Keterangan: Y = Kedisiplinan Belajar
a = konstanta X
= Iklim Sekolah Dari persamaan garis regresi diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Nilai konstanta positif menunjukkan bahwa tanpa ditambahkan variabel konflik iklim sekolah maka kedisiplinan belajar adalah sebesar 19,832
2. Apabila iklim sekolah mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka kedisiplinan belajar akan mengalami kenaikan sebesar 0,561.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Iklim Sekolah dengan Kedisiplinan Belajar Siswa kelas VII di SMP Teuku Umar Semarang
4.5.1.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Iklim Sekolah
Iklim sekolah merupakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah yang dirasakan dan berpengaruh terhadap perilaku individu yang terlibat di dalam
sekolah. Iklim sekolah ditunjukkan dengan tiga aspek, yaitu aspek interaksi yang
terdiri dari indikator interaksi peserta didik dengan guru, interaksi peserta didik dengan karyawan, interaksi peserta didik dengan peserta didik lain. Aspek proses
belajar yang terdiri dari indikator suasana demokratis, kepedulian, keterbukaan dan kebersamaan. Aspek kondisi sekolah yang terdiri dari indikator keamanan,
ketertiban, kebersihan, kesehatan, dan keindahan. Secara umum iklim sekolah di SMP Teuku Umar berada pada kategori
tinggi dengan persentase sebesar 81,42 57 orang. Sedangkan kategori sedang
yaitu sebesar 18,57 13 orang. Sesuai dengan indikator yang menyusunnya dan berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa semua anggota sekolah
menjalankan perannya masing-masing, serta adanya interaksi antar semua anggota sekolah, guru memiliki komitmen yang tinggi untuk mengajar, adanya keselarasan
dan kebersamaan antar anggota sekolah, terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memiliki tujuan yang sama, dan peraturan sekolah tidak bersifat kaku.
Hasil yang lebih rinci mengenai iklim sekolah digambarkan dalam tiga aspek dan lebih dijelaskan dalam dua belas indikator perilaku. Aspek yang paling
menunjukkan iklim sekolah adalah aspek interaksi dengan semua anggota sekolah.
Sebanyak 78,57 responden menjalin interaksi yang positif dengan para anggota sekolah. Responden serta anggota sekolah lain mampu membangun
hubungan yang baik, tidak membeda-bedakan dalam memperlakukan siswa, guru maupun karyawan sekolah yang lain.
Perilaku kedua yang ditunjukkan dalam iklim sekolah adalah aspek proses belajar saat berada di sekolah. Berdasarkan hasil data yang diperoleh
menunjukkan bahwa sebanyak 77,14 responden memiliki respon yang positif mengenai proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di sekolah.
Responden mengikuti proses belajar dengan baik, mendengarkan penjelasan dari guru ketika berlangsung jam pelajaran, mampu mengikuti tata tertib yang berlaku
selama jam sekolah berlangsung. Perilaku ketiga yang ditunjukkan dalam iklim sekolah adalah aspek
kondisi sekolah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 60 responden menilai bahwa kondisi sekolah cukup untuk layak digunakan dalam proses belajar
mengajar. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah dikatakan cukup memadai untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, suasana yang ada di sekolah
membuat para anggota sekolah menjadi nyaman berada di lingkungan tersebut. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek interaksi
dengan anggota sekolah merupakan perilaku terbanyak yang dilakukan dalam membentuk iklim sekolah yang positif yang dilakukan oleh 78,57 55 orang
subjek penelitian dan berada dalam kategori cukup tinggi. Hasil ini tidak sama dengan fenomena yang peneliti angkat. Studi
pendahuluan diperkirakan bahwa iklim sekolah yang ada di SMP Teuku Umar berada dalam kategori rendah, namun setelah diadakan penelitian, hasilnya iklim
sekolah di SMP Teuku Umar tergolong cukup tinggi, yang berarti ada perbedaan antara hasil penelitian awal dan hasil penelitian akhir. Hal ini dimungkinkan
karena studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, peneliti kurang melihat siswa dan guru-guru
yang lain yang memiliki sikap positif terhadap anak didiknya
4.5.1.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Kedisiplinan Belajar
Kedisiplinan belajar merupakan merupakan kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan atau kepatuhan, keteraturan, ketertiban, tanggung jawab, dan kesadaran.
Secara umum kedisiplinan belajar pada siswa di SMP Teuku Umar berada
pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 68,57 48 orang. Sedangkan kategori sedang yaitu sebesar 31,43 22 orang. Sesuai dengan indikator yang
menyusunnya dan berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik akan dapat menentukan keberhasilan
seseorang dalam mencapai tujuannya, dengan disiplin yang tinggi siswa dapat belajar dengan teratur dan dapat meraih prestasi yang baik dan optimal
Hasil yang lebih rinci mengenai kedisiplinan belajar digambarkan dalam empat indikator. Indikator pertama yang ditunjukkan dalam kedisiplinan belajar
adalah ketertiban diri saat belajar di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 85,71 66 orang responden yang memiliki sikap tertib diri
saat belajar di sekolah, agar proses belajar dan mengajar berlangsung dengan kondusif para siswa dan guru saling bekerja sama dalam menjaga ketertiban di
kelas. Kelas yang kondusif mempermudah para siswa dan guru saat jam pelajaran berlangsung, siswa menjadi nyaman saat berada di kelas serta siswa mudah
menerima pelajaran, dan guru menjadi mudah untuk menyampaikan pelajaran. Indikator kedua yang menunjukkan kedisiplinan belajar adalah rajin dan
teratur dalam belajar. Sebanyak 65,71 46 orang responden memiliki sikap
rajin dan tertur dalam belajar. Untuk membentuk Sikap rajin dan tertatur ini tidak terjadi begitu saja, tetapi terbentuk dari usaha, latihan dan usaha membiasakan
diri. Perilaku ketiga yang ditunjukkan dalam kedisiplinan belajar adalah
indikator perhatian di kelas. Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 62,85 44 orang responden memiliki perhatian saat berada di
kelas. Responden harus memiliki perhatian yang baik saat berada di kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar, perhatian siswa sudah semestinya
tertuju pada pelajaran yang sedang berlangsung. Adanya perhatian saat berada di kelas membantu siswa untuk lebih mengerti mengenai pelajaran yang sedang
disampaikan oleh guru yang mengajar. Indikator keempat yang ditunjukkan dalam kedisiplinan belajar adalah
dapat mengatur waktu belajar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 58,57 41 orang responden yang dapat mengatur waktu belajar, responden
yang dapat mengatur waktu belajar dengan baik akan mempermudah untuk menentukan waktu yang digunakan untuk belajar dan waktu yang digunakan
untuk hal-hal lainnya. Siswa yang dapat mengatur waktu belajar yang baik tidak menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat.
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketertiban diri saat belajar di sekolah merupakan perilaku terbanyak dalam membentuk
kedisiplinan belajar yang dilakukan oleh 85,71 66 orang subjek penelitian dan berada dalam kategori cukup tinggi.
Hasil ini tidak sama dengan fenomena yang peneliti angkat. Studi pendahuluan diperkirakan bahwa kedisiplinan belajar yang ada di SMP Teuku
Umar berada dalam kategori rendah, namun setelah diadakan penelitian, hasilnya kedisiplinan belajar yang dimiliki oleh siswa kelas VII di SMP Teuku Umar
tergolong cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan karena studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya, peneliti
hanya melihat beberapa siswa yang sering melakukan pelanggaran dan kurang
bersikap kooperatif ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar. Selain itu, data yang diambil sebagai patokan adalah data bebrapa bulan yang lalu sedangkan
subjek telah mengalami perubahan selama beradaptasi dengan sekolah.
4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Iklim Sekolah dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas VII di SMP Teuku Umar Semarang
Data penelitian diolah dengan menggunakan SPSS for windows 17.0. Hasil penelitian ini yaitu nilai koefesien korelasi r = 0,587 dan taraf signifikansi p =
0,000. Koefisien korelasi dan taraf signifikansi tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh antara iklim sekolah terhadap kedisiplinan belajar, arah pengaruhnya
yaitu positif dikarenakan koefisien korelasi r memiliki angka positif. Taraf signifikansi p 0,00 yang kurang dari 0,01 maka hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara iklim sekolah dengan kedisiplinan belajar. Berdasarkan hasil tersebut, semakin tinggi iklim sekolah maka semakin tinggi
pula kedisiplinan belajar siswa kelas VII di SMP Teuku Umar, begitu juga sebaliknya.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel tersebut termasuk dalam agak rendah sedang. Hal ini ditunjukkan dalam tabel
interpretasi terhadap koefisien korelasi sebagai berikut Arikunto, 2006: 276
Tabel 4. 29 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi r
No Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
1. 0,800
– 1,00 Tinggi
2. 0,600
– 0,800 Cukup
3. 0,400
– 0,600 Agak rendah
4. 0,200
– 0,400 Rendah
5. 0,000
– 0,200 Sangat rendah
Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa “ada pengaruh positif antara iklim sekolah terhadap kedisiplinan belajar siswa kelas VII di SMP teuku
Umar Semarang ”.
Koefisien determinasi R square sebesar 34,4 . Artinya, iklim sekolah memiliki pengaruh sebesar 34,4 terhadap tinggi rendahnya kedisiplinan belajar.
Selebihnya 65,6 100 - 34,4 dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Slameto 2010: 54 faktor lain tersebut yaitu kondisi jasmaniah, biologis intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kelelahan, faktor keluarga, faktor masyarakat teman bergaul.
Salah satu faktor eksternal dalam pembentukkan kedisiplinan siswa adalah iklim sekolah. Aspek-aspek yang mempengaruhi iklim sekolah yang pertama
adalah aspek interaksi, apabila terjadi interaksi antara tenaga kependidikan dan siswa, terlebih lagi antara guru dan siswa. Artinya, di dalam pendidikan,
komunikasi antara komunikator dan komunikan di dalamnya terjadi umpan balik antara guru dan murid. Interaksi semacam ini disebut interaksi edukatif, yaitu
interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana ketika antara guru dan para peserta didik
terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling hormat menghormati
dan saling percayaMinarti, 2011: 195. Aspek yang kedua adalah proses belajar yaitu kepala sekolah, guru dan
siswa bersama-sama saling menumbuhkan dan mendorong semangat dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan iklim yang kondusif untuk
meningkatkan kedisiplinan belajar siswa. Iklim sekolah yang kondusif system belajarnya bersifat kooperatif, menghomati dan saling percaya.
Aspek yang ketiga adalah kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang meliputi sarana dan prasarana sekolah yang memadai dan layak digunakan dalam proses
belajar mengajar. Suasana seperti itulah yang membuat para anggota sekolah menjadi nyaman berada dilingkungan tersebut. Untuk itu dibutuhkan iklim
sekolah yang kondusif untuk menunjang kedisiplinan belajar, yaitu tentang bagaimana individu-individu dan kelompok memahami pekerjaan dan peran
mereka dalam organisasi sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Listiyani 2005
yang berjudul Pengaruh Kedisiplinan Siswa dan Iklim Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMK Negeri 5 Semarang yang menemukan bahwa
berdasarkan uji pengaruh antara kedisiplinan dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa menunjukan adanya pengaruh yang signifikan. Dengan demikian
semakin tinggi kedisiplinan siswa dan semakin baik iklim sekolah maka akan semakin baik pula prestasi belajar siswa dan sebaliknya semakin rendah
kedisiplinan siswa dan iklim sekolah maka akan semakin jelek pula prestasi belajar siswa.
Menurut Ormord 2002: 213 penelitian selalu menunjukkan bahwa
kualitas hubungan guru dan siswa adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kesehatan emosi, motivasi dan pembelajaran siswa selama di
sekolah. Ketika siswa memiliki hubungan yang positif dan suportif dengan guru, mereka memiliki self efficacy yang tinggi dan motivasi intrinsik yang lebih besar
untuk belajar. Mereka juga terlibat dalam pembelajaran, self regulated, cenderung kurang nakal, dan berprestasi ditingkat yang lebih tinggi.
Pengaruh antara iklim sekolah terhadap kedisiplinan belajar juga ditunjukkan oleh hasil penelitian Thorson dalam Sutisno, 2013: 64, dari diskusi
peserta didik tentang disiplin sekolah di Amerika menemukan bahwa para peserta didik sepakat terhadap konsekuensi dari suatu hukuman yang adil yang
dilaksanakan secara kontinyu membuat para peserta didik terlibat aktif dalam membangun sekolah yang akan membantu mereka belajar perilaku-perilaku
positif dan meningkatkan kepedulian mereka pada lingkungan. Penelitian Fyan dan Maehr dalam Sutisno, 2013: 64, menunjukkan bahwa iklim sekolah yang
sehat akan menumbuhkan budaya akademis peserta didik. Dari kedua penelitian ini diartikan adanya pengaruh iklim sekolah terhadap peserta didik dalam
membantu mereka belajar perilaku-perilaku positif dan menumbuhkan budaya akademis salah satunya menunjang mereka dalam membentuk kedisiplinan
belajar. Proses kegiatan belajar mengajar yang menjadi intinya adalah siswa,
sedangkan guru melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa seoptimal mungkin, sehingga siswa tersebut mampu mengubah tingkah
lakunya menjadi lebih baik dan siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi
aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Guru yang dapat berinteraksi dengan siswa secara akrab, dapat menyebabkan proses belajar mengajar menjadi lebih
baik dan lancar. Siswa yang merasa dekat dengan guru, maka akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Partisipasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
berperan sangat penting, karena dari sinilah guru dapat memberikan perhatian yang berbeda kepada mereka yang kurang berpartisipasi Sudarmo, 2007: 168.
Iklim sekolah yang kuat antara lain ditunjukkan oleh kondisi kehidupan beragama, keteladanan, suasana demokratis, kebersihan, keamanan, keindahan
dan ketertiban yang berkembang di sekolah Sutisno, 2013: 5. Siswa SMP secara umum belum cukup mampu untuk mengatur dirinya tanpa ada stimulus dari luar,
guru dan segenap pihak sekolah yang bertanggung jawab atas keberhasilan belajar siswa memiliki peran penting dalam menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
dimana berawal dari iklim yang kondusif kedisiplinan siswa dalam belajar akan terus tumbuh.
Iklim sekolah di SMP Teuku Umar Semarang berada dalam kategori cukup tinggi dan kedisiplinan belajar siswa juga dalam kategori cukup tinggi. Hasil ini
tidak sama dengan fenomena yang peneliti angkat. Studi pendahuluan diperkirakan bahwa kedisiplinan belajar para siswa kelas VII berada dalam
kategori rendah, namun setelah diadakan penelitian, hasilnya kedisiplinan belajar pada siswa kelas VII tergolong tinggi. Hal ini dimungkinkan karena studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, data penelitian dengan data studi pendahuluan memiliki
rentang waktu yang cukup lama, hal ini menunjukkan bahwa siswa berusaha
melakukan perubahan usaha yang nyata dalam memperoleh nilai atau hasil yang diinginkan yang bernilai atau berguna untuk kemajuankeberhasilan.
4.6 Keterbatasan Penelitian