kembali lagi. Retoris
Keadaan Mae yang tomboy, dan profesi penganggurannya yang tidak dapat dibanggakan serta ketakutan orang tua akan
predikat “perawan tua” terhadap anaknya, dijadikan alasan bagi orang tua Mae untuk menjodohkan Mae.
3. Frame : Mencari Bantuan Paranormal Agar Segera Menikah
Kebanyakan masyarakat primitif masih dan sangat kental dengan kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang dimiliki seseorang yang ahli dalam
bidang ini – Paranormal, Dukun, ‘orang pintar’ dan sebagainya. Biasanya orang-orang yang menemui ahli tersebut sebagai ikhtiar terakhir setelah
melakukan ikhtiar sebelumnya guna mencapai tujuan atau keinginan mereka. Isu ini pula yang ditonjolkan dalam frame kali ini. Walaupun mereka hidup
di tengah kota Jakarta yang sudah banyak high technology, mereka tidak meninggalkan tradisi nenek moyang yaitu percaya akan kekuatan gaib yang
dipunyai sebagian orang berdukun. Kedua orang tua Mae meminta bantuan dukun sakti agar Mae mau segera menikah. Lihat dialog di bawah ini:
“Bu Mardi : Calon-calonnya selalu mudur.
Dukun : Saya akan diagnosa dulu masalahnya.
mulai dengan mantra-mantra gunanya Berat, ada tiga
makhluk halus yang ga ridho kalo puteri ibu kawin. Tiga makhluk halus itu akan saya jodohin
sama jin-jin peliharaan saya. Untuk jodohin jin itu saya perlu biaya.
Pak Mardi : Ade-ade saya udah siapin.
Dukun : Trus bawa puteri ibu ke mari, nanti saya
sarati, akan saya mandiin dengan air kembang supaya makhluk halusnya ga nempel lagi.”
Sikap seperti ini sebetulnya sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam yang mereka anut. Karena dalam agama Islam, masalah jodoh adalah
urusan Tuhan. Maksudnya setelah melalui ikhtiar seharusnya sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tentu dengan ibadah sebagai
solusinya. Akan tetapi ini lah cermin nyata yang dilakukan banyak masyarakat primitif dalam berbagai urusan atau masalah yang mereka hadapi.
Namun dengan sentuhan komedi dalam film ini, dunia mistik yang biasanya kental dengan bayangan angker diubah menjadi kekonyolan-
kekonyolan karakter dukun di sini, di mana sang dukun mengikuti perkembangan zaman, sarana yang digunakan dalam praktiknya salah satunya
adalah lap top. Akan tetapi si paranormal ini menggunakan lap top untuk membuka situs porno, dari sini kelucuan film yang ber-ganre komedi ini
benar-benar terlihat. Walaupun mengikuti perkembangan zaman tetap diperlihatkan nuansa perdukunan yang biasa dilakukan Dukun-dukun pada
umumnya yakni mantra-mantra dan bakaran kemenyan. Pernyataan dari scene 32 tersebut, memperlihatkan ketidaklogisan di mana
adanya ritual mandi kembang sebagai syarat mempermudah mendapatkan jodoh. Selanjutnya dijelaskan pada scene 35.
“Mae : Hah, dimandiin?
Dukun : Itu syaratnya.
Mae : Udah sini ramuannya, mandi sendiri aja dah di rumah dah.
Dukun : Dukun yang mesti mandiin.”
Sesuai diolag tersebut, ritual mandi kembang yang akan dilakukan ini sebetulnya sudah dapat ditebak oleh penonton akan sisi negatif dari dukun
tersebut, terlebih lagi pada scene sebelumnya ada adegan Dukun yang senang dengan browsing situs porno lewat lap top-nya itu. Dari pernyataan dialog
tersebut juga membuat penonton penasaran dengan ritual mandi yang akan
dilakukan dukun tersebut, walaupun penonton bisa menebak akan ada tindakan amoral yang dilakukan dukun tersebut.
Penonton lagi-lagi diperlihatkan pesan dari film ini, bahwa tidak sedikit kejadian penyalahgunaan praktik Dukun yang seharusnya menolong atau
mengobati pasien dengan benar, karena kalaupun jika dalam praktik pengobatan oleh Dukun harus diadakan ritual mandi, maka harus dilakukan
dengan benar. Akan tetapi di sini dengan dalih syarat mandi kembang itu harus dilakukan oleh dukun hanya berdua dengan Mae sebagai pasien di
kamar mandi menjadikan si Dukun mendapat predikat baru yaitu “Dukun Cabul”. Dialog berikut ini akan menjadi penjelasan maksud dari “Dukun
Cabul”.
“Dukun : Astaga. Kamu cantik sekali, bagaimana bisa
kamu tidak dapat jodoh. Mae
: Buruan kerjain deh, biar cepet pulang nich Dukun
: Dasar rejekiku, kamu jadi istri ku aja ya? mulai kurang ajar
Mae : Eh, kamu ngapain sie, Eman, Guntoro, Beni
teriak”
Hal ini sudah banyak terjadi, melalui penonjolan frame ini setidaknya membuka pikiran masyarakat agar lebih logis, dan lebih realistis dalam
mengahadapi masalah dan dalam mencari solusi pemecahan masalah tersebut.
Elemen Strategi Penulisan
Sintaksis Penulis cerita menempatkan karakter tokoh kedua orang tua
Mae yang percaya kepada Dukun dalam mempermudah urusan perjodohan buat Mae. Sedangkan tokoh Dukun sendiri
dicitrakan sebagai Dukun cabul dengan melakukan mall-praktik terhadap pasien penyalahgunaan kode etik profesi sebagai
Dukun.
Skrip Penekanan cerita lebih ditujukan kepada kepercayaan Bapak
dan Ibu Mardi terhadap kekuatan Dukun dalam membantu mensukseskan rencana perjodohan Mae dengan calon pilihan
mereka. Tematik
1 Meminta pertolongan Dukun dalam urusan perjodohan. 2 Ritual mandi kembang sebagai syarat pengobatan.
Retoris Orang tua Mae merasa kalau calon-calon jodoh Mae yang
mundur akibat ada sisi jahat atau negatif yang masuk dalam diri Mae. Sehingga harus dihilangkan melalui pengobatan yang
Dukun sakti.
4. Frame : Memilih Pasangan yang Tepat