pemberian kredit perbankan, seperti metoda perhitungan kesehatan bank dan permodalan bank. Perubahan ketentuan tersebut meringankan perbankan mendapatkan penilaian sehat,
dan mendorong perbankan lebih leluasa menyalurkan kredit. Oleh karena itu, perkembangan suku bunga pasar uang dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini.
4 8
12 16
20 24
28
1985 1990
1995 2000
2005 SBPU
Gambar 4.2. Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang persen
4.1.3. Jumlah Uang Beredar
Telah dikatakan bahwa M1 terdiri dari uang kartal dan uang giral. Uang kartal terdiri dari atas uang kertas dan uang logam. Uang kertas dan uang logam yang dihitung
Universitas Sumatera Utara
sebagai uang kartal adalah yang secara hukum ditetapkan masih berlaku dan berada ditangan masyarakat.
Peningkatan jumlah uang beredar tersebut dengan demikian dalam kurun waktu 30 tahun, jumlah uang beredar M1 di Indonesia menjadi sekitar 26 kali lipat. Peningkatan
jumlah uang beredar tersebut di atas mengindikasikan tingginya tingkat pertambahan uang beredar di indonesia. Gambar 4.3 berikut menunjukkan perbandingan tingkat pertumbuhan
M1 selama 1980-2009.
100000 200000
300000 400000
500000 600000
1980 1985
1990 1995
2000 2005
M1
Gambar 4.3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar M1 Milyar Rp
Peningkatan jumlah uang beredar tersebut di atas mengindikasikan tingginya tingkat pertambahan uang beredar di indonesia. Tabel 4.3 berikut menunjukkan
perbandingan tingkat pertumbuhan M1 selama 1980-2009.
Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Uang Beredar M1 Tahun
M1 Milyar Rp Tahun
M1 Milyar Rp
1980 5,011.0
1995 52,677.0
Universitas Sumatera Utara
1981 6,474.0
1996 64,089.0
1982 7,121.0
1997 78,343.0
1983 7,569.0
1998 101,197.0
1984 8,028.0
1999 124,633.0
1985 9,745.0
2000 162,186.0
1986 11,677.0
2001 177,731.0
1987 12,685.0
2002 191,939.0
1988 14,392.0
2003 213,784.0
1989 20,114.0
2004 245,946.0
1990 23,819.0
2005 271,140.0
1991 26,342.0
2006 347,013.0
1992 28,779.0
2007 450,055.0
1993 36,805.0
2008 456,787.0
1994 45,374.0
2009 505,608.0
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bank Indonesia 1989-2009 Dari Tabel 4.3 di atas kita melihat selama periode 1980-2009 30 tahun,
pertambahan jumlah uang beredar M1 mencapai rata-rata 19,12 persen per tahun. Tingkat pertambahan M1 ini adalah sekitar 3,7 kali lipat tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia,
yang selama periode 1980-2009 hanya tumbuh rata-rata 5,2 persen per tahun. Tingkat pertumbuhan Uang Kartal mencapai 18,70 persen yang persis sama juga dengan
pertumbuhan Uang Giral 18,70 persen. Tingkat pertumbuhan M1 yang tertinggi terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar Rp
23.819 miliar Berdasarkan teori transmisi kebijakan moneter, dalam jangka pendek, pertumbuhan jumlah uang beredar hanya mempengaruhi perkembangan output.
Selanjutnya dalam jangka menengah, pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan harga inflasi, yang pada giliranya menyebabkan penurunan perkembangan
output menuju posisi semula Ghozali Maski, 2007: 91. Berdasarkan konsep transmisi kebijakan moneter ini, pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama 1989-1996 jangka pendek tumbuh rata-rata sebesar 9 persen per tahun
Universitas Sumatera Utara
dan inflasi tumbuh rata-rata sebesar 8,0 persen per tahun. Namun memasuki periode 1997- 2005 Jangka panjang 1989-2005 = 16 tahun hanya tumbuh rata-rata sebesar 1,9 persen
per tahun dengan pertumbuhan inflasi rata-rata sebesar 16,8 persen per tahun . Dan Uang Giral 55,76 persen pada tahun 1989. Untuk pertumbuhan Uang Kartal tertinggi yaitu pada
tahun 1998 sebesar 45,63 persen. Hal ini dikarenakan adanya kondisi abnormal yang dimulai dengan munculnya krisis moneter lebih-lebih ditambah lagi dengan krisis politik
sehingga masyarakat merasa perlu memegang uang kas lebih banyak dibandingkan kondisi normal.
Memasuki tahun 2001, pertambahan M1 hanya sebesar Rp 177,731.0 miliar. Memasuki tahun 2002 pertumbuhan M1 terus mengalami kenaikan yaitu sebesar
191,939.0. Kemudian periode berikutnya pertumbuhan M1 mengalami kenaikan yang cukup kuat, pertumbuhan M1 tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp.505,608.0
miliar. Perubahan ini terjadi karena adanya dampak kenaikan harga BBM pada tahun 2005 dan muncul Cost Push Inflation yang mengakibatkan tekanan biaya produksi perusahaan
sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan M1 pada 2006. kemudian memasuki tahun 2007 pertumbuhan M1 sedikit lebih rendah 0,30 persen dari tahun 2006 yaitu 27,63 persen.
Memasuki tahun 2008, pertumbuhan M1 hanya sebesar 1,20 persen, karena pemerintah lebih menekankan kebijakan moneter yang kontraktif, yang tercermin pada tingginnya
tingkat suku bunga SBI yaitu 11,1 persen. Jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat, kebijakan yang
diambil pada tahun 2008 dimana krisis keuangan global menjadi pemicunya, maka suku bunga diturunkan lebih agresif yakni mendekati nol persen, sementara monetary base
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan tumbuh sampai sekitar 100 persen. Hal ini menyebabkan suplai uang M1 mengalami kenaikan hingga di atas 15 persen. Namun, sebaliknya Indonesia, suku bunga
acuan masih tetap tinggi dan pertumbuhan monetary base bahkan negatif. Pertumbuhan monetary base yang negatif ini terjadi karena arus modal keluar pada
oktober 2008 yang menyebabkan Rupiah melemah signifikan waktu itu. Tampaknya BI melakukan intervensi dengan menjual Dollarnya atau menyerap Rupiah dari pasar. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya suplai uang dalam sistem finansial kita. Keadaan ini diperburuk pula dengan SBI Outstanding total jumlah SBI yang ada sejak oktober 2008,
yang berarti BI menarik Likuiditas dari sistem finansial kita lebih banyak lagi.
4.1.4. Konsumsi Pemerintah