23 dan keterampilan tertentu sebagai dasar kemampuannya dalam menyesuaikan diri
pada masa dewasanya. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai hubungan yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. Label yang
digunakan ahli psikologi pada usia SD adalah usia dimana mereka senang berkelompok, perhatian utamanya tertuju pada keinginan diterima teman sebaya
sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya, dan usia dimana mereka melakukan penyesuain diri sesuai
standar yang disetujui kelompok. Berdasarkan penjelasan mengenai karakteristik siswa SD di atas, dapat
disimpulkan bahwa siswa SD berada pada fase perkembangan anak-anak tengah dan akhir. Perkembangan intelektual mereka berada pada tahap oprasional konkret
dan pada periode ini guru handaknya mampu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan untuk menunjang keberhasilan siswa dimasa
dewasa. Kecenderungan siswa SD yang senang berkelompok dapat diarahkan pada hal yang positif. Guru dapat merancang pembelajaran dengan merancang
pembelajaran secara berkelompok.
2.1.8 Model Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Menurut Majid 2013: 165 pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran klasikal yang biasa dilakukan dimana guru menjadi pusat pembelajaran, sehingga kurang memperhatikan situasi belajar yang
muncul. Biasanya pembelajaran klasikal dilakukan guru dengan menggunakan metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode yang digunakan dalam
24 pembelajaran yang dilakukan dengan cara penuturan. Metode ceramah digunakan
karena metode ini dianggap simpel karena tidak memerlukan media apapun. Menurut Abimanyu 2008: 6.5-6 langkah-langkah pembelajaran
menggunakan metode ceramah terbagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan mengakhiri. Kegiatan Persiapan meliputi kegiatan 1 Guru
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran; 2 Menentukan pokok materi yang akan disampaikan; 3 menyapkan alat bantu yang menunjang
pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan 1 kegiatan pembukaan, sebelum pembelajaran menggunakan metode ceramah, guru setidaknya
melakukan apersepsi, motivasi, dan menyampaikan tujuan pengajaran atau pokok- pokok materi yang harus dipelajarai siswa; 2 kegiatan inti pelajaran yaitu
penyampaian materi pembelajaran melalui informasi lisan yang disampaikan guru, dimana guru harus mampu menarik perhatian siswa agar tetap terarah
pada materi yang sedang disampaikan. Kegiatan mengakhiri ceramah dilakukan dengan guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari materi yang
baru disampaikan, mlakukan evaluasi, dan melakukan tindak lanjut.
2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar di dalam sebuah kelompok.
Menurut Sanjaya 2006: 242 “pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku
yang berbeda heterogen”. Slavin 2005: 4 menyatakan “pembelajaran
25 kooperatif merujuk pada barbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran”. Sedangkan menurut Huda 2014: 32
“pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar”.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan para ahli di atas model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem
pengelompokan kecil dimana kelompok tersebut dibuat heterogen baik berasarkan akademik, bakat, ras, atau sukunya, dalam kelompok tersebut bekerja sama untuk
mempelajari materi pelajaran. Menurut Sanjaya 2006: 243 pembelajaran kooperatif memiliki dampak
pengiring selain dapat meningkatkan prestasi belajar yaitu adanya hubungan sosial yang baik antara siswa, penerimaan terhadap siswa yang dianggap lemah,
harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada orang lain. Huda 2014: 33 menjelaskan bahwa setiap siswa
memiliki kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus menjadi artisipan yang aktif dan memalui kegiatan
berkelompok dapat membangun komunitas pembelajaran yang saling membantu. Menurut Muraya dan Kimamo dalam penelitiannya volume 612 tahun
2011 mengungkapkan this study found that the cooperative learning approach promote higher academic achievement of secondary school students in biology as
compared to the regular teaching methods ”. Dengan kata lain, penelitian yang
dilakukan menemukan pendekatan pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil
26 belajar siswa pada sekolah lanjutan pada mata pelajaran biologi dibandingkan
metode biasa. Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, model pembelajaran kooperatif
memiliki dampak pengiring yang baik. Dampak pengiring tersebut yaitu para siswa memiliki keperdulian lebih terhadap temannya dengan saling membantu
dalam belajar, belajar bersosialisasi dengan baik, dan tidak menjadi individualis. Serta pembelajaran kooperatif terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode biasa.
2.1.10 Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT