mulai dari gaya hidup bahkan sampai karakter diri sang penonton. Dengan begitu film juga dapat berfungsi sebagai media dakwah yang efektif.
D. Perkawinan Menurut Islam
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan pranata sosial yang telah ada sejak manusia diciptakan oleh Allah SWT, yakni antara Adam a.s. dan Siti Hawa. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sudah menjadi fitrah manusia untuk hidup berpasang- pasangan.
Menurut bahasa perkawinan adalah pengumpulan, sedangkan menurut syar’i hukum perkawinan adalah suatu akad yang mengandung kebolehan
untuk bersenang-senang bagi masing-masing pasangan suami-istri atas dasar yang disyariatkan.
67
Sedangkan dalam UU No. 11974 pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-istri.
68
Di kalangan bangsa Arab, lafadz nikah perkawinan dipergunakan untuk arti akad, senggama dan bersenang-senang. Akan tetapi secara hakikat lafadz
nikah dikhususkan untuk akad dan secara kiasan dipergunakan sebagai arti senggama. Secara umum penggunaan lafadz nikah dalam al-Qur’an hanya
dipergunakan dalam arti akad, bukan senggama.
69
Perkawinan dalam Islam dinamakan “zawaj” atau “nikah”. Zawaj berasal
dari kata zaujun yang berarti pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Jadi zawaj adalah pasangan dalam arti dua makhluk dijadikan pasangan hidup.
70
Sedangkan nikah membawa arti lebih sempit, yakni menghubungkan dua jenis
67
Luthfi Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita Tangerang: CV Pamulang, 2005, h. 1-2.
68
Ibid., h. 1.
69
Ibid., h. 2.
70
Fuad Mohd. Fachrudin, Kawin Mut’ah Dalam Pandangan Islam Jakarta: Penerbit Pedoman Ilmu Jaya,1992, h. 6.
manusia untuk hidup bersama dan menghalalkan – menggunakan tubuh masing-masing untuk apa yang telah dihalalkan oleh Allah.
71
Perkawinan dalam Islam memiliki lima rukun yang harus dipenuhi secara kumulatif. Pemenuhan lima rukun ini dimaksudkan agar perkawinan yang
merupakan perbuatan hukum ini dapat berakibat hukum, yakni timbulnya hak dan kewajiban. Lima rukun tersebut meliputi calon suami, calon istri, wali
nikah, dua orang saksi dan ijab - kabul.
72
2. Tujuan Perkawinan
Allah telah menciptakan lelaki dan perempuan sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain, saling mencintai dan menghasilkan keturunan
serta dapat hidup dalam kedamaian sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana tersebut dalam Q.S. ar-Rum ayat 21.
☯ ☺
⌧ “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir.”
Dengan memahami tujuan ini, maka pasangan yang hendak mewujudkan sebuah rumah tangga haruslah mempunyai komitmen bahwa “penyatuan”
antara mereka berdua bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga untuk saling memahami, saling menghormati dan saling
menghargai antar kedua belah pihak. Bahkan dituliskan pula oleh Abdur Rahman dalam bukunya yang bertajuk
Perkawinan Dalam Syariat Islam, bahwa Nabi Muhammad memerintahkan
71
Ibid., h. 9.
72
Surkalam, Kawin Kontrak Dalam Hukum Nasional Kita, h. 5.
umatnya untuk memasuki ikatan perkawinan, karena itu berarti melaksanankan “separuh dari agamanya”.
73
Karena seperti sudah dipaparkan bahwa dengan menikah dapat melindungi dari kekacauan baik itu zinah,
fitnah, pertikaian dan sebagainya yang akhirnya dapat mengakibatkan rusaknya tatanan kekeluargaan ideal.
3. Hukum Perkawinan