Pendekatan melalui Prosedur Konstitusi

124 prosedur konstitusi. Adanya revisi UU MD3 tersebut membuat pendekatan melalui prosedur konstitusi ini berhasil membuat Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih menurunkan ketegangan yang diakibatkan dampak pilpres. Meskipun sebelumnya terjadi ketegangan antara Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat di DPR, keduanya berhasil menunjukan sikap islah dengan adanya revisi UU MD3 sebagai persyaratan. Sehingga mekanisme yang tercantum dalam konstitusi berhasil mendorong konsensus antara kedua kubu di DPR. Selain itu, bagi penulis, pendekatan melalui prosedur konstitusi ini tidak bisa dipahami secara langsung dan tersendiri, tetapi juga dikombinasikan dengan model pendekatan diluar prosedur konstitusi guna melancarkan relasi eksekutif dan legislatif. Sehingga, jelas bahwa pendekatan ini merupakan cara formal guna memberikan suatu dorongan untuk kedua kubu di DPR agar bisa saling bertemu untuk mendapatkan persetujuan bersama. Sekalipun, persetujuan bersama tersebut harus ditempuh bagi kedua kubu yang sebelumnya mengalami ketegangan pasca Pilpres 2014. Oleh karenanya, pendekatan melalui prosedur konstitusi ini bisa dilakukan dengan baik jika sebelumnya didahului dengan pendekatan diluar prosedur konstitusi seperti adanya pertemuan antara pemerintah dengan oposisi guna memastikan bahwa agenda-agenda yang akan dibahas dalam paripurna bisa berjalan dengan tanpa hambatan. Secara formal, pendekatan melalui prosedur konstitusi ini menjadi penting guna menjaga agar deadlock tidak terjadi dalam konteks divided government. Pendekatan ini mengarahkan kedua kubu yang berseteru untuk lebih menunjukan sikap kompromistis dalam mencapai kesepakatan dan dengan sendirinya 125 memerlukan sikap kerelaan bagi kedua kubu untuk menerima hal yang tidak ideal dari apa yang sebelumnya diharapkan, sesaat sebelum terjadinya pertemuan dalam rangka pembahasan bersama tersebut. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Viva Yoga Mauladi, dalam pembahasan APBN-P 2015 misalnya, dikemukakan bahwa mekanisme ini membuat antar kelompok saling berorientasi pada national interest dan tidak berporos pada Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat. 65 Hal yang sama juga dikatakan oleh Indra J Piliang bahwa sampai pada akhirnya, konflik antara Koalisi Indonesia Hebat dengan Koalisi Merah Putih akan menemukan titik kompromi dalam membangun relasi eksekutif dengan legislatif. 66 Tak hanya itu, Indra J Piliang bahkan mengutarakan ketidaksepahamannya dengan pendekatan koalisi dalam sistem presidensial sebagai respon strategis untuk menghindari kegaduhan eksekutif dan legislatif sebagaimana yang diutarakan oleh para pendukung tesis koalisi presidensial seperti Paul Chaisty, Nic Cheseeman, T.J Power. Menurutnya, koalisi dalam konteks Indonesia yang menganut sistem desentralisasi dipandang tidak sesuai dengan dinamika yang terjadi di tingkat daerah dan pusat. Seperti yang dikutip dalam petikan wawancara berikut. ―Oleh karenanya pendekatan koalisi menjadi tak mungkin dalam konteks indonesia. karena kita kan ada 500 lebih gubernur dan walikota. Di masing- masing daerah itupartai penguasanya beda-beda. Tau gak pemenang pemilu di kota Solonto siapa? Dari PKPI coba. Kalah golkar. Di kota pariaman, hampir saja PBB menjadi pemenang pemilu. Hampir kalah golkar, dinamika di daerah lalu mau dikoalisikan di pusat? Ya gak bisa.‖ 67 65 Wawancara dengan Viva Yoga Mauladi, Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI 2014-2019 Fraksi Partai Amanat Nasional PAN, tanggal 10 Mei 2015. 66 Wawancara dengan Indra J. Piliang, Ketua Tim Ahli Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara- Reformasi Birokrasi KEMENPAN-RB, tanggal 27 Maret 2015. 67 Wawancara dengan Indra J. Piliang. 126 Pandangan Indra J Piliang tersebut dipandang kontras bila dibandingkan dengan pendekatan koalisi presidensial yang pada umumnya mendorong adanya koalisi guna menjaga relasi eksekutif dan legislatif bisa berjalan baik. Namun, ketika penulis menyodorkan tesis koalisi presidensial tersebut, Indra J Piliang bisa dengan yakin mengatakan bahwa sampai pada akhirnya kompromi-kompromi dalam hal perumusan kebijakan akan tetap terjadi, 68 meskipun tidak dijembatani melalui pendekatan koalisi. Hal tersebut bisa ditenggarai sebagai dampak positif dari prosedur konstitusi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 2 Undang- Undang Dasar 1945 yang membuat eksekutif dan legislatif bisa saling mendiskusikan rencana kebijakan secara bersama-sama, sehingga bisa meminimalisir terjadi konflik kelembagaan diantara keduanya dan mencegah terjadinya deadlock, karena hal tersebut ditutupi oleh mekanisme konsensus yang mampu meredam ketegangan yang biasanya terjadi dalam kondisi divided government.

2. Pendekatan diluar Prosedur Konstitusi

Pendekatan ini berkaitan dengan adanya mekanisme kesepakatan yang tidak diatur dalam konstitusi antara pemerintah dengan oposisi yang terfragmentasi dalam lembaga eksekutif dan legislatif guna memuluskan kebijakan pemerintah. Atau yang sering disebut oleh Djayadi Hanan sebagai lobby informal, namun penulis sengaja menyebutnya sebagai pendekatan diluar konstitusi karena pendekatan ini seringkali menimbulkan kritik dan memiliki prasangka negatif dalam proses relasi eksekutif dan legislatif yang berakhir 68 Wawancara dengan Indra J. Piliang. 127 dengan kesepakatan bersama, sehingga penyebutan mekanisme informal sebagaimana disebutkan Djayadi Hanan dinilai kurang tepat dalam menempatkan sebuah nilai dalam praktek demokrasi. Meskipun, tidak semua yang dilakukan dalam mekanisme diluar konstitusi ini mengabaikan prinsip etika dan moralitas dalam politik. Beberapa pendekatan yang dimaksud yakni adanya lobby-lobby, kompromi dan tidak jarang menimbulkan transaksi politik. Hal itu yang kerap dilakukan oleh Jokowi dengan oposisi pemerintah guna memuluskan kebijakan di DPR. Padahal logikanya, hubungan antara pemerintah dengan oposisi selalu berada dipihak yang bersebrangan dalam proses pengambilan kebijakan, atau jika ada kebijakan pemerintah yang dianggap keliru dimata publik maka oposisi akan menolaknya. Namun logika tersebut tidak tampak dalam periode divided government pada pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Padahal sebelumnya, hubungan antara eksekutif yang direpresentasikan sebagai Koalisi Indonesia Hebat dan legislatif yang direpresentasikan sebagai Koalisi Merah Putih mengalami perseteruan sengit sebagai dampak Pilpres 2014. Namun sebagaimana yang dikatakan oleh Robert Elgie bahwa kompetisi dan konflik dalam politik adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana sikap dari pemimpin untuk menghadapi hal tersebut, termasuk sikap Presiden dalam menghadapi fenomena divided government. 69 Sebagai perwujudan dari sikap Presiden, pendekatan diluar prosedur konstitusi ini memungkinkan adanya interaksi antara Presiden dengan petinggi dari kelompok oposisi pemerintah. Interaksi ini bisa dilakukan kapan saja diluar jadwal masa persidangan DPR. 69 Wawancara dengan Robert Elgie, Professor bidang Pemerintahan dan Studi Internasional, Dublin City University, Ireland, tanggal 18 Februari 2015. 128 Pendekatan diluar prosedur konstitusi ini juga kerap ditunjukan dalam interaksi yang dilakukan oleh Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pada tanggal 29 Januari 2015 di Istana Bogor melalui pertemuan tertutup yang kemudian dilanjutkan dengan pidato Prabowo Subianto yang menyatakan akan siap mendukung pemerintahan Joko Widodo. Ini menjadi unik, padahal Prabowo Subianto adalah petinggi dari Koalisi Merah Putih yang merupakan oposisi pemerintah tetapi dalam pidatonya menunjukan dukungannya terhadap kebijakan pemerintah saat berhadapan dengan DPR. Sehingga mekanisme diluar konstitusi ini menjadi solusi untuk mengurangi ketegangan antara eksekutif dan legislatif yang mengalami divided government. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa pendekatan diluar prosedur konstitusi ini kerap menjadi sasaran kritik karena seringkali interaksi ini berlangsung secara tertutup sehingga menimbulkan prasangka negatif terkait pembicaraan-pembicaraan yang terjadi di belakang, Sebagaimana yang terjadi dalam pertemuan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pada tanggal 29 Januari 2015, salah satu narasumber yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan: ―Kedatangan Prabowo yang utama bukan untuk membahas isu Kapolri atau Pencak Silat yang sebagaimana beredar. Ini informasi yang tidak tersebar di media. Jadi begini, Prabowo itu kan punya perusahaan, namanya PT Kiani Kertas. Perusahaannya itu saat ini memiliki hutang sekitar 2 Triliun. Nah dalam pembicaraan yang tertutup itu, Prabowo meminta kepada Jokowi untuk supaya pemerintah menanggung hutang diperusahaannya itu. Saya tak tahu, feedback apa yang diterima oleh Jokowi bila menuruti permintaannya 129 Prabowo. Dan Jokowi saat itu tidak menjawab apa-apa. Tetapi hanya melontarkan senyum kepada Prabowo. ‖ 70 Dengan begitu, pendekatan ini memiliki problematika tersendiri ketika pemerintah dan oposisi sudah menempuh jalur kesepakatan, Walaupun, relasi antara eksekutif-legislatif berjalan tanpa hambatan tetapi menimbulkan transaksi- transaksi politik yang terjadi demi kepentingan elit dan mengabaikan kepentingan publik secara umum, artinya ada sesuatu yang dikorbankan daripada sekadar terjadinya suatu deadlock dalam relasi eksekutif dan legislatif. Selain itu, kasus lain yang bisa dijadikan contoh sebagai pendekatan diluar prosedur konstitusi adalah saat pembahasan UU MD3, yang sebelumnya terjadi beberapa kali revisi, namun proses itu juga diawali dengan adanya pertemuan informal yang dilakukan oleh Pramono Anung sebagai perwakilan dari Koalisi Indonesia Hebat dan Hatta Rajasa sebagai perwakilan dari Koalisi Merah Putih. Setelah diadakan pertemuan tertutup yang dilakukan pada tanggal 12 November 2015 di kediaman Hatta Rajasa tersebut, keduanya menyatakan sikap islah dengan adanya kompensasi politik sebesar 21 kursi Alat Kelengkapan Dewan AKD DPR untuk Koalisi Indonesia Hebat. Sehingga, pendekatan ini kental dengan nuansa transaksi politik guna menghindari terjadinya deadlock. Ini juga yang menjadi kekurangan secara mendasar mengenai pendekatan diluar prosedur konstitusi untuk menghindari deadlock dalam konteks divided government. Dengan diberikannya kursi Alat Kelengkapan Dewan AKD DPR untuk Koalisi Indonesia Hebat, kedua kubu yang berseteru bisa berdamai seiring dibubarkannya 70 Untuk menjaga keamanan informasi dan mencegah hal yang tidak diinginkan. Tanpa mengurangi validitas informasi, narasumber tidak bersedia disebutkan identitasnya. 130 pimpinan DPR tandingan versi Koalisi Indonesia Hebat yang praktis telah membuat fungsi dan tugas DPR menjadi terhambat dalam beberapa waktu setelah dilantik. Sebetulnya, ada kasus lain yang bisa dijadikan contoh untuk menel a’ah pendekatan diluar prosedur konstitusi secara lebih lanjut, dalam hubungan antara Joko Widodo dengan Aburizal Bakrie misalnya. Pada tanggal 18 Desember 2014, Jokowi menyatakan akan membeli PT Minarak Lapindo dan melunasi ganti rugi kepada korban sebesar 781 Miliar. 71 Penulis tidak menemukan data terkait pengakuan adanya deal-deal politik di balik upaya Joko Widodo untuk melunasi ganti rugi tersebut, namun hal itu bisa terindikasi demikian, mengingat, hal itu tampak dari beberapa sikap Golkar saat masih dipimpin oleh Aburzal Bakrie terhadap penerimaan seluruh proses legislasi pada saat periode divided government yang dibatasi dalam penelitian ini. Hal tersebut begitu kontras apabila dibandingkan dengan sikap Aburizal Bakrie yang sejak sebelum Pilpres berada di pihak yang bersebrangan dengan Joko Widodo, namun dalam kasus penyelesaian PT Minarak Lapindo, keduanya bisa saling bersinergi. Sehingga dalam hal ini divided government tidak menyulitkan kedua kubu untuk saling berinteraksi, mengingat hubungan diantara keduanya berada pada posisi saling membutuhkan. Presiden membutuhkan dukungan oposisi supaya usulan kebijakannya bisa diterima, begitupun juga dengan oposisi yang juga memiliki kepentingan guna memperoleh sumber daya yang ada dalam negara, mengingat, para petinggi 71 ―Kasus Lumpur Lapindo, Desmond: Jokowi Sandera Ical,‖ Tempo, 19 Desember 2014 http:nasional.tempo.coreadnews20141219078629754Kasus-Lumpur-Lapindo-Desmond- Jokowi-Sandera-Ical Diunduh pada 28 Juni 2015.