Perkembangan Film Pengertian Film

hari yang digambarkan melalui media elektronik audio-visual untuk disampaikan kepada khalayak ramai.

a. Perkembangan Film

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang baru dimulai pada tahun 1906, ketika Ferdinand Zecca da Prancis membuat film yang berjudul The Story of Crime, dan Edward S. Porter membuat film yang berjudul The life of an American Fireman pada tahun 1902. Akan tetapi karya yang dianggap sebagai film cerita yang pertama adalah karya Edward S. Porter yang berjudul The Great Train Roberry 50 , karena film yang hanya berdurasi sebelas menit ini sudah memiliki teknik pembuatan film yang mengagumkan pada saat itu. Setelah film ditemukan pada akhir abad ke-19, film mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung. Pada awalnya hanya dikenal film hitam-putih dan tanpa suara. Adapun menurut sejarah perfilman di Indonesia, film pertama yang diprodusir di Negeri ini adalah film yang berjudul Lady Van Java oleh seorang yang bernama David pada tahun 1926 di kota Bandung. Sehingga pada tahun 1930 masyarakat Indonesia telah disajikan dengan film-film yang semakin merebak seperti film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Namun film yang disajikan masih merupakan film bisu. 51 50 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: Alumni, 1978, h. 201-202. 51 Elvianaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, Cet. Ke-1. h. 135. Peralatan produksi film telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, pada akhir tahun 1920-an mulai dikenal film bersuara, dan menyusul film warna pada tahun 1930-an. 52 Lebih lanjutnya Onong Uchjana effendy juga menjelaskan bahwa : “Pada tahun 1953 diketengahkan sistem tiga dimensi, yaitu suatu sistem yang benar-benar menimbulkan kesan yang mendalam, karena apa yang dilihat penonton tidak lagi latar, sehingga terlihat tampak benar-benar seperti kenyataan. Pada tahun yang sama, perusahaan film 20 Century Fox memperkenalkan cinemascope dengan layarnya yang lebar. Sementara itu perusahaan film Paramount berhasil menampilkan sistem vista vision yang meskipun layarnya tidak selebar cinemascope tetapi gambar yang ditampilkan sangat tajam.” 53 Dalam The Art of Film, Ernest Lindgren menyatakan, adalah mustahil untuk membayangkan sesuatu yang dapat dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga, baik sesuatu yang benar-benar ada maupun sesuatu yang ada dalam khayalan, yang tidak dapat disajikan dalam media film. 54

b. Jenis-jenis Film