71
tugas dan fungsinya.
47
Sebelum akhirnya kedua kelompok sepakat untuk berdamai pada tanggal 15 November 2014 dalam pertemuan yang diwakili kedua pihak
yakni Pramono Anong mewakili Koalisi Indonesia Hebat dan Hatta Rajasa mewakili Koalisi Merah Putih.
48
Perdamaian kedua kelompok menghasilkan kesepakatan mengenai kursi Alat Kelengkapan Dewan AKD yang sebanyak 21
kursi diserahkan kepada Koalisi Indonesia Hebat.
49
Meskipun begitu, kursi pimpinan DPR tetap dipegang oleh Koalisi Merah Putih dengan kekuatan
mayoritasnya. Dengan begitu maka tidak berubah posisi Joko Widodo – Jusuf
Kalla sebagai Presiden dengan dukungan minoritas di legislatif.
2. Pemilihan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat 2014-2019
Tak berbeda dengan proses pemilihan pimpinan DPR, saat pemilihan pimpinan MPR juga mengalami polarisasi antara Koalisi Indonesia Hebat dan
Koalisi Merah Putih. Namun sedikit berbeda saat PPP memutuskan untuk bergabung ke Koalisi Indonesia Hebat dikarenakan partainya tidak disertakan
dalam paket pencalonan pimpinan MPR oleh Koalisi Merah Putih.
50
47
―DPR Lumpuh, Pemerintahan Tersandera,‖ Jawa Post, 31 Oktober 2014 http:www.jawapos.combacaartikel8669DPR-Lumpuh-Pemerintahan-Tersandera
Diunduh pada 1 Desember 2014.
48
―Siang Ini, KMP dan KIH Teken 5 Poin Kesepakatan Damai,‖ Kompas, 11 November 2015.http:nasional.kompas.comread2014111707225241Siang.Ini.KMP.dan.KIH.Teken.5.Poi
n.Kesepakatan.Damai. Diunduh pada 15 April 2015.
49
Koalisi Indonesia Hebat mendapatkan 21 kursi AKD yang kemudian dibagi berdasarkan perbandingan kursi partai-partai KIH di DPR. PDIP sebagai pemilik kursi terbanyak mendapatkan
10 kursi, PKB mendapat 5 kursi, adapun Hanura dan Nasdem mendapat 3 kursi. Lihat, ―Setelah Islah,
KIH d
apat 21 Kursi AKD di DPR,‖ Kompas, 9 Januari 2015. http:nasional.kompas.comread2015011915013011Setelah.Islah.KIH.dapat.21.Kursi.AKD.di.
DPR diunduh pada 15 April 2015.
50
―Pemilihan Ketua
MPR,‖ BBC
News, 14
Oktober 2014
http:www.bbc.co.ukindonesiaberita_indonesia201410141007_mpr_ketua. Diunduh pada 30 November 2014.
72
MPR sebagai lembaga just session antara DPR dan DPD dalam proses pemilihan pimpinannya juga melibatkan kedua lembaga tersebut yakni DPR dan
DPD. Dalam proses pencalonan paket pimpinannya pun juga diharuskan melibatkan perwakilan dari DPD, sebagaimana yang tertera dalam Tatib MPR
pasal 21 ayat 1 yang berbunyi: “Bakal calon Pimpinan MPR berasal dari
Fraksi dan Kelompok DPD disampaikan di dalam Sidang Paripurna MPR
‖.
Berdasarkan aturan tersebut, maka komposisi Pimpinan MPR adalah kombinasi antara DPR dengan DPD sebagaimana yang tertuang dalam tabel dibawah
mengenai paket calon pimpinan MPR-RI periode 2014-2019 baik dari Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih yang berhasil dimenangkan oleh Koalisi
Merah Putih dengan perolehan 347 dari total 677 Suara.
51
Tabel III.B.2.1 Komposisi Paket Calon Pimpinan MPR-RI 2014-2019
Jabatan Paket A
Koalisi Indonesia Hebat Paket B
Koalisi Merah Putih
Ketua Oesman Sapta Odang
Zulkifli Hasan PAN
Wakil Ketua 1 Ahmad Basarah PDI-P,
Mahyudin Golkar
Wakil Ketua II Imam Nachrawi PKB
EE Mangindaan Demokrat,
Wakil Ketua III Patrice Rio Capella
Nasdem Hidayat Nur Wahid PKS,
Wakil Ketua IV Hasrul Azwar PPP
Oesman Sapta Odang DPD.
Hasil Voting 330 suara
347 suara
Sumber: www.mpr.go.id Kekalahan Koalisi Indonesia Hebat dalam sidang paripurna pemilihan
pimpinan MPR-RI melengkapi seluruh rangkaian kekalahan yang sebelumnya
51
―KMP Dapat Bonus 41 Suara dalam Pemilihan Pimpinan MPR,‖ Kompas, 9 Oktober 2014‖http:nasional.kompas.comread2014100816394541Fahri.Klaim.KMP.Dapat.Bonus.41.S
uara.dalam.Pemilihan.Pimpinan.MPR. Diakses pada 5 April 2015.
73
Koalisi Indonesia Hebat juga kalah dalam pembahasan revisi UU MD3, revisi Tatib DPR, revisi UU Pilkada dan pemilihan pimpinan DPR-RI sebelum akhirnya
keduanya sepakat berdamai pada tanggal 17 November 2014.
52
Fenomena tersebut semakin memperkokoh posisi Joko Widodo
– Jusuf Kalla dengan kekuatan minoritas di legislatif. Pasalnya Koalisi Indonesia Hebat sebagai
penguasa eksekutif gagal mendapatkan pengaruh besar di lembaga legislatif yang faktanya justru dikuasai oleh pihak oposisi pemerintah dan terjadi divided
government. Menurut Thomas Pepinsky, pada umumnya munculnya divided government lebih karena persoalan keberagaman ideologi dan kepentingan
masyarakat, namun dalam konteks Indonesia, divided government terjadi karena strategi dari kelompok elite yang berusaha untuk melemahkan pemerintahan.
53
Seperti yang dilakukan oleh DPR ketika melakukan revisi UU MD3 yang membuat pimpinan DPR dan MPR tidak secara otomatis dikuasai oleh partai
pemenang pemilu.
C. Konfigurasi Politik Pemilihan Presiden 2014
Persaingan tidak hanya di pemilihan legislatif, pada 9 Juli 2014 dilakukan pemilihan Presiden-Wakil Presiden. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam
bab II, pemilihan presiden adalah ciri khas dalam sistem presidensial yang berupaya diperkuat dalam proses kelembagaan di Indonesia di era reformasi.
Presiden dalam sistem presidensial bertugas sebagai kepada negara dan kepala
52
Shanti Dwi Kartika, ―Kesepakatan KMP-KIH dan Revisi UU MD3,‖ Info singkat Hukum Vol. VI, No. 22IIP3DI November 2014: 1.
53
Wawancara dengan Thomas Pepinsky, Asisten Professor studi Asia Tenggara dan Direktur Cornell Modern Indonesia Project, Cornell University, AS, tanggal 12 Februari 2015.
74
pemerintahan, berbeda dengan sistem parlementer yang mana keduanya diposisikan secara terpisah.
54
Begitu besarnya wewenang Presiden dalam sistem presidensial maka tidak menutup kemungkinan proses pemilihan Presiden
menyedot perhatian banyak pihak. Dalam konteks Indonesia, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diatur
dalam UU No 42 Tahun 2008. Di dalam pasal 9 disebutkan bahwa pemilihan presiden berlaku aturan ambang batas presiden presidential threshold bagi setiap
pihak yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 9 UU No 42 Tahun 2008. Berikut adalah bunyi pasal yang dimaksud:
―Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit
20 dua puluh persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 dua puluh lima persen dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR,
sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.‖
55
Karena hasil pemilihan legislatif 2014 tidak ada satu partai yang mencapai syarat ambang batas presiden, sehingga tidak ada partai politik yang bisa mencalonkan
Presiden dan Wakil Presiden secara tersendiri, maka instrument koalisi menjadi penting guna memenuhi syarat pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.
56
Dalam konteks sistem presidensialisme di Indonesia, keberadaan koalisi tidak bisa diabaikan, mengingat Indonesia juga menganut sistem multipartai yang
memungkinkan partai politik untuk menyatukan kekuatan guna memenuhi syarat
54
Arend Lijphart, Pattern of Democracy: Government Form and Performance in Thirty Six Countries, New Haven and London: Yale University Press, 1999, 117.
55
Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Presiden dan Wakil Presiden. https:www.mahkamahagung.go.idimagespdpuu_42_2008.pdf Diunduh
pada 3 Maret 2015.
56
Koalisi diperuntukan untuk memenuhi syarat presidential threshold paling sedikit 20 dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR
yang tertera dalam UU No 42 Tahun 2008 Tentang Presiden dan Wakil Presiden.
75
presidential threshold dalam proses pemenangan calon presiden, di lain sisi berdasarkan hasil pemilihan legislatif 2014 tak ada satupun partai politik yang
mendapatkan suara nasional diatas 20. Oleh karena itu mekanisme koalisi menjadi keharusan guna memenuhi syarat administratif proses pencalonan
Presiden. Mengenai kritik terhadap keberadaan koalisi karena identik dengan sistem parlementer, penulis sudah menjabarkan hal tersebut dalam bab II.
Koalisi yang dibangun saat pilpres melahirkan polarisasi dua kubu pasangan calon, yakni Koalisi Indonesia Hebat yang mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla
dan Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.
Berikut adalah komposisi kekuatan kedua koalisi tersebut berdasarkan hasil pemilihan legislatif 2014:
Tabel III.C.1 Komposisi Koalisi Indonesia Hebat Koalisi Merah Putih Saat Pemilihan
Presiden 2014
Koalisi Indonesia Hebat Joko Widodo - Jusuf Kalla
Koalisi Merah Putih Prabowo
– Hatta
PDI-P: 23.681.471 18,95 Golkar: 18.432.312 14,75
PKB: 11.298.957 9,04 Gerindra: 14.760.371 11,81
Nasdem: 8.402.812 6,7 PAN: 9.481.621 7,59
Hanura: 6.579.498 5,26 PKS: 8.480.204 6,7
PKPI: 1.143.094 0,91 PPP: 8.157.488 6,53
Demokrat: 12.728.913 10,19 PBB: 1.825.750 1,46
Total: 40,86 Total: 59,03
Sumber: diolah dari kpu.go.id Berdasarkan tabel di atas, Koalisi Merah Putih memiliki kekuatan mayoritas
di legislatif dengan 59,03. Proses penentuan sikap partai politik dalam menentukan arah koalisi cenderung alot, misalnya Partai Demokrat yang awalnya