118
Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes formatif ini merupakan perubahan kemampuan diri pada ranah kognitif. Merujuk teori Bloom dalam
Rifa’i dan Anni 2009: 86-90, ada tiga ranah hasil belajar yaitu ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar siswa kelas II pada mata pelajaran PKn
ini merupakan hasil belajar pada ranah kognitif. Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual.
Kategori yang telah tercapai pada ranah ini yaitu kategori pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi Nilai Kejujuran, Kedisiplinan, dan Senang
Bekerja pada mata pelajaran PKn. Kedua kategori tersebut muncul dalam tes formatif yang digunakan untuk
menentukan hasil belajar siswa. Kategori pengetahuan merupakan tingkat hasil belajar yang paling rendah pada ranah kognitif. Pada kategori ini, siswa harus
mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, misalnya mengenai pengetahuan-pengetahuan disiplin di jalan seperti macam-macam rambu lalu-
lintas, kegunaan masing-masing rambu lalu-lintas, dan sebagainya. Untuk kategori pemahaman, siswa dapat menerjemahkan materi yang diperolehnya karena tidak
hanya sekedar mengingat materi. Misalnya siswa tidak hanya mengingat kegunaan rambu lalu-lintas, tetapi mampu membayangkan bagaimana jika
seseorang mematuhi maupun melanggar rambu tersebut. Hasil belajar ini berada satu tahap di atas tahap pengingatan materi, tetapi masih mencerminkan tahap
pemahaman yang paling rendah.
4.2.1.3 Performansi Guru
119
Performansi guru dinilai menggunakan APKG I untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru dan APKG II untuk menilai
performansi guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil penilaian performansi guru pada penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran VCT Permainan ini mengalami peningkatan pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I.
Peningkatan performansi guru menunjukkan bahwa proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, karena guru dapat berupaya membuat siswanya
belajar, seperti teori yang dikemukakan oleh Siddiq, Munawaroh, dan Sungkono 2008: 1.9. Sesuai dengan pendapat Kustandi dan Sucipto 2011: 5, guru juga
mengupayakan secara sadar dan sengaja dalam mempersiapkan pembelajaran, yaitu dengan merancang RPP dengan baik, karena pembelajaran bukan kegiatan
yang insidental. Oleh karena itu, RPP dibuat berdasarkan langkah-langkah teknis pelaksanaan model pembelajaran VCT Permainan menurut Al-lamri dan Ichas
2006: 88-9. Langkah-langkah yang dimaksud yaitu guru menanyakan kepada siswa apakah suka bermain atau tidak pada saat apersepsi. Kemudian guru
menentukan tema permainan yaitu tentang perilaku jujur, disiplin, dan senang bekerja. Guru dan siswa bersepakat menentukan waktu dan tempat untuk belajar,
serta akan bermain secara individu atau kelompok. Sebelum permainan dimulai, guru menjelaskan makna dan tata cara dalam permainan VCT Andai-Andai.
Setelah permainan selesai, siswa mengerjakan LKS, kemudian mendiskusikan hasilnya bersama-sama dengan guru. Kegiatan berakhir dengan menyimpulkan
120
hasil diskusi kelas. Dengan demikian, siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran karena tidak hanya menerima materi dari guru.
Peningkatan performansi guru tersebut juga membuktikan bahwa guru dapat mengembangkan salah satu kompetensi yang harus dimiliki menurut
Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 10 2006: 8, yaitu kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik tersebut, guru dapat memahami siswa,
merancang pembelajaran melalui pembuatan RPP dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat, mengevaluasi hasil belajar
siswa, serta mengembangkan diri siswa untuk mengaktualisiasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Penilaian mengenai kompetensi pedagogik inilah yang
dilakukan menggunakan APKG I dan APKG II.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian