32
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan padangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar
dalam masyarakat. Artinya : 1
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
2 Harus di cari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu
untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
3 Dengan metode ilmiah yang tepat penelitian berulang kali, penjelasan
yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian, perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial
yang parah dapat dicegah. d.
Kelahiran sosiologi modern Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di
Amerika Serikat dan Kanada. Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya
pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain-lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat puntak terelajkan. Perubahan masyarakat itu menggugahkan para ilmuwan sosial untuk
berfikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan
pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
7. Hakikat Pembelajaran Sosiologi
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di
dalam kelas. Dan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar
33
berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha
untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
54
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari proses pembelajaran adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Pembelajaran sebagai sebuah proses penyampaian pengetahuan kepada peserta didik harus benar-benar diperhatiakan oleh guru
misalnya dalam menggunakan pendekatan, model, dan strategi pengajaran, agar standar kompetensi yang telah ditentukan dapat dicapai oleh siswa
setelah mereka melewati proses pembelajaran. Dalam kedudukannya sebagai sebuah disiplin ilmu sosial yang sudah
relatif lama berkembang dilingkungan akademik, secara teoritis sosilogi memiliki posisi strategis dalam membahas dan mempelajari masalah-masalah
sosial-politik dan budaya yang berkembang di masyarakat dan selalu siap dengan pemikiran kritis dan alternatif menjawab tantangan yang ada.
Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni pure science bukan ilmu pengetahuan terapan applied science.
Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosia dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran
mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada
54
Htt:rakasmuda.comnemmedia-infoartikel-artikel37-umum56-hakekat-belajar, 22Januari 2010
34
tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah di berikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
55
Dalam dokumen Kurikulum 2004 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sosiologi SMA dan MA Departemen Pendidikan Nasional,
dikemukakan bahwa ada sejumlah persoalan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran sosiologi antara lain sebagai berikut:
56
a. Terlalu menekankan kemampuan kognitif, khususnya kemampuan
mengingatmenghafal yang dalam prakteknya akan mematikan kreatifitas anak.
b. Metode pengajaran lebih menekankan proses deduktif dari pada proses
induktif. c.
Isi atau substansinya terlalu “tinggi”, terlalu teoretis, abstrak, dan terkesan mencakup terlalu banyak hal.
d. Kurang memberi ruang bagi guru dalam mengembangkan materi untuk
pendalaman terhadap komponen-komponen yang dianggap perlu. e.
Kurang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan materi lokal sehingga muncul kesan bahwa belajar Sosiologi bukan belajar
tentang kenyataan hidup sehari-hari melainkan belajar sesuatu yang sangat asing bagi siswa.
f. Banyak materi Sosiologi yang tumpang-tindih dengan Antropologi. Hal ini
makin menambah kebingungan guru-guru yang tidak memiliki dasar pengetahuan antropologi dan sosiologi yang memadai.
g. Metode pembelajaran sangat monoton yang didominasi oleh ceramah satu
arah, guru memperlakukan setiap aspek dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran GBPP sebagai satuan-satuan yang berdiri sendiri dan terpisah
dari pokok bahasan induknya, padahal sesungguhnya sosiologi setiap pokok bahasan dan topik yang dibahas merupakan suatu sistem yang
masing-masing aspeknya saling terkait.
55
PERMENDIKNAS No. 22 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR, h.545
56
http:www.smantas.netsosiologi.pdf, 22 Januari 2010
35
Persoalan yang telah diuraikan tersebut memperkuat alasan untuk melakukan pembaruan dalam pembelajaran sosiologi bagi para praktisi
pendidikan khususnya pendidik atau guru agar lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi.
Adapun fungsi dan tujuan pembelajaran sosiologi:
57
a. Fungsi
Pengajaran Sosiologi di Sekolah Menengah berfungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa mengaktualisasikan potensi-potensi diri mereka dalam
mengambil dan mengungkapkan status dan peran masing-masing dalam kehidupan sosial dan budaya yang terus mengalami perubahan.
b. Tujuan
Tujuan pengajaran sosiologi di Sekolah Menengah pada dasarnya mencakup dua sasaran yang bersifat kognitif dan bersifat praktis. Secara
kognitif pengajaran sosiologi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar Sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah
secara rasional komponen-komponen dari individu, kebudayaan dan masyarakat sebagai suatu sistem. Sementara itu sasaran yang bersifat
praktis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan prilaku siswa yang rasiona dan kritis dalam menghadapi kemajemukan
masyarakat, kebudayaan, situasi sosial serta berbagai masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari adanya duplikasi dari hasil penelitian serta untuk mengetahui arti pentingnya penelitian yang akan dilakukan, maka diperlukan
dokumentasi dan kajian atas hasil penelitian yang pernah ada pada persoalan yang hampir sama. Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan sebagai tinjauan pustaka
adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan tentang efektivitas, pengajaran berdasarkan masalah dan pembelajaran sosiologi.
57
http:www.smantas.netsosiologi.pdf, 22 Januari 2010.