BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Good corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri dan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengendalikan para manajer El Gammal dan Showeiry, 2012. Konsep return teory menurut Scott 2000 adalah hubungan atau kontak
antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO Chief
Executive Officer sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan
pemegang saham. Noronha dan Vinten 2008 menyatakan bahwa hubungan keagenan
adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham
Universitas Sumatera Utara
principal. Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah
makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–
masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian
yang lebih besar atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau
insentif yang sebesar–besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi.
Asimetri informasi antara manajemen agent dengan pemilik principal dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan earnings management
Kerstein dan Rai, 2007. Bukit dan Takiah 2009 menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia yaitu manusia pada umumya mementingkan diri sendiri self interest, manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang bounded rationality, dan manusia selalu menghindari resiko risk averse. Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik
agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya
Universitas Sumatera Utara
sifat dasar tersebut Rina dan Takiah, 2009. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan
untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku oportunistik dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai
manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan
perusahaan.
2.1.2 Good corporate governance system