Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia

1993 100.00 2008 400.26 1994 104.82 2009 403.43 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 1980-2009 Kemudian dari perkembangan IHK yang terus menerus naik tiap tahunnya dapat dilihat pada tahun 2006 pergerakan inflasi IHK yang relatif stabil terutama didorong oleh ekspektasi inflasi yang tetap terjaga sebagai hasil dari koordinasi dan harmonisasi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah. Selain itu, pergerakan nilai tukar yang stabil juga mengurangi tekanan inflasi impor. Berdasarkan faktor fundamental, relatif stabilnya inflasi tersebut tercermin pada pergerakan IHK dari 379,31 persen tahun 2006 menjadi 388,92 persen dalam tahun 2007. Dari sisi nonfundamental, stabilnya inflasi IHK didorong oleh minimalnya dampak inflasi barang-barang yang harganya dikendalikan pemerintah serta membaiknya perkembangan inflasi kelompok komoditi makanan kebutuhan pokok. Perkembangan IHK tersebut dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini. 100 200 300 400 500 1980 1985 1990 1995 2000 2005 IHK Gambar 4.5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Indonesia persen

4.1.6. Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia

Universitas Sumatera Utara Perkembangan struktural yang cukup penting menyangkut struktur penerimaan dalam negeri yaitu pajak. Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1993, bahwa untuk membiayai pembangunan nasional diupayakan sebesar-besarnya digali melalui penerimaan dalam negeri, terutama dari penerimaan perpajakan, sedangkan penerimaan pembangunan hanya merupakan pelengkap dana pembangunan. Sampai dengan awal tahun 1980-an, penerimaan dalam negeri sangat didominasi oleh penerimaan migas yaitu sebesar Rp. 6437,44 miliar. Misalnya dalam tahun anggaran 19811982 peranan penerimaan migas mencapai sebesar 70,9 persen dari total penerimaan dalam negeri yaitu sebesar Rp 7186,24 miliar. Tetapi pada tahun 1996 telah diberlakukan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Perkembangan penerimaan pajak tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini. 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1980 1985 1990 1995 2000 2005 TAX Gambar 4.6. Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia Milyar Rp Pemberlakuan undang-undang tersebut diatas telah berhasil mendorong penerimaan Universitas Sumatera Utara pajak secara berarti. Dalam tahun anggaran 19951996 penerimaan pajak mencapai sebesar Rp 47872,47 miliar yang berarti kenaikan sebesar hampir 13 kali dari tahun anggaran 19821983. Disamping itu peranan penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Jika dalam tahun anggaran 19821983 peranan penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam negeri adalah sebesar 30,5 persen maka dalam tahun anggaran 19951996 telah meningkat menjadi sebesar 67,7 persen. Perkembangan pajak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia Tahun Penerimaan Pajak Milyar Rp Tahun Penerimaan Pajak Milyar Rp 1980 14330.28 1995 45022.54 1981 13975.90 1996 51180.42 1982 13547.25 1997 47250.08 1983 12455.19 1998 18761.92 1984 11409.72 1999 16974.77 1985 14442.07 2000 17911.25 1986 14037.43 2001 21502.56 1987 13503.55 2002 22416.03 1988 16427.94 2003 24246.45 1989 19707.15 2004 26387.91 1990 25960.90 2005 28589.18 1991 26865.16 2006 37028.56 1992 30788.50 2007 41806.67 1993 36665.10 2008 45290.51 1994 41858.52 2009 52740.39 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 1980-2009 Universitas Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi dalam penerimaan pajak di Indonesia. Penerimaan pajak terendah terjadi pada tahun 1998 diakibatkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyaknya perusahaan yang tutup dan terjadi PHK sehingga turunnya daya beli masyarakat yang mengakibatkan turunnya penerimaan pajak oleh Negara.

4.2. Hasil Uji Akar-Akar Unit Uji Stasioner