Pengaruh Stres Kerja Terhadap Keinginan Untuk Keluar

100 meningkatkan keinginan untuk keluar pegawai PT. Pos Indonesia Pematangsiantar. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Khikmawati 2015 yang menyatakan bahwa lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keinginan untuk keluar. Hal ini mengindikasikan lingkungan kerja tidak mampu mempengaruhi karyawan untuk keluar dari perusahaan. hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Harahap 2015 yang mengatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan.

4.2.2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Keinginan Untuk Keluar

Berdasarkan hasil uji secara parsial uji t dapat dilihat secara parsial bahwa stres kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan. Hasil yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi stres kerja maka tingkat keinginan untuk keluar juga semakin tinggi. Stres kerja merupakan suatu keadaan dimana karyawan merasa tertekan atas pekerjaan yang dilakukannya. Stres kerja yang dirasakan karyawan akan semakin meningkat jika perusahaan tidak dapat menemukan penyelesaian yang tepat. Stres yang semakin tinggi akan membuat karyawan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik. karyawan juga akan kehilangan kemampuan untuk mengambil keputusan dan menimbulkan perilaku yang tidak teratur. Hal ini dikarenakan beban kerja yang berlebihan tidak mampu dikerjakan karyawan dengan baik. Karyawan tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keterampilan sehingga menyebabkan indikator stres kerja Universitas Sumatera Utara 101 muncul. Stres kerja yang muncul akan mempengaruhi karyawan dan memunculkan niat untuk keluar dari perusahaan dan mencari pekerjaan yang tidak membuat karyawan mengalami stres. Stres kerja dapat mempengaruhi keinginan untuk keluar diukur melalui tiga dimensi yang digunakan, yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Berdasarkan total rata-rata frekuensi jawaban responden tentang stres kerja dimensi gejala fisiologis memiliki rata-rata 3,35, dimensi gejala psikologis memiliki rata-rata 3,62, dan dimensi gejala perilaku memiliki rata-rata 3,38. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga dimensi yang telah diukur faktor yang lebih dominan mempengaruhi keinginan untuk keluar adalah stres kerja-gejala psikologis. Rata-rata jawaban tertinggi dari dimensi psikologis adalah 3,68 yang berupa pernyataan “menunda-nunda pekerjaan”. Hal itu mengindikasikan adanya beban kerja yang membuat karyawan tidak mampu mengerjakannya dan harus menunda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sejalan dengan meningkatnya stres, keinginan untuk keluar juga ikut naik. Karena stres kerja mengganggu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien. Jika stres kerja terlalu tinggi, karyawan akan kehilangan kemampuan untuk fokus terhadap pekerjaannya. Hal itu tentunya mengganggu jalannya produktivitas kantor pos yang bergerak dibidang jasa. Karena karyawan bukan hanya menghadapi beban pekerjaan yang berlebih, namun karyawan juga harus menghadapi maupun melayani pelanggan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 102 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari 2014 yang menyebutkan bahwa stres kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar karyawan. Penelitian lainnya yang mendukung hasil penelitian adalah Siagian 2015 yang menyatakan bahwa stres kerja memang berpengaruh positif terhadap turnover intention karyawan. Hl ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat stres kerja yang dialami karyawan maka semakin tinggi keinginan untuk keluar yang dimiliki karyawan. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa karyawan yang menghadapi stres kerja yang berlebihan secara terus menerus akan merasakan tekanan kuat untuk keluar dari kondisi tersebut.

4.2.3. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Keinginan Untuk Keluar