dibiarkan tumbuh sampai sekitar 100 persen. Hal ini menyebabkan suplai uang M1 mengalami kenaikan hingga di atas 15 persen. Namun, sebaliknya Indonesia, suku bunga
acuan masih tetap tinggi dan pertumbuhan monetary base bahkan negatif. Pertumbuhan monetary base yang negatif ini terjadi karena arus modal keluar pada
oktober 2008 yang menyebabkan Rupiah melemah signifikan waktu itu. Tampaknya BI melakukan intervensi dengan menjual Dollarnya atau menyerap Rupiah dari pasar. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya suplai uang dalam sistem finansial kita. Keadaan ini diperburuk pula dengan SBI Outstanding total jumlah SBI yang ada sejak oktober 2008,
yang berarti BI menarik Likuiditas dari sistem finansial kita lebih banyak lagi.
4.1.4. Konsumsi Pemerintah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian sasaran perekonomian sebagai
pencerminan kebijakan fiskal. Dalam penelitian ini APBN hanya dibahas dari sisi pengeluaran sebagai pencerminan konsumsi pemerintah. R asio anggaran belanja negara
terhadap PDB senantiasa berfluktuasi. Pada era 1990-an, peran belanja negara terhadap PDB terjadi peningkatan yaitu sebesar Rp 20,726.59 dan sempat menurun menjadi
sekitar 6-7 persen pada tahun 1997-2005, peran APBN kembali meningkat diatas 7 persen mulai tahun 2003. Perkembangan konsumsi pemerintah dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Perkembangan Konsumsi Pemerintah di Indonesia Tahun
Konsumsi Pemerintah Miliar
Rp Tahun
Konsumsi Pemerintah
Miliar Rp
1980 10026.78
1995 33823.57
1981 9796.99
1996 35970.06
1982 8592.87
1997 31677.89
Universitas Sumatera Utara
1983 7815.85
1998 13998.86
1984 7260.02
1999 12040.69
1985 8770.35
2000 12913.60
1986 7914.22
2001 13143.92
1987 7101.23
2002 13803.72
1988 6895.09
2003 15974.37
1989 7310.13
2004 18056.67
1990 20726.59
2005 18274.14
1991 22408.03
2006 25096.13
1992 25303.84
2007 28020.04
1993 29757.00
2008 30990.29
1994 29211.04
2009 43017.32
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 1980-2009 Ketika faktor-faktor lain cenderung menurun perannya dan sektor investasi juga
masih relatif kecil perekonomian sangat tergantung pada pengeluaran pemerintah. Tidak ada aturan baku berapa sebaiknya persentase pengeluaran pemerintah terhadap
PDB, tetapi secara teori ketika pertumbuhan ekonomi terasa lamban dan pihak swasta tidak mampu mendorong pertumbuhan perekonomian peran pemerintah sangat
diharapkan untuk menstabilkan perekonomian. Berikut gambar perkembangan konsumsi pemerintah di Indonesia.
10000 20000
30000 40000
50000
1980 1985
1990 1995
2000 2005
GOV
Gambar 4.4. Perkembangan Konsumsi Pemerintah di Indonesia Milyar Rp
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Indeks Harga Konsumen
Perkembangan IHK di Indonesia meningkat sangat tajam setiap tahunnya. Ini dibuktikan pada tahun 1997 mengalami kenaikan yang sangat tajam yaitu sebesar 117,12
persen. Ini diakibatkan oleh depresiasi nilai tukar yang cukup besar yang menciptakan ketidakstabilan di pasar barang dan jasa. Selain depresiasi nilai tukar naiknya IHK juga
terjadi karena musim kemarau yang berkepanjangan yang mengakibatkan terganggunya pasokan barang dan system distribusi. Tekanan IHK mencapai puncaknya pada tahun
1998, yaitu sebesar 189,12 persen, sehingga untuk seluruh tahun 1997 mencapai 117,12 persen, suatu kenaikan yang cukup besar bila dibandingkan dengan IHK tahun 1996 yang
hanya sebesar 106,71 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen IHK Tahun
Indeks Harga Konsumen Persen
Tahun Indeks Harga
Konsumen Persen
1980 44.92
1995 106.33
1981 48.21
1996 106.71
1982 53.05
1997 117.12
1983 59.39
1998 189.12
1984 64.78
1999 287.71
1985 67.64
2000 306.63
1986 73.80
2001 334.41
1987 80.63
2002 337.39
1988 85.14
2003 343.25
1989 90.34
2004 350.28
1990 92.08
2005 370.28
1991 96.31
2006 379.31
1992 98.86
2007 388.92
Universitas Sumatera Utara
1993 100.00
2008 400.26
1994 104.82
2009 403.43
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 1980-2009 Kemudian dari perkembangan IHK yang terus menerus naik tiap tahunnya dapat
dilihat pada tahun 2006 pergerakan inflasi IHK yang relatif stabil terutama didorong oleh ekspektasi inflasi yang tetap terjaga sebagai hasil dari koordinasi dan harmonisasi
kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah. Selain itu, pergerakan nilai tukar yang stabil juga mengurangi tekanan inflasi impor. Berdasarkan faktor fundamental, relatif stabilnya
inflasi tersebut tercermin pada pergerakan IHK dari 379,31 persen tahun 2006 menjadi 388,92 persen dalam tahun 2007. Dari sisi nonfundamental, stabilnya inflasi IHK didorong
oleh minimalnya dampak inflasi barang-barang yang harganya dikendalikan pemerintah serta membaiknya perkembangan inflasi kelompok komoditi makanan kebutuhan pokok.
Perkembangan IHK tersebut dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini.
100 200
300 400
500
1980 1985
1990 1995
2000 2005
IHK
Gambar 4.5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Indonesia persen
4.1.6. Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia