Penerapan Tekhnik Meneruskan Cerita dalam Pembelajaran Menulis

30 data dalam episode-episode asli yang lainnya sehingga peristiwa dan apa yang terungkap dalam episode baru tetap sesuai dengan episode-episode yang telah ada. Sebagai tambahan untuk meningkatkan antusisme dan menghilangkan kejenuhan, siswa dapat diminta untuk membacakan episode baru hasil ciptaannya sementara yang lain mendengarkan dan memberi komentar. Langkah dari teknik meneruskan cerita adalah siswa diberi lembar cerita yang bagian akhirnya telah dipotong. Kemudian siswa diminta menuliskan akhir cerita tersebut berdasarkan cerita yang sudah ada dengan bahasa yang versinya masing-masing. Tujuan menggunakan teknik meneruskan cerita agar siswa dapat mengakhiri cerita dengan benar dan runtut berdasarkan cerita yang sudah ada. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik meneruskan cerita adalah suatu cara dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan langkah-langkah menambahkan episode khayal dalam cerita tersebut, sedangkan langkah-langkah dalam pembelajaran ini pada awalnya sama dengan langkah- langkah menulis karangan narasi pada umumnya, pebedaannya yaitu bila menggnakan teknik ini pada akhir cerita ditambahkan episode khayal, yaitu akhir cerita diteruskan oleh pembaca.

2.2.3.3 Penerapan Tekhnik Meneruskan Cerita dalam Pembelajaran Menulis

Karangan Narasi Implementasi tekhnik meneruskan cerita dalam pembelajaran menulis karangan narasi dapat dilakukan sebagai berikut: 31 1. Sebelum meneruskan cerita siswa harus membaca dengan seksama dan memahami cerita sebelumnya. Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi kesalahan dalam meneruskan alur cerita. 2. Dalam meneruskan cerita siswa harus melengkapi lanjutan cerita tersebut secara utuh.maksudnya cerita lanjutan tersebut benar-benar diselesaikan samoai pada endingnya. 3. Cerita lanjutan yang ditulis siswa harus ada kaitannya dengan cerita sebelumnya, maksudnya kelanjutan cerita tersebut harus benar-benar merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya. Tidak menyimpang, dan merupakan satu kesatuan yang utuh dari cerita sebelumnya. Kelebihan teknik ini antara lain mempermudah siswa dalam menulis karangan narasi, merangsang berpikir capat, dan menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga hati dan pikiran tergerak untuk menulis. Teknik ini juga dapat merangsang untuk berpikir capat, maksudnya dengan cerita yang sudah dibaca sebelumnya dan sekaligus tokoh-tokoh yang sudah ada, mereka tidak perlu berlama-lama untuk memikirkan apa yang akan mereka tulis sehinga proses berpikirnya lebih cepat dibanding harus menuliskan sendiri dari awal. Kelebihan lain adalah tekhnik ini juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga hati dan pikiran tergerak untuk menulis. Teknik meneruskan cerita pada dasarnya adalah melengkapi gagasan atau cerita yang sudah ada sebelumnya jika diaplikasikan dalam penelitian ini, cerita yang diberikan adalah cerita yang 32 terpenggal sehingga pemenggalan cerita tersebut akan membuat penasaran dan hati bertanya-tanya bagaimana cerita selanjutnya, keingintahuan tersebut akan menimbulkan pemikiran untuk menyelesaikan cerita selanjutnya dengan menuangkan kedalam bentuk tulisan. Tanggapan tiap orang berbeda dalam menengkap apa yang akan mereka bacasehingga apa yang mereka tulis pasti sesuai dengan ekspresi, kreasi, dan imajinasi mereka masing-masing.

2.3 Kerangka Berpikir

Keterampilan menulis karangan narasi dengan menggunakan metode teknik meneruskan cerita siswa kelas X SMA Ronggolawe Semarang masih rendah. Dalam kegiatan pembelajarannya tidak sedikit hambatan yang dihadapi, baik itu guru ataupun dari siswa sendiri. Hambatan yang biasanya muncul dalam pembelajaran menulis karangan narasi adalah siswa mengalami kesulitan menuangkan ide dalam bentuk tulisan, menuangkan ide cerita dan mengembangkan, kehabisan bahan, serta kesulitan dalam memilih kata dan menyusun kalimat. Selain itu ada juga masalah lain yang muncul dalam pembelajaran menulis karangan narasi yaitu guru dalam menerapkan teknik pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Selama ini dalam pembelajaran menulis karangan narasi teknik yang digunakan oleh guru masih konvensional dan kurang bervariasi. Ceramah menjadi pilihan utama dalam setiap pembelajaran sehingga terkesan monoton. Hal ini menyebabkan siswa merasa bosan dengan pembelajaran tersebut.