Pengaruh Suhu Udara terhadap Semangat Kerja Perawat

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Suhu Udara terhadap Semangat Kerja Perawat

Komponen suhu udara dapat mempengaruhi kualitas udara dalam ruang kerja. Kualitas udara dalam ruangan harus dijaga agar berada pada kisaran yang dapat menimbulkan kenyamanan bagi orang di dalam ruangan. Suhu udara yang baik, akan menambah kualitas kerja perawat, sehingga ruangan kerja perawat yang sirkulasi udaranya tidak baik perlu adanya penambahan penghawaan seperti exhaust fan selain Air Conditioner untuk membantu sirkulasi udara di dalam ruangan. Hal ini sesuai dengan Permenkes RI No. 1204MenkesSKX2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yaitu bahwa penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang khusus. Sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan staf. Adanya Suplai udara dan Exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi untuk membantu penghawaan di dalam ruangan. Suhu udara yang tidak baik di dalam ruangan ketika bekerja, akan dapat berpengaruh terganggunya kesehatan mereka yang pada akhirnya akan dapat menurunkan semangat perawat, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil pekerjaannya, seperti rasa malas atau kurang disiplin, banyak kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, kualitas dan kuantitas hasil kerja tidak memenuhi standar yang ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui suhu udara dalam kategori tidak sesuai. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya alat pengatur suhu udara di tempat kerja walaupun beberapa ruangan seperti ruangan VIP dan ruangan khusus sudah dilengkapi AC, tetapi di ruang kelas 1,2 dan 3 hanya menggunakan kipas angin sehingga perawat merasa kurang nyaman dan kurang betah dalam bekerja. Ruangan dengan ventilasi yang kurang sesuai yaitu ruang perawat kelas 1,2 dan 3, perawat tetap memberikan pelayanan bagi pasien tetapi tidak dapat berlama-lama di dalam ruangan karena ketidaknyamanan, ketidaknyamanan perawat dalam ruangan juga ditambah dengan banyaknya jumlah orang di dalam ruangan termasuk mahasiswa yang sedang praktek lapangan perawat, bidan dan dokter ko-ass yang jumlahnya dapat mencapai 15 – 25 orang. Menurut pendapat Wignjosoebroto 1995 didapatkan bahwa produktivitas manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 – 27 derajat Celcius. Berdasarkan hasil analisa Chi-square diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara suhu udara dengan semangat kerja perawat p = 0,000. Pengaturan suhu udara di ruangan rumah sakit tentunya sangat diperlukan agar dapat membuat orang-orang yang bekerja di dalam ruangan tersebut merasa nyaman. Kualitas udara yang nyaman sangat dibutuhkan bagi orang yang bekerja di dalam ruangan, sebab hal tersebut dapat menggurangi beban kerja. Suhu yang tidak normal panas dalam tempat kerja akan dapat menimbulkan keletihan. Suhu udara yang tidak nyaman dapat mengganggu pernafasan sehingga harus tiap kali keluar mencari udara segar, maka hal ini bisa mengakibatkan terganggunya konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan. Hasil jawaban responden diketahui mayoritas 53,3 yang tidak merasa konsentrasinya terganggu, hal ini disebabkan karena ketika perawat melakukan pekerjaan yang membutuhkan waktu lama, contohnya membuat laporan asuhan keperawatan pasien maka akan mencari tempat yang nyaman bekerja di luar ruangan dan terkadang bekerja di dalam ruangan dengan meminjam kipas angin dan mengarahkannya kearah tubuh sambil bekerja. Hasil analisa multivariat dengan regresi logistik diketahui bahwa suhu udara dengan nilai p = 0,000 sangat berpengaruh terhadap semangat kerja perawat hal ini disebabkan karena sirkulasi udara yang baik suhu udara yang nyaman dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan. Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wardani 2003 bahwa penyelidikan terhadap ergonomi lingkungan fisik salah satunya adalah suhu. Suhu yang terlalu panas akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh, sedangkan suhu yang terlalu dingin membuat gairah kerja menurun. Kemampuan adaptasi manusia dengan temperatur luar adalah jika perubahan suhu luar tersebut tidak melebihi 20 untuk kondisi panas dan 35 untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. Dalam kondisi normal, suhu tiap anggota tubuh berbeda-beda. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan. Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur tubuh tidak melebihi 20 untuk kondisi panas dan 35 untuk kondisi dingin. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Perbedaan berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda yaitu pada suhu 49 C temperatur tubuh dapat ditahan sekitar 1 jam tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental. Sementara pada suhu 30 C aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan kelelahan fisik. Kondisi ideal berada pada suhu 24 C inilah kondisi optimum. Bila suhu berada pada 10 Perlu pengkajian lebih lanjut terhadap disain bangunan ruang kerja perawat dengan penentuan luas ruangan, daya tampung dan penentuan suhu di ruang kerja perawat. C dapat terjadi kekakuan fisik yang ekstrim.

5.2. Pengaruh Pencahayaan terhadap Semangat Kerja Perawat