Apresiasi terhadap film dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya persepsi seseorang terhadap film-film yang disaksikan
setiap hari melalui televisi, bioskop umum dan tempat pertunjukkan lainnya. Dengan demikian penonton dapat membedakan antara film yang berkesan
dangkal dan yang berkesan mendalam. Analisa tidak menuntut, atau bahkan berusaha untuk menjelaskan
segalanya tentang suatu bentuk karya seni. Gambar-gambar yang mengalir lincah, akan selalu menghindar dari analisa yang sempurna dan tidak ada
jawaban final yang tersedia buat setiap karya seni. Jadi, film tidak sepenuhnya dapat ditangkap oleh sebuah analisa.
63
Menganalisa sebuah film merupakan bentuk latihan mempersepsi dan memahami film. Dengan menganalisa sebuah film kita akan memperoleh
manfaat yang maksimal dari pertunjukkan film, menghargai film yang berkualitas baik dan mengesampingkan film yang buruk, serta kita dapat
menjaga diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin timbul dari film.
64
3. Film Sebagai Media Dakwah
Era informasi yang ditandai dengan maraknya berbagai macam media massa sebagai sarana komunikasi sudah seharusnya umat Islam mampu
memanfaatkan media massa tersebut untuk berdakwah. Tentu saja dakwah melalui media massa ini yang harus berjalan seiring dengan pelaksanaan
format dakwah lainnya. Media komunikasi radio, televisi, internet, buku, koran dan majalah
memiliki nilai strategis sebagai media dakwah, karena media-media tersebut mempunyai banyak keutamaan:
65
1. Program yang dipersiapkan oleh seorang ahli, sehingga materi yang
disampaikan benar-benar bermutu.
63
Sumarno, Apresiasi Film, h. 46.
64
Ibid., h. 28.
65
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1983, h.176.
2. Media komunikasi tersebut merupakan bagian dari budaya masyarakat.
3. Mudah dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.
4. Media tersebut memiliki barbagai fungsi positif bagi kebaikan kehidupan
sosial manusia yang antara lain menyampaikan kebijakan, informasi secara tepat dan akurat.
Pada perkembangan zaman sekarang ini pemanfaatan berbagai macam sarana komunikasi dan informasi yang semakin canggih, media cetak maupun
elektronik, audio atau audio visual dan internet adalah merupakan sarana penunjang untuk berdakwah agar ajaran Islam dapat diterima di masyarakat.
Dari sekian banyak media yang digunakan salah satunya adalah film yang mempunyai daya tarik tersendiri dengan keragaman cerita serta aktor dan artis
yang tidak membosankan bagi audiensnya. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, dakwah Islam
memerlukan sebuah strategi baru yang mampu mengantisipasi perubahan zaman yang semakin dinamis. Oleh sebab itu, dalam rekayasa peradaban Islam
sekarang ini guna menyongsong kebangkitan umat di zaman modern saat ini diperlukan formasi strategi yang tepat.
Salah satu di antara unsur penting dalam sistem kebudayaan adalah kesenian. Melalui kesenianlah manusia mampu memperoleh saluran untuk
mengekspresikan pengalaman serta ide yang mencerdaskan kehidupan batinnya. Di antara jenis kesenian yang diciptakan manusia adalah film.
Sebagai komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk
manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dengan dakwah.
66
Karena kelebihan film adalah memiliki pengaruh terhadap penonton
66
Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Bandung: Pusdai Press, 2000, Cet. Ke-1, h. 93.
mulai dari gaya hidup bahkan sampai karakter diri sang penonton. Dengan begitu film juga dapat berfungsi sebagai media dakwah yang efektif.
D. Perkawinan Menurut Islam
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan pranata sosial yang telah ada sejak manusia diciptakan oleh Allah SWT, yakni antara Adam a.s. dan Siti Hawa. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sudah menjadi fitrah manusia untuk hidup berpasang- pasangan.
Menurut bahasa perkawinan adalah pengumpulan, sedangkan menurut syar’i hukum perkawinan adalah suatu akad yang mengandung kebolehan
untuk bersenang-senang bagi masing-masing pasangan suami-istri atas dasar yang disyariatkan.
67
Sedangkan dalam UU No. 11974 pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-istri.
68
Di kalangan bangsa Arab, lafadz nikah perkawinan dipergunakan untuk arti akad, senggama dan bersenang-senang. Akan tetapi secara hakikat lafadz
nikah dikhususkan untuk akad dan secara kiasan dipergunakan sebagai arti senggama. Secara umum penggunaan lafadz nikah dalam al-Qur’an hanya
dipergunakan dalam arti akad, bukan senggama.
69
Perkawinan dalam Islam dinamakan “zawaj” atau “nikah”. Zawaj berasal
dari kata zaujun yang berarti pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Jadi zawaj adalah pasangan dalam arti dua makhluk dijadikan pasangan hidup.
70
Sedangkan nikah membawa arti lebih sempit, yakni menghubungkan dua jenis
67
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita Tangerang: CV Pamulang, 2005, h. 1-2.
68
Ibid., h. 1.
69
Ibid., h. 2.
70
Fuad Mohd. Fachrudin, Kawin Mut’ah Dalam Pandangan Islam Jakarta: Penerbit Pedoman Ilmu Jaya,1992, h. 6.