diberikan terkadang juga sedikit, sehingga akan lebih membutuhkan usaha lebih untuk menyelesaikan pekerjaan. Akan tetapi sedikit responden menjawab tidak setuju, karena responden menguasai setiap tugas yang diberikan dan tidak perlu terburu-buru dalam menyelesaikannya. 16. Untuk pernyataan “Beban kerja yang berlebihan” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa beban kerja yang berlebihan yang dibebankan kepada responden menimbulkan stres dalam bekerja yang ditunjukkan dari rasa cepat mengeluh terhadap tugas yang dikerjakan Universitas Sumatera Utara 73 karena beban pekerjaan yang banyak. Akan tetapi terdapat sebagian kecil responden menjawab sangat tidak setuju, karena responden merasa pekerjaan yang diberikan kepada mereka tidak berlebihan sehingga tidak membuat mereka cepat mengeluh. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel lingkungan kerja. Agar lebih mempermudah penilaian rata-rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Rumus yang digunakan menurut Sudjana 2000:47 adalah sebagai berikut : Panjang Kelas Interval = Rentang Banyak Kelas Interval Berdasarkan rumus di atas maka panjang kelas interval adalah : Panjang Kelas Interval = 5 −1 5 = 0,8 Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut : Tabel 4.9 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Stres Kerja X 2 Nilai Keterangan 1,00-1,79 Sangat Rendah 1,80-2,59 Rendah 2,60-3,39 Sedang 3,40-4,19 Tinggi 4,20-5,00 Sangat Tinggi Sumber : Sudjana 2000:47 Universitas Sumatera Utara 74 Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai stres kerja sebesar 3,46 yang artinya bahwa tingkat stres kerja yang dialami karyawan wanita “Tinggi”. Stres dalam bekerja bisa timbul dari berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, dan lingkungan pekerjaan baik fisik maupun non fisik. Stres kerja dapat terjadi karena ketidakmampuan diri untuk menjalani beberapa pekerjaan yang tidak sesuai kemampuan sehingga menyebabkan konflik yang berpengaruh pada emosi seseorang saat bekerja. Stres kerja itu sendiri dapat membuat pegawai tidak nyaman dan tidak betah selama menyelesaikan pekerjaannya dan pada akhirnya akan menimbulkan niat untuk keluar dari perusahaan. Tabel 4.10 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Turnover Y No Pertanyaan STS TS N S SS Total Rata -rata F F F F F F 17 Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 2,5 12 30 3 7,5 24 60 40 100 3,25 18 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 2,5 19 47,5 10 25 10 25 40 100 2,73 19 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 5 12,5 10 25 10 25 10 25 5 12,5 40 100 3,50 20 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan lain 1 2,5 16 40 2 5 21 52,5 0 40 100 3,08 21 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan 1 2,5 10 25 13 32,5 16 40 40 100 3,10 Universitas Sumatera Utara 75 lain 22 Menerima pekerjaan lain 11 27,5 13 32,5 16 40 40 100 3,13 Total Rata-Rata 3,14 Sumber:Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju, TS : Tidak Setuju, N : Netral, S : Setuju, SS: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa responden memberikan jawaban yang bervariasi untuk setiap butir pertanyaan yaitu: 17. Untuk pernyataan “Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan responden mempunyai pemikiran untuk keluar dari pekerjaan mereka. Hal ini bisa saja dipengaruhi lingkungan kerja, stres kerja maupun karakteristik individu dari setiap responden. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab tidak setuju, karena ada juga responden yang sudah merasa nyaman dengan pekerjaannya saat ini dan tidak ada niat untuk keluar dari perusahaan. 18. Untuk pernyataan “Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan” mayoritas responden menjawab kurang setuju, artinya responden masih merasa nyaman dengan kebijakan perusahaan yang telah diberikan selama ini dan bekerja di kantor dengan perasaan yang nyaman. Akan tetapi ada responden yang menjawab setuju, menunjukkan bahwa ada responden yang merasa kebijakan perusahaan belum bisa mencapai kesejahteraan Universitas Sumatera Utara 76 pegawai. bisa saja dari lingkungan kerja yang belum maksimal maupun beban kerja yang belum sesuai dengan kemampuan pegawainya. 19. Untuk pernyataan “Rencana untuk mencari pekerjaan lain” mayoritas responden menjawab tidak setuju, hal ini karena responden telah nyaman dan tidak ingin repot mencari pekerjaan lain. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab sangat tidak setuju, hal ini dikarenakan banyak responden yang sudah lama bekerja di kantor pos dan sudah nyaman dengan pekerjaan mereka saat ini. Sehingga tidak ada niatan untuk mencari pekerjaan lain. 20. Untuk pernyataan “Memperoleh informasi mengenai pekerjaan lain” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa banyak informasi mengenai pekerjaan lain yang bisa didapat oleh responden. Karena di era digital seperti sekarang, informasi bisa datang darimana saja. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab tidak setuju, artinya responden tidak mendapat informasi mengenai pekerjaan lain. 21. Untuk pernyataan “ Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan lain” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan responden masih ingin mencari peluang di perusahaan lain dan juga merasakan jenis pekerjaan yang lain. Akan tetapi ada sedikit responden yang menjawab sangat tidak setuju, karena responden sudah nyaman dengan pekerjaannya saat ini. 22. Untuk pernyataan “Menerima pekerjaan lain” mayoritas responden menjawab setuju, hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk keluar dari responden. Hal ini tentunya berkaitan dengan kenyamanan responden di perusahaan tersebut, yang berasal dari lingkungan kerja, beban pekerjaan. Namun ada responden yang Universitas Sumatera Utara 77 kurang setuju, karena responden sudah tidak ingin memulai pekerjaan lain karena sudah merasa nyaman dan usia yang sudah tidak memungkinkan untuk memulai pekerjaan lain. Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui rata-rata jawaban responden terhadap variabel lingkungan kerja. Agar lebih mempermudah penilaian rata-rata tersebut, maka perlu dibuat interval. Rumus yang digunakan menurut Sudjana 2000:47 adalah sebagai berikut : Panjang Kelas Interval = Rentang Banyak Kelas Interval Berdasarkan rumus di atas maka panjang kelas interval adalah : Panjang Kelas Interval = 5 −1 5 = 0,8 Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Turnover Intention Y Nilai Keterangan 1,00-1,79 Sangat Rendah 1,80-2,59 Rendah 2,60-3,39 Sedang 3,40-4,19 Tinggi 4,20-5,00 Sangat Tinggi Sumber : Sudjana 2000:47 Universitas Sumatera Utara 78 Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai stres kerja sebesar 3,14 yang artinya bahwa tingkat turnover intention yang dialami termasuk kategori “Sedang”. Keinginan untuk keluar Turnover Intention timbul karena rasa tidak nyaman terhadap pekerjaan itu sendiri yang bisa saja berhubungan dengan lingkungan pekerjaan baik fisik maupun non fisik, beban kerja, maupun karakteristik individu itu sendiri. Pengelolaan yang baik dan memperhatikan kenyamanan dan kesejahteraan pegawai tentunya akan memberi efek positif untuk perusahaan itu sendiri. Pegawai yang merasa nyaman dan betah akan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memberikan hasil maksimal dari setiap pekerjaannya.

4.1.2.3. Crosstab Tabulasi Silang

Tabulasi silang adalah merupakan satu bentuk distribusi frekuensi untuk dua variabel atau lebih. Berikut ini adalah crosstab antara variabel karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar Turnover Intention. Tabel 4.12 Hasil Uji Crosstab Usia dengan Keinginan untuk keluar Pernyataan Jawaban Usia Total 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 1 1 2 2 3 7 12 3 3 12 9 24 4 1 1 1 3 Total 6 16 18 40 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 1 1 2 5 7 7 19 3 5 5 10 4 1 4 5 10 Universitas Sumatera Utara 79 Total 6 16 18 40 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 2 2 6 7 15 3 2 9 4 15 4 2 1 7 10 Total 6 16 18 40 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan di perusahaan lain 1 1 1 2 2 8 1 11 3 1 10 11 4 3 8 6 17 Total 6 16 18 40 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain 1 1 1 2 2 2 5 7 14 3 1 1 1 3 4 3 9 9 21 Total 6 16 18 40 Menerima pekerjaan di perusahaan lain apabila dipinang perusahaan tersebut 2 5 7 12 3 3 6 9 4 6 8 5 19 Total 6 16 18 40 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: 1 : Sangat Tidak Setuju, 2 : Tidak Setuju, 3 : Netral, 4 : Setuju, 5: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa responden yang berusia 41- 50 tahun mayoritas memilih jawaban tidak setuju dan kurang setuju yaitu jika harus menerima pekerjaan lain. Sedangkan yang memilih jawaban setuju adalah responden yang berusia 21-30 tahun. Usia sering dihubungkan dengan kematangan pola pikir seseorang dalam menentukan sesuatu. Semakin tua seseorang maka akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Pekerja muda biasanya memiliki tingkat perpindahan yang tinggi dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dibandingkan yang usianya relatif tua. Universitas Sumatera Utara 80 Tabel 4.13 Hasil Uji Crosstab Jenis Kelamin dengan Keinginan untuk Keluar Pernyataan Jawaban Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 1 1 2 8 4 12 3 15 9 24 4 2 1 3 Total 26 14 40 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 1 1 2 11 8 19 3 8 2 10 4 7 3 10 Total 26 14 40 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 2 10 5 15 3 8 7 15 4 8 2 10 Total 26 14 40 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan di perusahaan lain 1 1 1 2 8 8 16 3 15 6 21 4 2 2 Total 26 14 40 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain 1 2 2 2 8 6 14 3 14 7 21 4 2 1 3 Total 26 14 40 Menerima pekerjaan di perusahaan lain apabila dipinang perusahaan tersebut 2 7 4 11 3 8 7 15 4 11 3 14 Total 26 14 40 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: 1 : Sangat Tidak Setuju, 2 : Tidak Setuju, 3 : Netral, 4 : Setuju, 5: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki berkeinginan untuk menerima pekerjaan di lokasi kerja lainnya. Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat Universitas Sumatera Utara 81 diterima di tempat lain dibandingkan perempuan. Jumlah responden wanita yang memilih jawaban kurang setuju dan tidak setuju mengindikasikan pegawai berjenis kelamin perempuan merasa cocok dan sudah nyaman bekerja di kantor pos. Tabel 4.14 Hasil Uji Crosstab Tingkat Pendidikan dengan Keinginan untuk Keluar Pernyataan Jawaban Tingkat Pendidikan Total SMA DIII S1 Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 1 1 2 8 4 12 3 11 8 5 24 4 3 3 Total 22 12 6 40 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 1 1 2 7 8 4 19 3 7 2 1 10 4 7 2 1 10 Total 22 12 6 40 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 2 9 5 1 15 3 7 5 3 15 4 6 2 2 10 Total 22 12 6 40 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan di perusahaan lain 1 1 1 2 8 7 1 16 3 12 5 4 21 4 2 2 Total 22 12 6 40 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain 1 1 1 2 2 9 4 1 14 3 10 7 4 21 4 3 3 Total 22 12 6 40 Menerima pekerjaan di perusahaan lain apabila dipinang perusahaan tersebut 2 6 4 1 11 3 7 5 3 15 4 9 3 2 14 Total 22 12 6 40 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Universitas Sumatera Utara 82 Keterangan: 1 : Sangat Tidak Setuju, 2 : Tidak Setuju, 3 : Netral, 4 : Setuju, 5: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.14 banyaknya responden yang menjawab setuju untuk menerima pekerjaan lain adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam memutuskan sesuatu. Demikian juga dalam tindakan pemilihan kerja. Tingginya tingkat pendidikan akan menjadi daya tawar tersendiri dalam menentukan tempat kerja yang akan dipilih seseorang. Hal ini juga berhubungan dengan usia dan kondisi tubuh yang masih fit. Responden dengan tingkat pendidikan SMA tentu saja pada saat diterima perusahaan untuk bekerja maish memiliki usia yang masih produktif. Sehingga pegawai ini masih memiliki peluang untuk dapat diterima kerja di lokasi kerja yang lain karena usia mereka yang masih produktif dalam bekerja. Tabel 4.15 Hasil Uji Crosstab Masa Kerja dengan Keinginan untuk Keluar Pernyataan Jawaban Masa Bekerja Total 1-5 tahun 5-10 tahun 10 tahun Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 1 1 2 4 8 12 3 6 10 18 24 4 1 2 3 Total 11 12 17 40 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 1 1 2 8 5 6 19 3 2 2 6 10 4 1 5 4 10 Total 11 12 17 40 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 2 4 3 8 15 3 5 6 4 15 4 2 3 5 10 Universitas Sumatera Utara 83 Total 11 12 17 40 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan di perusahaan lain 1 1 1 2 5 4 7 16 3 5 7 9 21 4 1 1 2 Total 11 12 17 40 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain 1 1 1 2 2 5 4 7 16 3 5 7 9 21 4 1 1 2 Total 11 12 17 40 Menerima pekerjaan di perusahaan lain apabila dipinang perusahaan tersebut 2 3 3 5 11 3 3 3 8 14 4 5 6 4 15 Total 11 12 17 40 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: 1 : Sangat Tidak Setuju, 2 : Tidak Setuju, 3 : Netral, 4 : Setuju, 5: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.15 menujukkan bahwa responden yang setuju untuk menerima pekerjaan dari perusahaan lain adalah responden dengan masa kerja 1-5 tahun dan 5-10 tahun. Sedangkan pegawai dengan masa kerja 10 tahun lebih memilih untuk tetap tinggal di pekerjaan saat ini. Pegawai dengan masa kerja yang sudah lama tentunya sudah beradaptasi dengan baik dengan perusahaan. sudah menimbulkan perasaan nyaman dengan pekerjaan maupun beban kerjanya. Pegawai tersebut juga tentunya akan lebih mempunyai sikap loyal terhadap perusahaan. Sedangkan pegawai dengan masa kerja sedikit masih ingin mencari pekerjaan yang mereka impikan dan dambakan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan keinginan pegawai tersebut. Universitas Sumatera Utara 84 Tabel 4.16 Hasil Uji Crosstab Status Pernikahan dengan Keinginan untuk Keluar Pernyataan Jawaban Status Pernikahan Total Menikah Belum Menikah Mempertimbangkan untuk keluar dari pekerjaan saat ini 1 1 1 2 10 2 12 3 21 3 24 4 2 1 3 Total 34 6 40 Tidak nyaman dengan kebijakan perusahaan 1 1 1 2 14 5 19 3 10 10 4 9 1 10 Total 34 6 40 Rencana untuk mencari pekerjaan lain 2 13 2 15 3 13 2 15 4 8 2 10 Total 34 6 40 Memperoleh informasi mengenai pekerjaan di perusahaan lain 1 1 1 2 14 2 16 3 18 3 21 4 1 1 2 Total 34 6 40 Mempertimbangkan untuk menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan lain 1 2 2 2 12 2 14 3 18 3 21 4 2 1 3 Total 34 6 40 Menerima pekerjaan di perusahaan lain apabila dipinang perusahaan tersebut 2 10 1 11 3 13 2 15 4 11 3 14 Total 34 6 40 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Keterangan: 1 : Sangat Tidak Setuju, 2 : Tidak Setuju, 3 : Netral, 4 : Setuju, 5: Sangat Setuju Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan bahwa pegawai yang sudah menikah cenderung tidak setuju untuk menerima pekerjaan lain dan memilih Universitas Sumatera Utara 85 untuk tetap tinggal di pekerjaan saat ini. Pegawai yang belum menikah memiliki beban psikologis yang lebih kecil dibandingkan pegawai yang sudah menikah. Pegawai yang sudah menikah harus mempertimbangkan beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi rumah tangganya sebelum memutuskan untuk pindah ke lokasi kerja yang lain.

4.1.3. Analisis Uji Asumsi Klasik

Analisis uji asumsi klasik yang digunakan meliputi Uji Normalitas Data, Uji Heteroskedastitas, dan Uji Multikolinieritas.

4.1.3.1. Uji Normalitas Data

a. Pendekatan Histogram Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Dengan Pendekatan Histogram Universitas Sumatera Utara 86 Uji Normalitas Data dengan pendekatan Histogram diatas menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari garis histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga penyebaran datanya telah berdistribusi secara normal. b. Pendekatan Grafik Pendekatan lainnya yang digunakan dalam untuk menguji normalitas data adalah Pendekatan Grafik. Pendekatan Grafik yang digunakan adalah Normality Probability Plot. Berikut adalah hasil Uji Normalitas Data dengan pendekatan Grafik Normality Probability Plot. Sumber : Pengolahan SPSS 2016 Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Dengan Pendekatan Grafik Universitas Sumatera Utara 87 Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa semua data yang ada berdistribusi dengan normal, karena data menyebar membentuk garis lurus diagonal, maka data tersebut memenuhi asumsi normal atau mengikuti garis normalitas. c. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov Selain dengan melihat grafik, normalitas data juga dapat dilihat melalui uji statistik yaitu dengan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov pada alpha sebesar 5. Jika nilai signifikansi dari pengujian Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari 0,05 berarti data normal. Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 40 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation 2,67957956 Most Extreme Differences Absolute ,074 Positive ,074 Negative -,065 Kolmogorov-Smirnov Z ,465 Asymp. Sig. 2-tailed ,982 a. Test distribution is Normal. Universitas Sumatera Utara 88 b. Calculated from data. Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan uji statistik normalitas pada tabel 4.17 di atas menunjukkan Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,465 dan signifikansi pada 0,982 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal.

4.1.3.2. Uji Heteroskedastitas Scatter Plot

a. Pendekatan Grafik Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Gambar 4.4 Hasil Uji Heteroskedastitas Universitas Sumatera Utara 89 Berdasarkan grafik scatter plot yang disajikan, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi Heteroskedastitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai. b. Uji Glejser Tabel 4.18 Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 2,087 ,268 7,794 ,000 Lingkungan Kerja -,027 ,280 -,016 -,096 ,924 Stres Kerja -,191 ,277 -,116 -,689 ,495 Karakteristik Individu -,216 ,285 -,131 -,758 ,453 a. Dependent Variable: absut01 Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Hasil dari tabel 4.18 menunjukkan dengan jelas bahwa tidak satupun variabel independen yang signifikan mempengaruhi variabel dependen absolut Ut absUt. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5, jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara 90

4.1.3.3. Uji Multikolinieritas Tabel 4.19

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 16,625 ,441 37,700 ,000 Lingkungan Kerja -,123 ,461 -,035 -,266 ,792 ,938 1,066 Stres Kerja 2,219 ,456 ,642 4,862 ,000 ,958 1,044 Karakteristik Individu ,370 ,470 ,107 ,787 ,437 ,903 1,108 a. Dependent Variable: Turnover Intention Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Pada Tabel 4.19 terlihat bahwa pada model regresi yang digunakan tidak terlihat adalanya gejala multikolinearitas antar variabel independen. Hal ini dapat diketahui dari nilai tolerance pada kolom ke tujuh diatas, pada kolom tolerance telah sesuai dengan nilai yang disyaratkan yaitu nilai tolerance harus lebih besar dari 0,1 sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.. Selanjutnya dengan melihat nilai VIF Varian Inflation Factor dimana nilai VIF pada kolom ke delapan diatas telah sesuai dengan nilai yang disyaratkan yaitu lebih kecil dari 5. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Universitas Sumatera Utara 91

4.1.4. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 4.20

Perhitungan Koefisien Regresi Linier Beganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 16,625 ,441 37,700 ,000 Lingkungan Kerja -,123 ,461 -,035 -,266 ,792 ,938 1,066 Stres Kerja 2,219 ,456 ,642 4,862 ,000 ,958 1,044 Karakteristik Individu ,370 ,470 ,107 ,787 ,437 ,903 1,108 b. Dependent Variable: Turnover Intention Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan Tabel 4.20 maka hasil analisis regresi linear berganda diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = a + � � � � + � � � � + � � � � + e Y = 16,625 - 0,123 � � + 2,219 � � + 0,370 � � + e Dimana : Y = Turnover Intention Keinginan untuk Keluar X 1 = Lingkungan Kerja X 2 = Stres Kerja Universitas Sumatera Utara 92 X 3 = Karakteristik Individu a = Konstanta e = standard error Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa : 1. Konstanta a = 16,625 menunjukkan nilai konstan, jika nilai variabel bebas Lingkungan Kerja dan Stres Kerja = 0 maka Turnover Intention Keinginan untuk Keluar Y akan sebesar 16,625. 2. Koefisien regresi variabel Lingkungan Kerja sebesar -0,123 menunjukkan bahwa Lingkungan Kerja � 1 bernilai negatif terhadap Turnover Intention Keinginan untuk Keluar Y. Tanda - negatif pada variabel Lingkungan Kerja menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, artinya apabila lingkungan kerja meningkat maka keinginan untuk keluar pegawai PT. Pos akan menurun begitu juga sebaliknya. Angka 0,123 juga mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan variabel lingkungan kerja sebesar satu satuan, maka keinginan untuk keluar pegawai akan turun sebesar 0,123. 3. Koefisien regresi variabel Stres Kerja sebesar 2,219 menunjukkan bahwa Stres Kerja � 2 bernilai positif terhadap Turnover Intention Keinginan untuk Keluar Y. Tanda + positif pada variabel stres kerja menunjukkan hubungan yang searah, artinya semakin sedikit pegawai yang mengalami stres kerja maka keinginan untuk keluar pegawai akan menurun dan semakin banyak pegawai yang mengalami stres kerja maka keinginan untuk keluar juga akan meningkat. Angka 2,219 juga menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara 93 jika terjadi kenaikan variabel stres kerja sebesar satu satuan, maka keinginan untuk keluar pegawai akan naik sebesar 2,219. 4. Koefisien regresi variabel Karakteristik Individu sebesar 0,370 menunjukkan bahwa Karakteristik Individu � 3 bernilai positif terhadap Turnover Intention Keinginan untuk Keluar Y. Tanda + positif pada variabel karakteristik individu menunjukkan hubungan yang searah. Namun hubungan itu juga dapat lebih didalami berdasarkan tabulasi silang yang telah dilakukan. Angka 0,370 juga menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel stres kerja sebesar satu satuan, maka keinginan untuk keluar pegawai akan naik sebesar 0,370. 4.1.5. Pengujian Hipotesis 4.1.5.1. Uji Signifikansi Simultan Uji F Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka digunakan statistik F uji F. Jika F hitung F tabel , maka H diterima atau H a ditolak, sedangkan jika F hitung F tabel, maka H ditolak dan H a diterima. Berdasarkan output dibawah ini terlihat bahwa: Tabel 4.21 Hasil Uji Signifikansi Simultan Uji F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 185,349 3 61,783 7,943 ,000 b Residual 280,026 36 7,778 Universitas Sumatera Utara 94 Total 465,375 39 a. Dependent Variable: Turnover Intention b. Predictors: Constant, Karakteristik Individu, Stres Kerja, Lingkungan Kerja Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan Tabel 4.21 diatas dapat disimpulkan variabel lingkungan kerja, stres kerja, dan karakteristik individu berpengaruh secara bersama-sama atau simultan dan signifikan terhadap turnover intention keinginan untuk keluar. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hitung adalah 7,943 dengan tingkat signifikansi 0,000 0,05 dan diperoleh nilai � ℎ����� � ����� yang diperoleh dengan melihat tabel F dengan menggunakan tingkat keyakinan 95, α = 5, nilai �� 1 = k-13-1, dan �� 2 = n-k= 40-3= 37. maka nilai � ����� adalah sebesar 3,25. Dengan demikian diperoleh nilai � ℎ����� � ����� 7,9433,25. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis maka � � diterima dan � ditolak.

4.1.5.2. Uji Signifikansi Parsial Uji t Tabel 4.22

Hasil Uji Signifikansi Parsial Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 16,625 ,441 37,700 ,000 Lingkungan Kerja -,123 ,461 -,035 -,266 ,792 Stres Kerja 2,219 ,456 ,642 4,862 ,000 Universitas Sumatera Utara 95 Karakteristik Individu ,370 ,470 ,107 ,787 ,437 a. Dependent Variable: Turnover Intention Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan Tabel 4.22 Hasil Uji t diatas, diketahui bahwa: 1 Lingkungan Kerja � 1 Variabel lingkungan kerja memiliki nilai � ℎ����� sebesar -0,266 sedangkan nilai � ����� 1,68. Dengan demikian nilai � ℎ����� −0,266 � ����� 1,68 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,792 0,05. Artinya Lingkungan Kerja � 1 memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap Keinginan untuk Keluar Y. Maka kesimpulannya H diterima dan H 1 ditolak. Artinya, jika variabel lingkungan kerja ditingkatkan tingkat keinginan karyawan untuk keluar tidak akan meningkat sebesar 0,123. 2 Stres Kerja � 2 Variabel stres kerja memiliki nilai � ℎ����� sebesar 4,862 sedangkan nilai � ����� 1,68. Dengan demikian nilai � ℎ����� 4,862 � ����� 1,68 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 0,05. Artinya Stres Kerja � 2 memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Keinginan untuk Keluar Y. Maka kesimpulannya nilai H ditolak dan H 1 diterima. 3 Karakteristik Individu � 3 Variabel karakteristik individu memiliki nilai � ℎ����� sebesar 0,787 sedangkan nilai � ����� 1,68. Dengan demikian nilai � ℎ����� 0,787 � ����� 1,68 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,437 0,05. Artinya Universitas Sumatera Utara 96 Karakteristik Individu � 3 memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Keinginan untuk Keluar Y. Maka kesimpulannya nilai H diterima dan H 1 ditolak.

4.1.5.3. Uji Koefisien Determinasi R

2 Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,631 a ,398 ,348 2,789 a. Predictors: Constant, Karakteristik Individu, Stres Kerja, Lingkungan Kerja b. Dependent Variable: Turnover Intention Sumber: Pengolahan SPSS 2016 Berdasarkan tabel 4.23 diatas dapat disimpulkan bahwa koefisien determinasi yang telah disesuaikan Adjusted R Square adalah sebesar 0,348 atau 34,8 Adjusted R Square berkisar pada angka 1-0, dengan catatan semakin besar angka Adjusted R Square maka akan semakin kuat hubungan dari keempat variabel dan model regresi. a R = 0,631 berarti hubungan antara lingkungan kerja, stres kerja terhadap keinginan untuk keluar sebesar 63,1. Artinya hubungannya erat 0,6- 0,79. Universitas Sumatera Utara 97 Nilai Interprestasi 0.0 - 0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 - 0.39 Tidak Erat 0.4 - 0.59 Cukup Erat

0.6 – 0.79 Erat

0.8 – 0.99 Sangat Erat b R Square sebesar 0,398 berarti 39,8 faktor-faktor keinginan untuk keluar pegawai dijelaskan oleh lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu. Sedangkan selisihnya 60,2 lainnya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini. c Adjusted R Square sebesar 0,348 berarti 34,8 faktor-faktor keinginan untuk keluar pegawai dijelaskan oleh lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu. Sedangkan selisihnya 65,2 lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini, misalnya kepuasan kerja, komitmen organisasi, kompensasi. d Ada dua pilihan di sini, apakah memakai R Square atau Adjusted R Square. Jika variabel lebih dari dua variabel maka yang dipakai adalah Adjusted R Square. Universitas Sumatera Utara 98 4.2. Pembahasan 4.2.1. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Keinginan Untuk Keluar Hasil uji parsial uji t menunjukkan bahwa lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk keluar pegawai PT. Pos Indonesia Pematangsiantar. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan lingkungan kerja terhadap keinginan untuk keluar yang dialami oleh pegawai kantor pos, hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja di kantor pos tidak mampu mempengaruhi keinginan karyawan untuk keluar. Lingkungan kerja yang nyaman pewarnaan ruangan kantor yang sudah bagus, hubungan antar pegawai, atasan maupun bawahan pun sudah berjalan dengan baik sehingga tidak menimbulkan keinginan untuk keluar dari perusahaan. Lingkungan kerja yang nyaman tentunya dambaan bagi setiap karyawan yang bekerja dan mengabdi untuk sebuah perusahaan. Namun untuk kantor pos yang termasuk BUMN, jika lingkungan tidak nyaman penerangan lampu yang belum baik pun tidak akan mempengaruhi karyawan untuk keluar. Kebanggaan karyawan bekerja di perusahaan BUMN tentunya membuat mereka lebih memilih untuk tinggal dan mempertahankan posisinya di kantor tersebut. Apalagi jika perusahaan BUMN tersebut terletak di daerah Pematangsiantar yang termasuk kantor cabang. Tabel 4.7 interpretasi nilai rata-rata jawaban responden, pengaruh tingkat keinginan untuk keluar yang disebabkan oleh faktor lingkungan kerja berada pada Universitas Sumatera Utara 99 level “tinggi”, artinya lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik di dalam perusahaan tidak menimbulkan pengaruh terhadap tinggi atau rendahnya tingkat keinginan untuk keluar pegawai kantor pos, hal ini dikarenakan kantor pos merupakan salah satu BUMN yang ada di Indonesia sehingga keinginan untuk keluar lebih dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu itu dan pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan total rata-rata jawaban responden, dimana nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,67 yaitu ada pada pernyataan “Pewarnaan ruangan kantor yang bagus”. Karena pewarnaan ruangan merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu perusahaan, apabila pewarnaan ruangan sudah baik maka pegawai akan lebih mudah dalam mengerjakan setiap pekerjaannya. Pewarnaan yang baik inilah yang membuat pegawai nyaman sehingga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk keluar pada pegawai PT. Pos Indonesia Pematangsiantar. Semakin baik suasana kerja di suatu perusahaan tentunya akan mengurangi niat pegawai untuk keluar dari perusahaan. Selain suasana kerja, faktor lain yang dapat menekan tingkat keinginan untuk keluar adalah dengan memperhatikan kelengkapan fasilitas untuk membuat pegawai bekerja secara maksimal. Pegawai yang dapat melaksanakan tugas dengan aman, mendapatkan fasilitas yang lengkap, kondisi tempat kerja yang mendukung, hubungan dengan rekan, atasan maupun bawahan yang baik, membuat pegawai dapat bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan fokus pada pekerjaannya saat ini. Sebaliknya, minimnya fasilitas, kondisi dan suasana tempat kerja yang buruk akan Universitas Sumatera Utara 100 meningkatkan keinginan untuk keluar pegawai PT. Pos Indonesia Pematangsiantar. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Khikmawati 2015 yang menyatakan bahwa lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk keluar. Hal ini mengindikasikan lingkungan kerja tidak mampu mempengaruhi karyawan untuk keluar dari perusahaan. hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Harahap 2015 yang mengatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan.

4.2.2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Keinginan Untuk Keluar

Berdasarkan hasil uji secara parsial uji t dapat dilihat secara parsial bahwa stres kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan. Hasil yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi stres kerja maka tingkat keinginan untuk keluar juga semakin tinggi. Stres kerja merupakan suatu keadaan dimana karyawan merasa tertekan atas pekerjaan yang dilakukannya. Stres kerja yang dirasakan karyawan akan semakin meningkat jika perusahaan tidak dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Stres yang semakin tinggi akan membuat karyawan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik. karyawan juga akan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan dan menimbulkan perilaku yang tidak teratur. Hal ini dikarenakan beban kerja yang berlebihan tidak mampu dikerjakan karyawan dengan baik. Karyawan tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan sehingga menyebabkan indikator stres kerja Universitas Sumatera Utara 101 muncul. Stres kerja yang muncul akan mempengaruhi karyawan dan memunculkan niat untuk keluar dari perusahaan dan mencari pekerjaan yang tidak membuat karyawan mengalami stres. Stres kerja dapat mempengaruhi keinginan untuk keluar diukur melalui tiga dimensi yang digunakan, yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Berdasarkan total rata-rata frekuensi jawaban responden tentang stres kerja dimensi gejala fisiologis memiliki rata-rata 3,35, dimensi gejala psikologis memiliki rata-rata 3,62, dan dimensi gejala perilaku memiliki rata-rata 3,38. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga dimensi yang telah diukur faktor yang lebih dominan mempengaruhi keinginan untuk keluar adalah stres kerja-gejala psikologis. Rata-rata jawaban tertinggi dari dimensi psikologis adalah 3,68 yang berupa pernyataan “menunda-nunda pekerjaan”. Hal itu mengindikasikan adanya beban kerja yang membuat karyawan tidak mampu mengerjakannya dan harus menunda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sejalan dengan meningkatnya stres, keinginan untuk keluar juga ikut naik. Karena stres kerja mengganggu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien. Jika stres kerja terlalu tinggi, karyawan akan kehilangan kemampuan untuk fokus terhadap pekerjaannya. Hal itu tentunya mengganggu jalannya produktivitas kantor pos yang bergerak dibidang jasa. Karena karyawan bukan hanya menghadapi beban pekerjaan yang berlebih, namun karyawan juga harus menghadapi maupun melayani pelanggan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 102 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari 2014 yang menyebutkan bahwa stres kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan. Penelitian lainnya yang mendukung hasil penelitian adalah Siagian 2015 yang menyatakan bahwa stres kerja memang berpengaruh positif terhadap turnover intention karyawan. Hl ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat stres kerja yang dialami karyawan maka semakin tinggi keinginan untuk keluar yang dimiliki karyawan. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa karyawan yang menghadapi stres kerja yang berlebihan secara terus menerus akan merasakan tekanan kuat untuk keluar dari kondisi tersebut.

4.2.3. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Keinginan Untuk Keluar

Berdasarkan uji parsial uji t diketahui bahwa karakteristik individu berpengaruh positif terhadap keinginan karyawan untuk keluar. Demikian juga dengan hasil uji crosstab diketahui hubungan antara karakteristik individu dengan keinginan untuk keluar dengan dimensi biografis, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa bekerja dan status perkawinan. Hal ini dikarenakan karakteristik setiap individu berbeda, begitu pula dengan tingkat kenyamanan terhadap suatu pekerjaan. Karyawan yang merasa nyaman bekerja di suatu perusahaan tentunya tidak akan menginginkan untuk keluar dari perusahaan tersebut, begitupun sebaliknya bagi karyawan yang tidak nyaman tentunya akan memikirkan untuk keluar dari pekerjaannya. Universitas Sumatera Utara 103 Responden yang berusia 41-50 tahun mayoritas memilih jawaban tidak setuju dan kurang setuju yaitu jika harus menerima pekerjaan lain. Sedangkan yang memilih jawaban setuju adalah responden yang berusia 21-30 tahun. Usia sering dihubungkan dengan kematangan pola pikir seseorang dalam menentukan sesuatu. Semakin tua seseorang maka akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Karyawan muda biasanya memiliki tingkat perpindahan yang tinggi dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dibandingkan yang usianya relatif tua, hal itu dikarenakan karyawan yg muda masih ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki berkeinginan untuk menerima pekerjaan di lokasi kerja lainnya. Hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat diterima di tempat lain dibandingkan perempuan. Jumlah responden wanita yang memilih jawaban kurang setuju dan tidak setuju mengindikasikan pegawai berjenis kelamin perempuan merasa cocok dan sudah nyaman bekerja di kantor pos, karena di kantor pos jenis pekerjaan yang tidak terlalu sulit. Banyaknya responden yang menjawab setuju untuk menerima pekerjaan lain adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam memutuskan sesuatu. Demikian juga dalam tindakan pemilihan kerja. Tingginya tingkat pendidikan akan menjadi daya tawar tersendiri dalam menentukan tempat kerja yang akan dipilih seseorang. Hal ini juga berhubungan dengan usia dan kondisi tubuh yang masih fit. Responden dengan tingkat pendidikan SMA tentu saja pada saat Universitas Sumatera Utara 104 diterima perusahaan untuk bekerja maish memiliki usia yang masih produktif. Sehingga pegawai ini masih memiliki peluang untuk dapat diterima kerja di lokasi kerja yang lain karena usia mereka yang masih produktif dalam bekerja. karyawan dengan tingat pendidikan ini juga akan memandang tugas-tugas sult sebagai tekanan dan sumber kecemasan. Mereka mudah merasa gelisah akan tanggung jawab yang diberikan padanya. Sebaliknya, karyawan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan merasa cepat bosan dengan pekerjaan yang monoton. Mereka akan lebih berani dan mencari pekerjaan baru . Responden yang setuju untuk menerima pekerjaan dari perusahaan lain adalah responden dengan masa kerja 1-5 tahun dan 5-10 tahun. Pegawai dengan masa kerja yang sudah lama tentunya sudah beradaptasi dengan baik dengan perusahaan. sudah menimbulkan perasaan nyaman dengan pekerjaan maupun beban kerjanya. Karyawan tersebut juga tentunya akan lebih mempunyai sikap loyal terhadap perusahaan. Sedangkan karyawan dengan masa kerja sedikit masih ingin mencari pekerjaan yang mereka impikan dan dambakan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan keinginan pegawai tersebut. Karyawan yang dapat bertahan lama beekrja di suatu perusahaaan, merupakan karyawan yang berhasil menyesuaikan dirinya dengan perusahaan dan pekerjaannya. Mereka juga mempunyai kebanggaan atas senioritas mereka, karena itu mereka mempunyai rasa tanggung jawab lebih besar daripada pekerja baru akibatnya secara langsung mereka enggan untuk berpindah pekerjaan atau perusahaan. Karyawan yang sudah menikah cenderung tidak setuju untuk menerima pekerjaan lain dan memilih untuk tetap tinggal di pekerjaan saat ini. Karyawan Universitas Sumatera Utara 105 yang belum menikah memiliki beban psikologis yang lebih kecil dibandingkan karyawan yang sudah menikah. Karyawan yang sudah menikah harus mempertimbangkan beberapa aspek yang berhubungan dengan kondisi rumah tangganya sebelum memutuskan untuk pindah ke lokasi kerja yang lain. Karyawan yang sudah menikah akan bertahan di suatu perusahaan dan mengesampingkan ego mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih nyaman, hal ini karena mereka sudah mempunyai tanggungan wajib yang harus dipenuhi segala kebutuhannya. 4.2.4. Pengaruh Lingkungan Kerja, Stres Kerja dan Karakteristik Individu Terhadap Keinginan Untuk Keluar Berdasarkan uji hipotesis secara simultan F yang telah dilakukan menunjukkan lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk keluar. Maka dapat dikatakan, semakin baik karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa bekerja, dan status perkawinan maka akan mengurangi tingkat keinginan karyawan untuk keluar. Semakin baik lingkungan kerja baik fisik maupun non fisik dari suatu perusahaan, maka karyawan akan merasa lebih nyaman dalam bekerja sehingga tidak mempunyai niat untuk berpindah ke perusahaan lain yang memberikan fasilitas lebih baik. begitu pula dengan semakin baiknya perusahaan mengelola tugas sesuai dengan kemampuan karaywan, karyawan tentunya akan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tidak menimbulkan stres. Stres yang rendah akan membuat karyawan tetap berada di perusahaan dan melaksanakan tugas dengan sepenuh hati. Universitas Sumatera Utara 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja, stres kerja dan karakteristik individu terhadap keinginan untuk keluar karyawan pada PT. Pos Indonesia Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lingkungan kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar. 2. Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar. 3. Karakteristik Individu berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar. 4. Lingkungan kerja, stres kerja, dan karakteristik individu secara simultan berpengaruh terhadap keinginan untuk keluar karyawan PT. Pos Indonesia Persero Pematangsiantar. Universitas Sumatera Utara 107

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut: 1. Agar kondisi lingkungan kerja fisik terjaga dan mampu menurunkan tingkat keinginan karyawan untuk keluar maka sebaiknya perusahaan senantiasa menjaga dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja fisik antara lain melalui: a. Memperhatikan penerangan lampu di seluruh ruangan yang ada di perusahaaan secara baik dan merata. Misalnya: dengan mengganti bola lampu yang sudah lama dengan yang lebih baru dan hemat energi. b. Untuk kebersihan lingkungan perusahaan, selain dengan mengganti dan menambah peralatan kebersihan, perusahaan perlu membudayakan hidup bersih pada setiap karyawan, misalnya dengan mengadakan gotong royong pada hari tertentu setiap bulan, sehingga karyawan menyadari bahwa kebersihan bukan hanya tanggung jawab petugas kebersihan melainkan tanggung jawab bersama karena efek yang ditimbulkan juga dapat dirasakan bersama maka karyawan harus menjadikan kebersihan bagian dari suatu pekerjaan. c. Memperbaiki fasilitas yang sudah rusak atau kurang layak agar kenyamanan kerja karyawan tetap terjaga, seperti memper baiki Universitas Sumatera Utara 108 mengganti bola lampu yang kurang terang serta peralatan dan fasilitas lainnya yang sudah kurang optimal pengoperasiannya. 2. Adapun yang dapat dilakukan untuk untuk mengurangi stres kerja karyawan antara lain : a. Mengelola waktu dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik tanpa tergesa-gesa dan juga mampu membagi waktu antara urusan pekerjaan dan urusan lainnya agar pekerjaan di kantor dapat terselesaikan dengan baik. Bisa dilakukan dengan mengurutkan jenis tugas yang mudah dan diikuti tugas yg sulit, maka karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik. b. Membangun komunikasi organisasional yang baik antar sesama karyawan dan juga atasan dengan bawahan agar memiliki toleransi yang tinggi sehingga mampu meminimalisir konflik yang terjadi di tempat kerja agar dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis. Misalnya: mengadakan acara di weekend kerja dimana setiap bagian bisa berbaur dengan bagian yang lain sehingga tercipta kesatuan yang akan mempererat semua karyawannya. c. Memperbaiki sistem manajemen perusahaan yang berupa, pembagian beban kerja karyawan, perlakuan yang diberikan kepada karyawan, serta aturan yang diterapkan kepada karayawan apakah membuat karyawan merasa terbebani cukup berat atau tidak. Universitas Sumatera Utara 109 d. Memberikan penghargaan reward kepada karaywan, bisa dengan membuat agenda mengajak karyawan untuk outbound yang dapat memberikan energi baru setelah melakukan kegiatan tersebut. 3. Karakteristik individu pada tiap karyawan tentunya berbeda. Perusahaan harus mampu menyeleksi dan memperkerjakan karyawan yang mampu loyal kepada perusahaan dan mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Misalnya: Memilih karyawan dengan tingkat pendidikan tinggi agar dapat menyelesaikan setiap tugas dengan baik, mempertahankan karyawan dengan masa kerja yang tinggi sehingga lebih loyal terhadap perusahaan, menambah karyawan perempuan yang memiliki kinerja lebih rapi dan teliti. 4. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan keinginan untuk keluar karyawan adalah : a. Melakukan evaluasi maupun pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan karyawan sehingga mengurangi stres kerja yang dihadapi karyawan. b. Meningkatkan hubungan yang baik dengan rekan kerja agar tercipta situasi yang nyaman dan kondusif. c. Meningkatkan kepuasan karyawan terhadap perusahaan, dapat dilakukan dengan meningkatkan fasilitas karyawan dan lebih peka terhadap kebutuhan karyawan. Universitas Sumatera Utara 110 d. Mengurangi stres karyawan agar pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan membuat produktivitas perusahaan juga meningkat. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Lingkungan Kerja