f. Plot, yaitu alur atau jalan cerita dalam film. Alur terdapat dua macam
yakni alur maju yang disampaikan pada masa sekarang atau mendatang, dan alur mundur adalah cerita yang disampaikan tentang cerita masa lalu.
g. Suspen, keterangan pada masalah yang terkatung-katung.
h. Million Setting, latar kejadian dalam sebuah film baik berupa waktu,
tempat, perlengkapan, aksesoris atau fashion yang disesuaikan. i.
Sinopsis, gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film dan berebentuk naskah.
j. Trailer, merupakan bagian film yang menarik.
k. Character, karakteristik dari para pelaku dalam sebuah film.
d. Stuktur-struktur Film
a. Pembagian cerita.
b. Pembagian adegan squence.
c. Penganbilan gambar shoot.
d. Pemilihan adegan pembuka opening.
e. Alur cerita dan continuity.
f. Intrique yang meliputi jealousy, penghianatan, rahasi bocor, tipu muslihat
dan lain-lain. g.
Anti klimaks, penyelesaian masalah – dilakukan setelah klimaks. h.
Ending, akhir cerita dari sebuah film, bisa berakhir bahagia happy ending atau berakhir menyedihkan sad ending.
60
2. Pendekatan Menganalisa Film
Menurut James Monaco dalam How to Read a Film, mengatakan bahwa memahami film adalah memahami bagaimana setiap unsur, baik sosial,
ekonomi, politik, budaya, psikologi dan estetis film masing-masing mengubah diri dalam hubungannya yang dinamis.
61
Menilai sebuah film pada hakikatnya dalah menganalisis unsur-unsur sebuah film tanpa terlepas dari kebulatannya. Baik sifat, proporsi, fungsi, dan
saling hubungan dari unsur-unsurnya. Kalaupun kemudian terjadi sudut pandang dan hasil penilaian yang berbeda karena film memiliki keunikan dan
kompleksitasnya sendiri. Yaitu memiliki dimensi etis, politis, psikologis, sosiologis dan estetis. Namun, film juga mengadaptasi nilai-nilai seni lainnya,
seperti musik, drama, sastra dan lain-lain. Selain itu film tidak selalu memiliki struktur yang jelas, yang bisa didekati dengan formal, sistematis, rasional dan
teratur. Akan tetapi jika sebuah film cukup efektif, maka ia dapat didekati dalam tanggapan emosional, intuitif, dan lewat pengalaman-pengalaman
kehidupan.
62
60
Ibid., h. 103.
61
Garin Nugroho, Kekuasaan dan Hiburan Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1998, h. 76.
62
Ibid., h. 83-85.
Apresiasi terhadap film dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya persepsi seseorang terhadap film-film yang disaksikan
setiap hari melalui televisi, bioskop umum dan tempat pertunjukkan lainnya. Dengan demikian penonton dapat membedakan antara film yang berkesan
dangkal dan yang berkesan mendalam. Analisa tidak menuntut, atau bahkan berusaha untuk menjelaskan
segalanya tentang suatu bentuk karya seni. Gambar-gambar yang mengalir lincah, akan selalu menghindar dari analisa yang sempurna dan tidak ada
jawaban final yang tersedia buat setiap karya seni. Jadi, film tidak sepenuhnya dapat ditangkap oleh sebuah analisa.
63
Menganalisa sebuah film merupakan bentuk latihan mempersepsi dan memahami film. Dengan menganalisa sebuah film kita akan memperoleh
manfaat yang maksimal dari pertunjukkan film, menghargai film yang berkualitas baik dan mengesampingkan film yang buruk, serta kita dapat
menjaga diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin timbul dari film.
64
3. Film Sebagai Media Dakwah